Pemilu 2024
VIRAL Gambar 'Warga NU Kultural Wajib Ber-PKB Struktural Karepmu', Pengamat: Cak Imin dan PKB Panik
Gegara unggahan Ketum PKB, Muhaimin Iskandar alias Cak Imin gambar 'Warga NU Kultural Wajib Ber-PKB Struktural Karepmu', tagar Panik Ya Min trending.
Baca juga: Pesta Miras Memanas Jadi Adu Bacot, Pemuda Cilincing Babi Buta Hajar Teman Pakai Celurit
Riwayat Karier
Pengasuh Pondok Pesantren Bina Insan Mulia, Cirebon;
Wakil Ketua Pimpinan Pusat Rabithah Ma’ahid Islamiyah (Asosiasi Pondok Pesantren se-Indonesia);
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Periode 2010-2015.
Pengagas gerakan "Ngaku NU Wajib ber-PKB".
Kiai Imam Jazuli, Pengasuh Pesantren Bina Insan Mulia, Cirebon, sempat mengungkapkan pandangannya tentang relasi hubungan antara NU dan PKB.
“Dua hari lalu Ketua Fraksi PKB DPR RI, (saya memanggilnya) Kang Cucun bersilaturahim ke pesantren kami, ini adalah silaturahim kali kedua beliau setelah sebelumnya kesini dengan ketum PKB cak Imin, obrolan berlangsung hingga malam,” kata Kiai Imam, Rabu (2/2/2022).
Kiai Imam dalam kapasitasnya yang bukan pengurus PKB, bukan pula Pengurus NU, namun sebagai NU Kultural menyatakan kecintaannya terhadap NU yang kaafah alias total. Menurut Kiai Imam harus diakui dengan jelas bahwa PKB lahir dari rahim NU dan sebagai alat Politik NU.
“Jadi kalo mengaku cinta NU ya otomatis 'wajib' cinta PKB, ngaku NU tapi tidak ber-PKB, ya dipertanyakan ke NU annya, paling tidak seperti emas cuma 15 Karat,” kata Kiai Imam.
Alumni Pesantren Lirboyo ini lalu menceritakan kisah ayahanda “Dulu kyai Sanusi Gunung Puyuh Sukabumi itu secara ubudiah ( prilaku ibadah) ala NU total, tetapi secara politik tidak mau memilih NU tapi memilih Masyumi, maka lahirlah ormas PUI (Persatuan Umat Islam) yang didirikan bersama Kiai Abdul halim Majalengka. Jadi PUI itu bukan NU, karena belum kaffah dalam ber NU-nya,” katanya.
Padahal menurut Kiai Imam, semestinya sadar politik adalah aspek terpenting dalam membesarkan Jamaah dan Jamiyyah NU, itu yang dicontohkan oleh walisongo khususnya sunan Giri, sunan Gunung Djati, Jalur politik langkah yang paling cepat dan tepat untuk dakwah lebih luas, jadi kesimpulannya " ngaku NU wajib ber-PKB,” katanya.
Kiai Imam berpendapat penting rasanya untuk menyadarkan Nahdiyyin bahwa realitasnya hanya PKB alat politik NU saat ini, dan hanya PKB yang terbukti konsisten berjuang secara totalitas untuk Pesantren dan NU.
“Nahdiyyin berhutang banyak dengan PKB, bahkan saya lebih heran lagi Jika ada yang "ngaku gus durian" tapi membenci atau paling tidak antipati terhadap PKB, padahal gus Durlah yang mendirikan PKB untuk kepentingan Politik Nahdiyyin,” katanya.
Untuk itu Kiai Imam merasa perlu menjadi motor penggerak gerakan “Ngaku NU Wajib ber-PKB”. Gerakan ini diwujudkan dengan mencetak ribuan kaos bertuliskan jargon tersebut.