Berita Trenggalek
Harga Meroket, Para Petani Cabai Rawit di Trenggalek Tersenyum Bisa Meraup Cuan
Para petani cabai tersenyum, karena harga hasil tanaman yang mereka rawat naik dari hari ke hari sejak usia Lebaran.
Penulis: Aflahul Abidin | Editor: Cak Sur
SURYA.CO.ID, TRENGGALEK - Harga cabai rawit yang meroket akhir-akhir ini membuat para petani tersenyum.
Mereka kini bisa meraup untung, karena harga hasil tanaman yang mereka rawat naik dari hari ke hari sejak usia Lebaran.
Nur Hadi, warga yang menanam cabai di lahan seluas 150 meter persegi, di Kelurahan Kelutan, Kabupaten Trenggalek, mengatakan harga jual cabai rawit miliknya cukup menguntungkan.
Tapi di sisi lain, tanaman cabainya yang berjumlah sekitar 4 ribu batang itu sering di serang penyakit.
Penyakit itu membuat batang dan daun pohon rusak.
Meski demikian, Nur Hadi menyebut, tingginya harga jual cabai membuatnya masih meraup untung.
"Harga tertinggi kemarin (Senin, 30/5/2022), dari petani ke pengepul harga jualnya Rp 62 ribu per kilogram. Hari ini belum tahu harganya berapa, karena setiap hari berubah," kata dia, Selasa (31/5/2022).
Sebelumnya, usai Lebaran, Nur Hadi menjual cabai saat pertama panen seharga Rp 25 ribu per kg.
Dari sana, harga cabai rawit terus naik beberapa hari sekali menjadi Rp 27 ribu per kg, Rp 30 ribu per kg, hingga saat ini Rp 62 ribu per kg.
Nur Hadi mengatakan, panen cabai rawit ia lakukan saban dua hari sekali. Setiap kali panen, ia bisa mengumpulkan rata-rata 1 kuintal.
Jadi saat panen terakhir, Nur Hadi bisa meraup omzet kotor senilai Rp 6,2 juta.
Soal penyakit, Nur Hadi menyebut, cabai-cabai yang ia tanam mulai terserang penyakit sejak panen pertama. Yakni sekitar Maret lalu.
Saat itu, banyak cabai yang menghitam, layu daun hingga batang mengering.
"Kerusakannya terus terjadi sampai sekarang. Tapi saya coba tanggulangi dengan memberi obat dan lain-lain," ujarnya.
Cabai yang rusak kemudian ia keringkan dan dijual. Harganya pun lumayan, sektiar Rp 15 ribu per kg.