4 KEJANGGALAN Tewasnya Bripda Diego Rumaropen Diungkap Aktivis HAM, Tak Dibunuh KKB Papua?
Kejanggalan tewasnya BRipda Diego Rumarepon, Brimob di Papua diungkap Komnas HAM. Ada 4 kejanggalannya.
SURYA.CO.ID - Sejumlah kejanggalan tewasnya Bripda Diego Rumaropen, anggota Brimob di Distrik Napua Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, diungkap Aktivis HAM Papua.
Bripda Diego Rumaropen tewas setelah dianiaya orang tak dikenal (OTK) saat menemani komandannya, AKP Rustam menembak sapi milik Alex Matuan.
Belakangan diduga OTK yang membunuh Bripda Diego Rumaropen adalah anggota kelompok kriminal bersenjata (KKB) Papua.
Kapolda Papua Irjen Mathius D Fakhiri mengungkapkan, KKB Papua Nduga yang dipimpin oleh Egianus Kogoya diduga sebagai dalang kasus tewasnya Bripda Diego Rumaropen.
Dugaan tersebut merupakan hasil kesimpulan yang saat ini dilakukan oleh aparat kepolisian.
Namun, Aktivis HAM Papua Theo Hesegem justru mengungkap sejumlah kejanggalan dari tewasnya Bripda Diego.
Baca juga: SOSOK Pembunuh Bripda Diego Rumaropen Mulai Terkuak, KKB Papua Diduga Dalangnya
"Kejadian ini sama sekali tidak masuk diakal dan sama sekali tidak bisa dimengerti, karena ada beberapa kejanggalan setelah saya baca dari kronologi yang dimaksud,"kata Theo melalui rilis pers yang diterima Tribun-Papua.com, Kamis (23/6/2022).
"Ada beberapa hal yang menjadi janggal dan sebagai pembela HAM saya tidak mengerti dengan peristiwa ini,"ujarnya.
Berikut kejanggalan-kejanggalannya yang diungkap Thei Hesegem:
1. Menembak sembarangan
Menurut Theo Hesegem, biasanya anggota TNI/Polri sudah memperhitungkan bahwa tidak mengluarkan atau menembak dengan sembarangan
Lanjut dia, lantaran peluru hanya diperhitungkan untuk menembak orang yang dianggap musuh atau lawan itulah perinsip anggota TNI/Polri.
"Peluru tidak pernah diperhitungkan untuk menembak sapi atau binatang lain,"katanya.
"Saya tidak mengerti seorang komandan Brimob yang tidak memperhitungkan dan menganalisa resikonya dengan bijaksana tetapi merespon dengan cepat untuk datang di lokasi untuk menembak sapi,"ujarnya.
2. Tak memperhitungkan daerah konflik
Theo menjelaskan, kejanggalan Komandan Brimob AKP Rustam yang dimaksudkan yakni tak memikirkan dan menganalisa bahwa daerah tersebut adalah daerah rawan konflik.
"Justru cepat merespon ketika saudara Alex Matuan untuk membantunya menembak sapi milik Alex Matuan di daerah Napua Kabupaten Jayawijaya,"katanya.
Ia mengatakan, sangat ketahui betul bahwa berdasarkan data intelijen daerah Habema adalah daerah rawan konflik.
Lanjut dia,sebagai komandan Brimob, ia yakin telah mengetahui daerah tersebut adalah daerah rawan, sedangkan ia hendak ke daerah dan tidak mengajak anggota Birimob lain.
"Sampai sejauh mana hubungan antara Saudara Alex Matuan dan seorang Komandan Brimob, apakah ada hubungan saudara, teman atau hanya sebatas minta tolong untuk menembak sapi,"ujarnya.
3. Komandan tak bawa senjata

Menurut Theo, setelah sapinya ditembak, komandan Brimob meninggalkan anggota Bripda Diego dengan dua pucuk senjata api.
"Mengapa Komandan Brimob melepaskan senjata mengecek sapi tanpa membawah senjata,"katanya.
"Apakah ada perjanjian dengan orang lain untuk menghilangkan nyawa saudara Rumaropen atau merampas senjatanya di tangan korban, lalu di bawah kabur sejatanya,"ujarnya.
Theo menegaskan, seharusnya sebagai komandan Brimob harus mempelajari situasi belakangan ini di Kabupaten Jayawijaya.
