Ritual Maut di Pantai Payangan Jember
Sebelum Ajal Menjemput, Bripda Febri Sempat Minta Kayu ke Sang Ayah untuk Bikin Rumah
Ia cerita, sebelum anaknya meninggal dalam tragedi tergulung ombak pesisir laut selatan, sempat mendapat firasat.
Penulis: Tony Hermawan | Editor: Titis Jati Permata
SURYA.CO.ID, LUMAJANG - Diana mencoba tenang setiap kali petakziah datang ke rumah Bripda Febriyan Duwi di Desa Kaliboto, Kecamatan Jatiroto, Kabupaten Lumajang.
Istri anggota polisi dari Kesatuan Polres Bondowoso sudah bisa dipastikan hatinya masih teraduk-aduk.
Dia seakan belum percaya takdir suaminya sudah tutup usia setelah terseret arus laut saat mengikuti ritual di Pantai Payangan, Jember.
Beban menanggung rasa kehilangan juga terlihat di Ibu Febri. Matanya merah.
Entah sehari itu, sudah berapa kali ia menangis.
Dia hanya bisa mengucap kata 'Aamiin' tiap kali petakziah melantukan doa-doa untuk melepas kepergian arwah anaknya.
Joko Purnomo adalah ayah Febri. Dari semua anggota keluarga Febri, dia terlihat orang yang paling kuat.
Ia cerita, sebelum anaknya meninggal dalam tragedi tergulung ombak pesisir laut selatan, sempat mendapat firasat.
Baca juga: Cegah Penyebaran Covid-19, Satpol PP Kabupaten Kediri Operasi Protokol Kesehatan di Pasar Badas
Dua minggu sebelum Febri pergi, dia meminta ayahnya menyiapkan kayu untuk digunakan membangun rumah di Kabupaten Bondowoso.
"Bilangnya mau dibuat bikin kusen di rumah baru. Ternyata kayu yang diminta dijadikan rumah untuk selamanya. Kayu yang diminta saya buat plingsir pemakamannya," kata Joko.
Takdir itu memang sudah menjadi jalan cerita Febri.
Memang, ada 1.001 cara kematian yang diciptakan Tuhan.
Baca juga: 13 Pasangan Bukan Suami Istri dan Prostitusi Online Terjaring Razia Satpol PP Kota Mojokerto
Tapi sejujurnya, keluarga menginginkan Nur Hasan ketua Kelompok Tunggal Jati Nusantara diadili.
Sebab bagaimana pun, dia menjadi penyebab anaknya dan 10 korban lain tewas.
"Keluarga gak ada yang tahu kalau Febri ini ikut ritual-ritual. Kalau tahu ya jelas dilarang," pungkas dia.