Ramadan 2022
Ketua MUI Provinsi Jawa Timur KH Syafrudin Syarif: Puasa Membentuk Karakter Sabar
Di sisi lain puasa juga disebut dengan sabar. Karena dari puasa ini akan timbul kesabaran, kesadaran dan perilaku yang saling menghargai
SURYA.CO.ID, SURABAYA - Alhamdulillah kita masih diberi umur panjang dan dalam keadaan sehat wal afiat di bulan suci Ramadan 1443 Hijriah/2022.
Setiap Ramadan pasti kita diingatkan, bahwa kita memasuki semacam diklat besar internasional. Semua umat Islam diwajibkan untuk berpuasa untuk menahan nafsunya. Baik nafsu makan, seksual maupun nafsu-nafsu lainnya yang menyebabkan manusia terjerumus ke dalam sebuah kenistaan.
Oleh karenanya, tujuan utama dari puasa adalah “La’allakum tattaqun” sebagamana firman Allah (yang artinya): "Wahai orang-orang yang beriman Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (Surat Al-Baqarah ayat 183).
Artinya, ending puasa itu diharapkan kita menjadi orang-orang yang bertakwa.
Takwa artinya tidak hanya beriman, tidak hanya percaya, tapi melaksanakan semua perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan Allah.
Diharapkan dengan puasa ini akan tercipta karakter manusia-manusia baru, manusia yang mengerti akan kemanusiaan.
Dinamisme akan tercipta di kalangan komunitas manusia, sehingga akan timbul semua budaya yang indah, budaya yang saling menolong dan budaya sabar. Itulah yang akan timbul ketika puasa itu dilaksanakan dengan sebenar-benarnya.
Seseorang yang berpuasa akan menjadi sabar sebagaimana Rasulullah SAW mengatakan: “Ketika kamu sedang berpuasa, dan ada orang mengajak kamu untuk bertengkar, maka katakan: Saya Sedang Berpuasa.”
Artinya, sebagai manusia, kita tidak diperbolehkan untuk berkelahi, nafsu amarah harus benar-benar ditekan sehingga kita menjadi pemaaf dan mampu hidup berdampingan dengan siapapun, dan juga menjadi orang yang selalu husnudhon (berbaik sangka).
Ada kalanya, manusia yang satu dengan manusia yang lain saling membunuh hanya karena masalah kecil. Perang antara negara juga terjadi dan mungkin berdampak pada negara-negara lain.
Maka diharapkan dengan adanya puasa, manusia menjadi sadar bahwa tidak ada perlunya untuk berperang dan tidak ada untungnya untuk bermusuhan. Siapa pun nantinya yang menang, sejatinya mereka itu kalah karena mereka memerlukan banyak biaya, kehancuran akan mereka rasakan.
Para pembaca yang budiman, di sisi lain puasa juga disebut dengan sabar. Karena dari puasa ini akan timbul kesabaran, kesadaran dan perilaku yang saling menghargai antara yang satu dengan yang lainnya.
Di manapun manusia berada, ketika dia sabar, ketika dia mampu menghadapi kebaikan dengan sebaik-baiknya, maka lingkungan tentu akan menjadi lebih baik.
Sabar dibagi menjadi tiga macam. Sabar menghadapi musibah ketika kita diberi cobaan oleh Allah SWT, diuji oleh Allah SWT secara pribadi.
Misalnya dengan diberi penyakit, banjir, tanah longsor dan hal-hal lain yang dikehendaki oleh Allah SWT. Kita harus menerima dengan sabar sehingga kita mampu menghadapi musibah dengan sebaik-baiknya.