Kecelakaan di Tol Surabaya Mojokerto
BENOWO BERDUKA, Gelagat Aneh Kru Bus Sebelum Kecelakaan di Tol Sumo, Riski dan Anaknya Selamat
Salah satu keluarga korban kecelakaan maut di Tol Surabaya-Mojokerto, Riski Dwi Laksono mencium gelagat aneh kru bus pariwisata.
Penulis: Bobby Constantine Koloway | Editor: Iksan Fauzi
SURYA.co.id - Salah satu keluarga korban kecelakaan maut di Tol Surabaya-Mojokerto, Riski Dwi Laksono mencium gelagat aneh kru bus pariwisata yang ditumpangi para korban, Senin (16/5/2022).
Riski menceritakan, ada kejanggalan dari kru bus hingga dirinya tidak ikut serta mencegah anaknya ikut rombongan bus.
Keluarga Riski banyak yang menjadi korban kecelakaan maut di Tol Sumo itu.
Ayahnya hingga Selasa kemarin masih kritis. Bahkan, dua anggota keluarganya meninggal dunia.
Dengan banyaknya anggota keluarganya yang menjadi korban, Riski pun pontang panting mencari dari satu rumah sakit ke rumah sakit lainnya.
Pasalnya, anggota keluarganya itu tidak dirawat dalam satu rumah sakit, melainkan terpencar.
Berikut cerita Riski menghadapi kenyataan pilu keluarganya yang menjadi korban kecelakaan.
Riski menceritakan itu usai dikunjungi istri Wali Kota Surabaya, Rini Indriani, Selasa (17/5/2022) pagi.
Rini datang melayat sekaligus memberikan bingkisan dari Pemkot kepada keluarga.
Kepada Rini, Riski bercerita bahwa pihaknya baru saja pulang dari Rumah Sakit Bhakti Dharma Husada (BDH) Surabaya.
Di RS tersebut, Ibunda Riski, Mujiana sedang dirawat.
Mujiana merupakan salah satu korban selamat dalam kecelakaan di Tol Sumo.
Riski pun berterimakasih atas dukungan dan perhatian yang diberikan Pemkot.
"Kami sangat terbantu dengan perhatian Pemkot," katanya.
Riski mengungkap, ada 6 orang anggota keluarganya yang berangkat bersama rombongan wisata warga Benowo ke Dieng, Sabtu (14/5/2022) lalu.
Selain Mujiana, ada Nur Ra'i (ayah Riski), Septian Adi (adik Riski), dan Cipta Prayoga (keponakan Riski).
Kemudian, ada Nita Ning Agustin (Kakak Riski) dan Andik Suyanto (Kakak Ipar Riski yang juga suami Nita).
Dua nama terakhir masuk dalam daftar korban tewas dari total 14 nama yang meninggal akibat kecelakaan ini.
"Saya empat bersaudara, dua saudara saya ikut wisata tersebut bersama keponakan.
Saya tak ikut karena dari awal seakan ada perasaan tak enak," kata Riski.
Selain dua anggota keluarganya meninggal, dua anggota keluarga lain dalam keadaan belum sadar hingga Selasa pagi.
"Untuk ibu dan keponakan sadar, namun adik dan ayah belum. Ayah dalam kondisi kritis," katanya.
Selain Ayah yang dalam kondisi kritis, ada Septian Adi yang ada gangguan pada otak.
"Hari ini mau operasi dan kami membutuhkan tranfusi darah," katanya.
Lokasi perawatan pun terpencar.
Nur Ra'i dirawat di RS Emma Mojokerto, Septian Adi di RS Mohamad Soewandhie Surabaya, Cipta Prayoga di RS Petrokimia Gresik, dan Mujiana yang dirawat di RS BDH.
"Begitu kejadian, saya langsung berangkat ke Mojokerto. Saya sampai berkeliling di 7 RS untuk mencari anggota keluarga kami. Mulai yang di Mojokerto hingga Gresik," katanya.
Sebelum kejadian, Riski mengaku kali terakhir berkomunikasi pada Minggu malam (15/5/2022).
"Sekitar pukul 23.00 WIB, saya tanya Ibu saya soal jam kepulangan. Waktu itu, Ibu mengaku masih di kawasan Malioboro," katanya.
Ia mengaku hampir tak memiliki firasat apapun sebelum insiden ini.
Apalagi, kegiatan berlibur bersama keluarga maupun tetangga menjadi agenda rutin yang digelar tiap tahun.
Bahkan, pekan lalu ia bersama rombongan keluarganya baru pulang dari Malang untuk wisata keluarga.
"Waktu itu, yang berangkat sekitar 65 orang dan Alhamdulillah tak ada kendala," katanya
Namun berbeda halnya dengan agenda wisata ke Dieng. Ia sempat ragu ketika melihat kru bus.
Menurutnya, kru bus terkesan tergesa-gesa.
"Mereka seakan mengejar jadwal. Sebab berdasarkan yang kami dengar, ada jadwal (Wisata Religi) Wali Limo pada Senin tersebut," katanya.
Hal ini pun diperkuat dengan kondisi bus yang seakan disiapkan untuk rombongan banyak bus.
"Ada simbol huruf "D" ditempel di kaca yang sepertinya memang disiapkan untuk rombongan bus setelah dari Dieng. Sebab, kalau untuk rombongan ke Dieng cuma satu bus," katanya.
Dengan asumsi padatnya jadwal tersebut, ia menduga kru bus pun bisa mengalami kelelahan.
"Penumpang saja pada tidur kan," katanya.
Atas keanehan tersebut, Riski pun sempat mencegah keluarganya berangkat.
"Anak saya saja mau ikut akhirnya saya larang. Sebab, terkesan dipaksakan sejak awal," kata Bapak dua orang anak ini.
Namun, pada akhirnya sebagian anggota keluarganya berangkat bersama 25 tetangga lain.
Hingga akhirnya kejadian naas itu terjadi Senin pagi.
Saat ini, pihaknya fokus untuk memastikan kondisi keluarganya.
Termasuk, menjaga keponakannya, Cipta Prayoga yang kini menjadi yatim piatu setelah ayah dan ibu dia meninggal dalam peristiwa ini.
"Harapannya, keluarga kami bisa dirujuk ke satu tempat sehingga kami mudah untuk menjaganya.
Untuk saat ini, kami membagi anggota keluarga untuk berjaga," katanya.
Update berita lainnya di Google News SURYA.co.id