Hikmah Ramadan 2022
Ketua Badan Kesehatan MUI JATIM Djoko Santoso : Menyambut Berkah Ramadan di Ujung Pandemi
Tubuh harus mendapat asupan yang cukup, menjaga metabolisme tetap berjalan sehat, agar imunitas terjaga
Sudah banyak penelitian yang menjelaskan manfaat berpuasa bagi kesehatan tubuh. Pada dasarnya secara fisik, berpuasa sama dengan diet. Dengan makan sedikit kalori, berpuasa selama 14-16 jam setiap hari dalam waktu satu bulan, akan bagus untuk tubuh, dan bisa menurunkan berat badan. Jika puasa ini diteruskan hingga satu bulan berikutnya, bisa menurunkan berat badan hingga sekitar 3-5 kg.
Diet tersebut dalam dunia medis dikenal dengan istilah diet intermiten. Menurut penelitian, puasa intermiten bisa mengubah komposisi mikrobiota usus dan kandungan nutrisi yang ada di usus, sehingga bisa meningkatkan produksi asam empedu untuk penyerapan lemak dan menurunkan tekanan darah (Shi, 2021).
Penelitian lain menunjukkan, puasa intermiten dapat pula memperbaiki mikrobiota usus pada pasien diabetes, dapat memperbaiki komplikasi mikrovaskular yang terjadi seperti nephropathy (kerusakan ginjal) dan retinopathy (kerusakan retina pada mata) akibat diabetes mellitus. Sindroma metabolik merupakan salah satu penyakit yang menimpa kalangan pasien remaja, dewasa, hingga lanjut usia. Sindroma ini merupakan kumpulan dari penyakit diabetes, kolesterol yang tinggi, dan obesitas (kelebihan berat badan) yang prevalensinya sangat tinggi di masyarakat. Penyakit ini sangat erat hubungannya dengan gangguan bakteri baik yang ada di usus, sehingga terjadi gangguan penyerapan beberapa unsur penting di tubuh.
Puasa intermiten dapat secara langsung memperbaiki komposisi lemak dalam tubuh, serta meningkatkan sensitifitas insulin, dan juga dapat memperbaiki mikrobiota usus. Puasa intermiten memperbaiki kondisi dysbiosis usus pada pasien dengan sindroma metabolik. Saat kita berpuasa, terjadi beberapa perubahan dalam metabolisme beberapa zat makronutrien dalam tubuh seperti karbohidrat, protein, dan lemak. Penelitian puasa intermiten pada manusia menunjukkan terjadinya perbaikan indikator penyakit seperti efek penurunan tekanan darah, kadar lemak darah, detak jantung istirahat, resistensi insulin, dan peradangan.
Berpuasa, biasanya terasa sedikit berat di seminggu awal. Saat berpuasa, orang akan merasa lapar, mudah tersinggung dan kemampuan konsentrasinya menurun. Akan tetapi, efek samping ini biasanya akan hilang dalam waktu 2 - 4 minggu. Artinya, setelah 2-4 minggu berpuasa, jika akan dilanjutkan puasanya, maka pada minggu ke 3 - 5 berikutnya sudah menjadi terasa biasa, dengan kemampuan konsentrasi yang normal. Puasa sunnah enam hari di bulan Syawal setelah sebulan penuh puasa Ramadan, bisa berfungsi sebagai penyesuaian berangsur-angsur bagi fisik dan psikis menuju pola makan minum yang rutin.
Semoga uraian bilogis medis ini bisa menambah wawasan hubungan antara puasa dengan kesehatan tubuh. Selamat menjalankan puasa Ramadan, kita ikhlaskan menahan diri dan berbagi pada kaum duafa, dalam kondisi sosial yang sedang kurang menggembirakan ini. Setelah lebih dua tahun dihajar pandemi, sekarang beban masyarakat semakin bertambah berat dikarenakan banyak barang kebutuhan pokok menjadi langka dan harganya naik meroket, sehingga banyak saudara kita yang duafa hidupnya menjadi lebih sulit dan tertekan.
Dalam situasi ini, maka esensi puasa adalah ikhlas menahan diri dan berbagi pada saudara yang kurang mampu, menjadi kian penting. Dengan menahan diri dan ikhlas berbagi kepada kaum duafa, insya Allah kita bisa menyelesaikan puasa Ramadan dengan berkualitas, dan saat Idul Fitri nanti bisa menjadi momen yang berbahagia dan mendatangkan kemaslahatan, barakallah. (*)