"Kita ketahui ada beberapa pristiwa, demo berturut-turut namun berjalan dengan aman tanpa ada masalah, dan beberapa waktu kemudian terjadi pengibaran Bendera Bintang Kejora di beberapa tempat di kota Wamena,"ujarnya.
Dia mengatakan, setelah pengibaran bendera tersebut aksi demo pada 10 Mei 2022, terjadi mematakan tukang bendera di halaman Kantor DPRD Kabupaten Jayawijaya.
"Semua peristiwa ini perlu diamati secara cerdas oleh komandan sebagai seorang pimpimpinan. Justru komandan mengorbankan anak buahnya hingga sampai nyawanya korban begitu saja,"katanya.
4. Tidak ada balasan Bripda Diego
Theo juga mempertanyakan tidak adanya perlawanan dari Bripda Diego, padahal dia membawa dua pucuk senjata.
"Logikanya mungkin dengan panah di lempar dari jarak jauh, kalau dibacok dengan parang atau pisau mestinya harus ada perlawanan karena jarak dekat,"ujarnya.
Dari semua kejanggalan ini kiranya kejadian ini dapat dijelaskan oleh Komandan Brimob AKP Rustam.
Theo meminta kepada Kapolri dan Polda Papua, mengambil langkah-langkah hukum tanpa mengorbankan masyarakat yang sama sekali tak tau masalah.
"Karena semua ini adalah kelalaian komandan Brimob tidak bijaksana dapat menganalisa situasi diakhir-akhir ini di Kabupaten Jayawijaya,"katanya.
Sebelumnya dikabarkan, seorang anggota Brimob meninggal dunia usai dan dianiaya orang tidak dikenal (OTK) di Napua, Kabupaten Jayawijaya, Papua, Sabtu (18/6/2022).
Senjata milik anggota Brimob itu pun dirampas OTK tersebut. Perampasan senjata api dan penganiayaan terhadap Bripda Diego Rumaropen terjadi sekitar pukul 17.00 WIT.
Menurut laporan yang diterima Kapolda, senjata api yang dirampas oleh OTK sebanyak dua buah.Terdiri dari, senjata api bahu jenis AK101 dan senjata api bahu jenis SSG08 (sniper).
Sosok Bripda Diego

Bripda Diego merupakan anggota Brimob yang bertugas di Batalyon D Wamena.
Bripda Diego semasa hidupnya dikenal periang dan murah senyum.
Dikutip dari wikipedia, Diego adalah anak pertama dari dua bersaudara pasangan, Susan Merani Betno dan Edison Pieter Rumaropen.
Ayah Diego, Edison Peter Rumaropen merupakan mantan pemain Persiwa Wamena dan Pemain Timnas Indonesia.
Edison Pieter Rumaropen yang lahir pada 13 November 1983 adalah pemain sepak bola Indonesia asal Papua yang berposisi sebagai penyerang.
Ia termasuk dalam skuat tim nasional indonesia menuju Piala Asia 2011.
Dia juga memperkuat timnas Indonesia U-23 pada pertandingan SEA Games 2005.
Dia menikah dengan Susan Merani Betno dan memiliki 2 orang anak yaitu Fernando Diego Rumaropen dan Queen Alexandra.
Susan Merani Betno adalah salah satu ASN di lingkungan Pemda Kabupaten Jayawijaya.
Kepergian Diego membuat keluarga besar dan sahabat-sahabatnya merasa terpukul dan kehilangan.
Diego menjadi polisi meneruskan profesi sang kakek yang juga seorang purnawirawan polisi.
Diego menempuh pendidikan di kepolisian melalui program Bintara Otsus dan menyelesaikan pendidikan bintaranya di Sekolah Polisi Perairan Pondok Dayun Jakarta pada 22 Desember 2021.
Selanjutnya Diego mengikuti pendidikan bintara lanjutan dalam Satua Elite Polri, Brimob.
Diego menyelesaikan pendidikan Brimob pada Maret 2022.
Diego kemudian ditempatkan di Batalyon D Brimob Wamena.
Sebagian artikel ini telah tayang di Tribun-Papua.com dengan judul Masih Ingat Kasus Penyerangan Bribda Diego Rumaropen, Theo: Tindakan Itu Janggal