Surya Militer
KECANGGIHAN Jet Tempur F-15 Amerika yang akan Diborong Indonesia Setelah Beli Dassault Rafale
Berikut kecanggihan jet tempur F-15 milik Amerika Serikat yang akan diborong Indonesia setelah beli Dassault Rafale Perancis.
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Iksan Fauzi
SURYA.co.id - Berikut kecanggihan jet tempur F-15 milik Amerika Serikat yang akan diborong Indonesia setelah beli Dassault Rafale Perancis.
Isu pembelian jet tempur F-15 semakin menguat setelah Panglima Komando Amerika di Indo-Pasifik Laksamana John C. Aquilino datang ke Indonesia.
Melansir dari VOA Indonesia, menjawab pertanyaan soal perkembangan rencana penjualan 36 pesawat jet tempur F15EX dan peralatan militer ke Indonesia bernilai 13,9 miliar dolar atau sekitar 200,8 triliun rupiah, Aquilino menjawab belum memiliki kepastian soal kapan proses penjualan ini akan dilakukan.
“Saya cukup beruntung sempat bertemu dengan Menteri Pertahanan Indonesia tadi (Senin 21 Maret) dan bersama Jenderal Andika, kami bekerja dengan pejabat-pejabat Indonesia untuk menentukan.
Soal F-15 ini merupakan pilihan Indonesia. Kami menunggu Indonesia. Militer kita memiliki sistem yang sama sehingga dapat dioperasikan dengan sangat luwes.
Ini merupakan keputusan Indonesia, dan kami gembira dapat mendukung (apapun) keputusan tersebut,” jelasnya.
Sebelumnya, Departemen Luar Negeri Amerika Serikat menyetujui penjualan 36 unit jet tempur F-15ID beserta dukungan peralatannya kepada Indonesia dengan nilai 13,9 miliar dollar AS atau setara Rp 199 triliun lebih.
AS mengumumkan persetujuan penjualan 36 unit F-15 dilakukan pada hari yang sama ketika Indonesia resmi membeli enam jet Dassault Rafale asal Perancis, Kamis (10/2/2022).
Mengutip siaran pers Badan Kerjasama Keamanan Pertahanan AS, Indonesia disebut telah meminta 36 jet F-15.
"Paket itu akan mencakup 36 jet, mesin cadangan, radar, pelatihan kacamata penglihatan malam dan dukungan teknis," kata Pentagon, dikutip dari Reuters, Jumat (11/2/2022).
Nantinya, Boeing menjadi kontraktor utama untuk jet F-15. Kendati telah mengumumkan potensi penjualan 36 F-15ID ke Indonesia, keputusan tersebut bukan berarti negosiasi telah rampung.
"Meskipun disetujui oleh Departemen Luar Negeri, pemberitahuan tersebut tidak menunjukkan bahwa sebuah kontrak telah ditandatangani atau bahwa negosiasi telah selesai," tulis Reuters.
Lantas, seperti apa kecanggihan jet tempur ini?
Dilansir dari Air Force Military, jet tempur F-15 disebut memiliki keunggulan udara yang dicapai melalui perpaduan kemampuan manuver dan akselerasi, jangkauan, senjata, dan avionik.
F-15 dibekali sistem elektronik dan persenjataan untuk mendeteksi, memperoleh, melacak, serta menyerang pesawat lain saat beroperasi di wilayah udara yang dikendalikan musuh.
Senjata dan sistem kontrol penerbangan dirancang agar pertempuran udara-ke-udara yang efektif dapat dilakukan meski hanya dengan satu orang awak.
Adanya sistem avionik multi-misi disebut menjadi salah satu keunggulan F-15 dan membedakan dari pesawat tempur lainnya.
Sistem tersebut meliputi tampilan head-up, radar canggih, sistem navigasi inersia, instrumen penerbangan, komunikasi frekuensi ultra tinggi, sistem navigasi taktis dan sistem pendaratan instrumen.
Selain itu, F-15 juga memiliki sistem perang elektronik taktis yang dipasang secara internal, sistem "identifikasi teman atau musuh", perangkat penanggulangan elektronik, dan komputer digital pusat.
Kemudian sistem radar pulse-Doppler F-15 yang serbaguna dapat melihat ke atas untuk memantau target yang terbang tinggi dan ke bawah untuk memantau target terbang rendah tanpa terganggu kondisi di daratan.
Jet tempur F-15 juga dapat mendeteksi dan melacak pesawat serta target kecil berkecepatan tinggi pada jarak di luar jangkauan visual.
Radar memasukkan informasi target ke komputer pusat dan memproyeksikannya pada tampilan head-up, termasuk informasi jenis pesawat musuh.
Sistem elektronik F-15 disebut dapat memberikan peringatan ancaman dan penanggulangan otomatis terhadap ancaman tertentu.
Berbagai persenjataan udara-ke-udara dapat dibawa oleh F-15.
Sistem senjata otomatis memungkinkan pilot untuk melakukan pertempuran udara dengan aman dan efektif, menggunakan head-up display dan avionik serta kontrol senjata yang terletak di throttle engine atau control stick.
Saat pilot berganti dari satu sistem senjata ke sistem senjata lainnya, panduan visual untuk senjata yang diperlukan secara otomatis muncul di tampilan kepala.
Dilansir dari laman Boeing, jet tempur F-15 memiliki panjang 19,45 meter, tinggi 5,65 meter, dan bentang sayap 13,05 meter.
F-15 memiliki berat 20,41 ton dengan kapasitas beban maksimum saat lepas landas 36,70 ton.
