Polisi Tembak Polisi

Cerita dari Keluarga Brigadir J: Inilah Fakta-fakta Tak Lazim saat Polisi Mengatar Jenazah

Kali ini cerita muncul dari keluarga Brigadir J. Cerita tentang sejumlah fakta, yang disebut pihak keluarga sebagai peristiwa tak lazim.

Editor: Suyanto
istimewa
Kejanggalan tewasnya Brigadir J di rumah Irjen Ferdy Sambo ditepis Kompolnas. Ini 5 alasan Kompolnas, 

SURYA.co.id I Teka-teki, polemik, dan berbaga cerita terus mengiringi kasus kematian Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J dalam baku tembak dengan Bharada E, di rumah pimpinannya, Kadiv Propram Polri, Irjen Pol Ferdy Sambo.

Kali ini cerita muncul dari keluarga Brigadir J. Cerita tentang sejumlah fakta, yang disebut pihak keluarga sebagai peristiwa tak lazim.

Berikut fakta-fakta yang dituturkann pihak kelluarga seperti di kutip dari Kompas.com.

1. Akun medsos dan WA keluarga diretas

Samuel Hutabarat, ayah Brigadir J mengatakan, nomor WhatsApp dan media sosial dirinya, istri, dan kakak Brigadir J diretas. "Orang itu mau menyelidiki kami, mencari sesuatu terkait almarhum untuk mengaitkannya dengan kami," kata Samuel saat ditemui di kediamannya di Jambi,di rumah duka, di Desa Suka Makmur, Kecamatan Sungai Bahar, Muarojambi, Selasa (12/7/2022).

Pada aplikasi WhatsApp tertulis, "Kami menemukan upaya login yang biasanya tidak Anda gunakan. Kami sudah mengunci akun Anda untuk mengamankannya".

Baca juga: Ini 6 Kejanggalan Polisi Tembak Polisi di Rumah Kadiv Propam, Versi Mayen TNI (purn) TB Hasanuddin

Baca juga: KESETIAAN Calon Istri Brigadir J Berakhir Pahit, Impian 8 Tahun Pacaran Kandas di Rumah Ferdy Sambo

2. Dilarang buka peti jenazah

Menurut Samuel, keluarga mengaku sempat dilarang membuka peti jenazah anaknya. "Kita dilarang, tapi tidak dijelaskan kenapa peti jenazah tidak boleh dibuka?" kata Samuel.

Jenazah sampai ke rumah duka pada Sabtu (9/7/2022) sekitar 14.00 WIB.
Keluarga sempat bersitegang dengan polisi yang mengantar, karena tidak boleh membuka peti jenazah dan tidak boleh mengambil gambar jenazah.

"Saya disuruh tanda tangan dulu, baru nantinya boleh dibuka. Saya tolak, karena itu sama dengan membeli kucing dalam karung. Nanti kalau terjadi masalah dan saya sudah tanda tangan, malah saya dipermasalahkan," kata Samuel.

Baca juga: Paman Brigadir J Meninggal Dunia usai Memberi Sambutan Duka,

Setelah lama bersitegang, akhirnya keluarga dibolehkan membuka peti jenazah, dengan catatan hanya orangtua, saudara kandung dan bibi yang boleh melihat. Saat peti dibuka, orang lain diminta keluar ruangan. Jendela dan tirai di rumah duka juga langsung ditutup. Samuel menggambarkan pembukaan peti yang disaksikan polisi pengantar jenazah berlangsung singkat.

"Dibukanya itu sedikit sekali. Tapi ibunya (syok) berteriak-teriak dia, karena melihat banyak sekali luka di bagian tubuh dan wajah," kata Samuel.

Rumah dipagar betis polisi

Ratusan polisi juga tiba-tiba datang ke kediaman mereka. Kedatangan ratusan polisi dengan mengepung rumah dan menutup pagar sekolah membuat keluarga ketakutan.

"Waktu datang orang itu ke rumah, kami terkejut. Jantung kami serasa mau copot, maklum kami baru trauma baru kehilangan," kata Bibi Brigadir J, Rohani Simanjuntak.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved