Berita Situbondo
Kerajinan Cangkang Kerang Buatan Pengrajin Asal Situbondo Tembus Pasar Internasional
Pelanggan kerajinan cangkang kerang buatan pengrajin asal Situbondo ini, mulai dari Jepang, Singapura, India, Australia, Lombok dan Bali.
Penulis: Danendra Kusumawardana | Editor: Cak Sur
SURYA.CO.ID, SITUBONDO - Abu Hasan (50) warga Desa Klatakan, Kecamatan Kendit, Kabupaten Situbondo, membuat kerajinan dari cangkang kerang bernilai ekonomis.
Cangkang kerang itu disulap menjadi beragam hiasan berbentuk satwa. Belakangan, produk buatannya itu sudah tembus pasar internasional.
Saat ditemui di kediamannya yang masih berada dalam kawasan ekowisata Kampung Blekok, suara cangkang kerang beradu dengan mata gerinda kontan nyaring terdengar.
Bekas serpihan cangkang kerang tampak bertebaran memenuhi lantai ruang produksi.
Ruang produksi kerajinan cangkang kerang berada di selasar samping rumah berukuran 8x2 meter.
"Saya sedang menggarap pesanan pelanggan dari Bali. Sisanya untuk stok jualan," katanya sembari memotong cangkang kerang, Rabu (30/3/2022).
Beberapa menit pengerjaan, cangkang kerang yang ia pegang sudah berbentuk sisik dan sirip ikan.
Nantinya, kepingan sisik dan sirip itu direkatkan hingga membentuk tubuh ikan.
"Sisik dan sirip ini bisa dibentuk jadi bermacam hiasan ikan, seperti ikan lohan, arwana dan discus," papar Abu Hasan.
Selain hiasan ikan, banyak wujud hewan lain yang terbuat dari cangkang kerang. Di antaranya burung beo, burung kenari, penyu dan komodo.
Prosesnya membentuk kerangka tubuhnya serupa, yakni lewat proses pemotongan dengan mesin gerinda dan perekatan cangkang kerang menggunakan tangan.
pengerjaan dituntaskan dengan pengamplasan, pewarnaan dan perendaman dengan cairan kimia supaya tak mudah pecah.
"Kerajinan cangkang kerang yang berbentuk hiasan satwa dibanderol dengan harga Rp 250.000 hingga Rp 2 juta. Bergantung dengan ukuran dan kerumitan pembuatan. Kami bisa membuat aneka hiasan satwa sesuai keinginan pelanggan juga," terangnya.
Proses pembuatan hiasan satwa dari cangkang kerang dengan ukuran 2 meter serta kerumitan tinggi membutuhkan waktu dua pekan.
Kalau yang bentuknya simpel, dua sampai tiga hari saja tuntas.
Dalam proses produksi kerajin cangkang kerang yang bermerek Mekar Sari Shop itu, Hasan dibantu dengan istrinya, Satriyani (50).
Sebelumnya, Hasan punya pegawai 7 orang. Namun akibat pandemi Covid-19, para pekerjanya dirumahkan karena penjualan menurun drastis.
"Di kondisi normal, omzet yang saya dapatkan minimal Rp 7 juta. Pelanggan kerajinan cangkang kerang buatan saya, mulai berasal dari Jepang, Singapura, India, Australia, Lombok dan Bali," sebut Abu Hasan.
Para pelanggan biasanya langsung datang ke rumah Hasan untuk memesan kerajinan itu. Ke depan, Hasan berniat untuk memasarkannya melalui media sosial agar menjangkau pelanggan lebih luas.
Di samping itu, bahan dasar pembuatan kerajinan, yaitu limbah cangkang kerang, ia dapat dari wilayah Nusa Tenggara Timur.
Limbah cangkang kerang jenis kerang mutiara yang sering digunakan oleh Hasan. Limbah kulit kerang mutiara dibeli seharga Rp 4.500 per kilonya.
Hasan mulai terjun menjadi perajin limbah cangkang kerang pada 1995. Ia belajar membuat kerajinan secara otodidak.
Karena pengalamannya pula, Hasan sangat piawai menyusun kepingan cangkang kerang menjadi hiasan berbentuk satwa.
Ia tak perlu membuat garis kerangka tubuh hewan menggunakan alat tulis saat proses pemotongan cangkang kerang. Garis itu seperti sudah tergambar di luar kepala.
"Awal mula membuat kerajinan tersebut saya tentu menemui kendala. Tak mudah membuat kerangka tubuh hewan dengan cangkang kerang. Kebanyakan bentuk satwa tak mirip. Saya terus mencobanya. Tahun 1998, bentuk satwa makin sempurna," pungkasnya.