Lebih lanjut, F-15 mampu terbang dengan kecepatan maksimal 3.017 kilometer per jam dengan ketinggian maksimal 19.812 meter.
F-15 memiliki komposisi persenjataan yang berbeda tergantung jenisnya.
Model F-15A/B/C/D untuk misi pertempuran udara-ke-udara dibekali meriam 20 milimeter, rudal AIM-120 (AMRAAM), rudal AIM-9 (Sidewinder), dan rudal AIM-7 (Sparrow).
Sementara itu, F-15E untuk misi udara-ke-darat dibekali amunisi berpemandu serta berbagai rudal dan bom.
Selanjutnya, F-15E untuk misi udara-ke-udara dibekali dengan meriam dan 8 rudal jarak dekat dan menengah.
Lalu yang terakhir, model Advanced F-15 dibekali dengan 12 rudal udara-ke-udara dan 24 amunisi udara-ke-darat.
Borong Dassault Rafale
Diketahui, Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto berencana memborong 42 jet tempur Rafale.
Enam di antaranya telah resmi diakuisisi.
Sedangkan 36 jet tempur Rafale diklaim akan segera menyusul dalam waktu dekat.
Adapun enam unit Rafale itu sah dibeli Indonesia melalui penandatanganan yang dilakukan Kemenhan dengan pihak Dassault Aviation di Jakarta.
Pesawat mutakhir itu akan digunakan TNI AU untuk menggantikan sejumlah jet tempur yang sudah uzur.
Keputusan itu diambil salah satunya karena dinamika situasi pertahanan dan keamanan di kawasan Asia Pasifik.
Hal itu menjadi salah satu faktor Indonesia menggenjot modernisasi alat utama sistem persenjataan (alutsista).
Selain itu, peremajaan alutsista yang uzur juga menjadi alasan lain hal itu dilakukan demi memenuhi postur pertahanan nasional yang dirancang sejak jauh-jauh hari untuk memenuhi kualifikasi kekuatan minimum esensial (MEF) yang kini sudah memasuki tahap III.
Indonesia berencana membeli 42 unit jet tempur Dassault Rafale bikinan Perancis. Rencana tersebut sudah berjalan sejak beberapa bulan yang lalu.
Dilansir dari Kompas.com, progres rencana pembelian jet tersebut sudah pada tahap pengaktifan kontrak pembelian.
"Rafale sudah agak maju, saya kira tinggal mengaktifkan kontrak saja," ujar Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto, dikutip dari Kompas.com, Rabu (9/2/2022).
Sebelum Indonesia, sejumlah negara telah terlebih dulu menggunakan jet tempur Dassault Rafale, di antaranya Perancis, Mesir, Qatar, dan India.
Melansir dari Antara, Dassault Aviation merancang C01 Rafale dalam banyak varian, yaitu Rafale A, Rafale B, Rafale C, Rafale D, Rafale M, dan Rafale N untuk menggotong senjata nuklir.
Belakangan, cuma tiga varian yang paling banyak diproduksi, yaitu Rafale B (Biplace -tandem seater), Rafale C (Chasseur - kursi tunggal), dan Rafale M (Marine - ditempatkan di kapal induk untuk Korps Udara Angkatan Laut Prancis/Aeronavale).
Perbedaan paling pokok Rafale M dengan kedua varian lain adalah perangkat roda pendarat yang lebih kekar dan bobotnya yang bertambah 500 kilogram.
Dalam konfigurasi standar, Dassault Rafale dilengkapi sistem avionika (sistem sensor dan kinerja elektronika dalam keseluruhan sistem aviasi) yang dinilai cukup mumpuni.
Tipe-tipe awal dilengkapi Spectra yang digadang-gadang menciptakan situasi siluman virtual berbasis peranti lunak.
Belakangan dipertinggi kemampuannya melalui radar AESA RBE2 AA, yang dipercaya mampu meladeni berbagai keperluan.
Radar alias mata dan telinga bagi pesawat terbang.
Semakin tajam dan awas mata-telinga itu, semakin menakutkan pesawat tempur itu karena akan meninggikan efektivitas pemakaian persenjataan, baik peluru kendali ataupun sistem roket yang dibawa.
Dia akan lebih mampu mengenali mana sasaran yang harus dimusnahkan sesegera dan sebanyak mungkin, dan mana yang tidak perlu.
Radar AESA dan sistem avionika lainlah yang juga diadopsi serta dipercanggih habis-habisan oleh banyak pabrikan pesawat tempur.
Sebut JAS39 Gripen dari SAAB AB (Swedia) yang juga menjadi pesaing Dassault Rafale di Tanah Air sebagai calon pengganti F-5E/F Tiger II dari Skuadron Udara 14.
Gripen juga memiliki teknologi andalan serupa yang disebut portal www.aviatia.com “lebih lethal” ketimbang yang dimiliki Dassault Rafale.
Menurut data dari pabrikan, Rafale, dalam operasionalisasinya, memiliki “otak” bernama Integrated Modular Avionics dalam arsitektur Modular Data Processing Unit.
Inilah semua yang memungkinkan pilot untuk fokus saja pada misi sepanjang data yang dimasukkan akurat.
Jikapun kurang akurat, pilot masih bisa mengambil keputusan secepat mungkin sesuai situasi yang dia hadapi.
Secara otomatis pula, pesawat tempur dengan sayap kanard di belakang dome radar utama itu menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan, termasuk ketinggian dan kontur daratan sasaran, cuaca saat itu, hingga potensi ancaman yang ada.(*)