Kasus Pencabulan Anak Kiai Jombang dan Motivator JE Bikin Lembaga Perlindungan Anak Miris

Dugaan pencabulan oleh anak kiai Jombang, Much Subchi Azal Tzani dan motivator Julianto Eka Putra bikin Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Jatim miris.

Penulis: Febrianto Ramadani | Editor: Iksan Fauzi
Kolase Ist/Haoorohman/Youtube Trans
Provinsi Jatim darurat kasus dugaan pencabulan mulai dari pelaku anak kiai Jombang, motivator JE hingga pengasuh ponpes di Banyuwangi sekaligus mantan anggota DPRD Jatim. 

SURYA.co.id | SURABAYA - Kasus dugaan pencabulan oleh anak kiai Jombang, Much Subchi Azal Tzani (MSAT) dan motivator Julianto Eka Putra alias JE bikin Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Jatim miris.

Saat ini, MSAT alias Mas Bechi menghuni sel isolasi di Lapas Medaeng dengan statusnya sebagai tersangka dugaan pencabulan santriwati.

Sedangkan Julianti Eka Putra berstatus sebagai terdakwah atas dugaan pencabulan terhadao siswa SMA Selamat Pagi Indonesia (SPI) di Kota Batu.

Kendati berstatus terdakwah, Julianto yang akrab dipanggil Koh Jul itu tidak ditahan, bahkan sejak berstatus sebagai tersangka.

Sekretaris LPA Jatim, M Isa Ansori, menyayangkan dan mengecam terjadinya kasus kekerasan tersebut.

Menurutnya, lembaga pendidikan seharusnya menjadi tempat aman bagi anak anak, justru sebaliknya, malah menjadi ancaman.

"Peristiwa kekerasan selalu terjadi berulang. Sebagaimana data paruh waktu LPA Jatim Januari 2022 - Juni 2022, telah terjadi 126 kasus, dengan rincian kasus yang diberitakan di media 66, sedang laporan yang masuk ke saya 60, sehingga kasus temuan melalui media dan yang masuk melalui saya berjumlah 126," terangnya, Sabtu (9/7/2022).

Dari kasus kasus di kedua temuan, lanjut dia, laporan tertinggi kekerasan seksual 37, penelantaran pendidikan 30, ABH 22. Untuk sebarannya Surabaya 18, Sidoarjo 5 ,Gresik 7, Mojokerto 6.

"Pondok pesantren, sekolah atau tempat sejenis, adalah tempat berkumpul nya anak, sehingga sering mengalami kekerasan. Itu bisa terjadi bila pemahaman tentang anak lemah. Apalagi ditambah dengan adanya relasi yang kuat atas bawah, kuat dan lemah," bebernya.

"Sehingga sudah lemah pemahamannya tentang anak dan merasa berkuasa dan kuat memudahkan mereka melakukan kekerasan," imbuhnya.

Menurutnya, kekerasan seksual sering kali dilakukan oleh orang dekat dan dikenal dengan relasi kuat dan lemah. Anak anak sering merasa takut dan kemudian pasrah dengan apa yang terjadi.

"Apalagi kekerasan seksual masih dianggap sebagai aib. Ini yang menjadikan pelaku berani melakukan," tegasnya.

"Negara dengan segala instrumen perlindungan dan pelayanan meski hadir dalam konteks pencegahan, bukan hanya hadir setelah kejadian. Sehingga hadirnya sekolah ramah anak akan menjadi instrumen pencegahan kekerasan terhadap anak," tuntasnya.

Jatim darurdat pencabulan

Masih banyak kasus pencabulan terhadap anak di Jatim.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved