G30SPKI

6 FAKTA Jenderal Ahmad Yani Korban G30S/PKI: Kesayangan Soekarno, Berani Menentang Partai Komunis

Berikut rangkuman fakta tentang Jenderal Ahmad Yani, salah satu korban Gerakan 30 September 1965 atau G30S/PKI.

tribunnews/istimewa
Jenderal Ahmad Yani dan Monumen Pancasila Sakti. Simak Berikut rangkuman fakta tentang Jenderal Ahmad Yani, salah satu korban Gerakan 30 September 1965 atau G30S/PKI. 

Salah satu pakar politik Monash University, Harold Crouch menilai Yani memiliki citra diri yang berbeda dari Nasution.

Meskipun mereka sama-sama sosok antikomunis.

Namun Yani bisa menentang kebijakan Sukarno mengenai PKI secara lebih halus dan dapat diterima.

Sebagai orang Jawa, Yani memperlakukan Sukarno sebagai seorang "bapak".

Meski bertindak salah namun tidak boleh ditentang secara terbuka.

Hal tersebut yang membuat Yani lebih mudah masuk menjadi bagian dari lingkungan Istana Sukarno.

6. Wafat karena ditembak

Pada 1 Oktober, Ahmad Yani menjadi salah satu korban penculikan G30S.

Saat akan dijemput, Ahmad Yani menolak untuk ikut serta.

Karena melakukan perlawanan, Ahamd Yani mendapat serangan tembak hingga terbunuh di depan kamar tidurnya.

Setelah tewas, jenazah Ahmad Yani dibawa ke Lubang Buaya dan dimasukkan ke dalam sebuah sumur tua bersama enam korban lainnya.

Pada 4 Oktober 1965, jenazah ditemukan dan dimakamkan dengan layak di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.

Oleh negara, Jenderal Anumerta Ahmad Yani dianugerahi gelar sebagai Pahlawan Revolusi berdasarkan SK Presiden Nomor III/KOTI/1965.

>>>Ikuti Berita Lainnya di News Google SURYA.co.id

Halaman 3 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved