Ramadan 2022

Ketua MUI Jatim Prof Dr KH Ali Maschan Moesa: Ramadan, Syahrul Qur’an dan Bulan Literasi

Setiap manusia selalu berhadapan dengan 4 penjara, yaitu sejarah, alam, masyarakat, dan egonya sendiri.

Editor: irwan sy
MUI Jatim
Prof Dr KH Ali Maschan Moesa, Ketua MUI Provinsi Jawa Timur dan Pengasuh Pesantren Luhur Al-Husna Surabaya 

Lebih dari itu, tekanan ekonomi yang semakin berat tanpa disertai dengan penguasaan asset produktif, seperti tanah yang cukup, dan masalah HIV/AIDS/NAPZA, serta Covid 19, di masa mendatang akan semakin sulit diatasi sendiri oleh masyarakat.

Apalagi upaya peningkatan kemampuan kelembagaan pemerintah daerah pada era otonomi daerah dan pengembangan civil society selama 22 tahun hasilnya masih jauh dari harapan.

Dalam kehidupan masyarakat era 4.0 yang lebih didominasi oleh corak solidaritas organis. meminjam konsep Emile Durkheim dimana hubungan antara sesama lebih didasarkan pada serba kepentingan, merenggang, petembayan, impersonal, dan berjarak.

Diharapkan dengan al-shaum kita bisa menarik kembali hubungan sosial yang kebablasan tersebut ke koridor yang harmoni dengan dasar ukhuwwah basyariyah, sikap toleran, welas-asih, empatik, senasib sepenanggungan, pemaaf, suka damai, dan berkeadilan secara equal (re- humanisasi).

Namun, jika kita tidak mampu, maka manusia tidak lebih sekedar 'makhluk' yang berkaki dua yang berjalan tegak, dan tidak berbeda sedikitpun dengan makhluk yang berkaki empat.

Bahkan tindakan destruktif manusia akan lebih parah.

Mengapa?

Ini bisa terjadi karena manusia memiliki akal serta ditunjang dengan temuan teknologi 4.0 sebagai pendukung yang mampu menciptakan berbagai peralatan canggih, sehingga lebih merusak dari pada perilaku binatang yang paling buas sekalipun.

Wa lakin, yang paling menarik adalah redaksi perintah puasa dalam Alquran dengan menggunakan kosa kata 'KUTIBA ‘ALAIKUM al-SHIYAM'.

Dalam bahasa Arab asli makna kata 'kataba-yaktubu-kitab' adalah menulis yang bisa disimpulkan pentingnya 'literasi' bagi setiap muslim.

Lebih memprihatinkan lagi dari 200 negara di dunia ini terdapat 60 negara yang paling lemah literasinya dan Indonesia berada ke-59.

Memang bangsa Indonesia tergolong senang membaca, tetapi yang dibaca adalah berita 'medsos' yang penuh hoaks.

Sudah jatuh tertimpa tangga pula, menurut Unesco -yang baru saja melalukan penelitian- bahwa dari 200 negara di dunia terdapat 31 negara yang tergolong tidak beretika (akhlaqul karimah) ketika berkomunikasi lewat medsos.

Unesco menegaskan bahwa Indonesia termasuk ke-29 dari negara-negara yang tidak berakhlak yang mulia.

Last but not least, tujuan luhur perintah puasa tidak akan berhasil secara optimal jika setiap muslim lemah dalam literasinya dan malas qiraa-atul Qur’an. . . . Fa aina tadzhabun ???. Na’udzu Billah - Nastaghfilullah.

Prof Dr KH Ali Maschan Moesa
Ketua MUI Provinsi Jawa Timur dan Pengasuh Pesantren Luhur Al-Husna Surabaya

Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved