Kampung Miliarder Tuban

FAKTA KAMPUNG MILIARDER Desa Sumurgeneng Tuban: Jadi OKB Setahun, Harta Tinggal 50 Juta & Menyesal

Berikut fakta Kampung Miliarder di Desa Sumurgeneng Tuban, setelah lahannya dibeli oleh Pertamina dan Rosneft Rusia.

Penulis: Akira Tandika Paramitaningtyas | Editor: Musahadah
SURYA.CO.ID/M Sudarsono
Aksi unjuk rasa terjadi di kilang minyak Pertamina Grass Root Refinery (GRR) yang berada di Kecamatan Jenu, Tuban, Senin (24/1/2022). 

SURYA.CO.ID - Berikut fakta Kampung Miliarder di Desa Sumurgeneng Tuban, setelah lahannya dibeli oleh Pertamina dan Rosneft Rusia.

Diberitakan sebelumnya, pada 2021 lalu sebuah video viral di media sosial yang menunjukkan kondisi Desa Sumurgenung, Tuban, yang mana warganya mendadak menjadi miliarder dan memborong ratusan mobil.

Setelah setahun menikmati kekayaan hasil dari menjual lahan, kini warga di Desa Sumurgenung, Tuban, justru mengaku sangat menyesal.

Dirangkum dari laporan reporter SURYA.co.id di lapangan, berikut beberapa fakta selengkapnya.

1. Warga menyesal

Kisah warga Kampung Miliarder di Kecamatan Jenu, belum selesai. 

Setelah mendapat ganti rugi penjualan lahan untuk proyek kilang minyak pertamina grass root refinery (GRR) di kecamatan setempat, kini kabar tak mengenakkan datang. 

Hal itu diketahui saat unjuk rasa warga enam desa di ring perusahaan patungan Pertamina dan Rosneft asal Rusia, Senin (24/1/2022), di antaranya Desa Wadung, Mentoso, Rawasan, Sumurgeneng, Beji dan Kaliuntu, Kecamatan Jenu. 

Seorang lelaki tua, Musanam, warga Desa Wadung, mengaku menyesal telah menjual tanah dan rumahnya ke PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia (PT PRPP) setahun lalu. 

Kini kakek yang berusia 60 tahun itu sudah tidak lagi memiliki penghasilan tetap, sebagaimana setiap masa panen. 

Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, iapun terpaksa harus menjual sapi ternaknya. 

"Sudah tak jual tiga ekor untuk makan dan kini tersisa tiga," ujarnya di sela-sela aksi demo.

Hal lain juga disampaikan Mugi (60), warga kampung miliarder lainnya. 

Seusai menjual tanah seluas 2,4 hektare ke perusahaan plat merah tersebut, kini ia kesulitan mendapatkan penghasilan setiap panen. 

Jika biasanya bisa mendapat Rp 40 juta saat panen, sekarang sudah tak lagi mendapat hasil tersebut. 

"Dulu lahan saya tanami jagung dan cabai, setiap kali panen bisa menghasilkan Rp 40 juta. Kini tak lagi memiliki penghasilan, setelah menjual lahan," ungkapnya. 

Ia juga bercerita, lahan miliknya dijual sekitar Rp 2,5 miliar kemudian uangnya digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, sisanya ia tabung. 

2. Mendapat bujukan untuk jual lahan

Mugi mengingat, dulu sering didatangi pihak Pertamina saat berada di sawah agar mau menjual lahan. 

Segala bujuk rayu pun ditawarkan, termasuk tawaran pekerjaan untuk anaknya. Namun hingga kini, tawaran tersebut tak pernah terealisasi. 

"Dulu saya didatangi pihak pertamina agar mau jual lahan, janji diberi pekerjaan anak-anak saya tapi tidak ada sampai sekarang," pungkasnya.

3. Warga lakukan demo

Aliansi warga enam Desa yaitu Wadung, Mentoso, Rawasan, Sumurgeneng, Beji dan Kaliuntu, Kecamatan Jenu, berunjuk rasa di kilang minyak pertamina grass root refinery (GRR), Senin (24/1/2022).

Sekitar 100 massa yang melibatkan karang taruna enam desa di wilayah ring perusahaan itu, menyoal PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia (PT PRPP) yang dinilai tidak kooperatif.

Dampaknya, para pengunjuk rasa membawa lima tuntutan saat aksi yang ditujukan pada perusahaan patungan Pertamina dan Rosneft asal Rusia.

Korlap aksi, Suwarno mengatakan, ada lima tuntutan dari masyarakat ring perusahaan.

Pertama, memprioritaskan warga terdampak terkait rekruitmen security (keamanan, red).
terdampak.

Kedua, semua vendor yang ada di pertamina di dalam rekruitmen tenaga kerja harus berkoordinasi dengan desa.

Ketiga, sesuai dengan janji dan tujuan pembangunan, pertamina harus memberi kesempatan dan edukasi terhadap warga terdampak.

Keempat, jika pertamina bisa mempekerjakan pensiunan yang notabennya usia lanjut, mengapa warga terdampak yang harusnya diberdayakan malah dipersulit untuk bekerja dengan dalih pembatasan usia.

Kelima, keluarkan vendor maupun oknum di lingkup project pertamina yang tidak pro terhadap warga terdampak.

"Aksi ini adalah buntut dari ketidak terbukaan pertamina terhadap desa di ring perusahaan, kita mendesak tuntutan direalisasikan," ujarnya kepada wartawan.

4. Dugaan harta warga tinggal Rp 50 juta

Kabar uang warga kampung miliarder yang tinggal puluhan juta cukup menyita perhatian.

Pasalnya, mereka telah menerima miliaran rupiah dari penjualan tanah untuk proyek kilang minyak Tuban New Grass Root Refinery (NGRR) belum lama ini.

Kepala Desa Sumurgeneng, Kecamatan Jenu, Gihanto mengatakan, miliarder yang uangnya tinggal sedikit mungkin ada, tapi kalau masih sisa Rp 50 juta sepertinya tidak.

Paling tidak, sisa uang warga masih mencapai angka miliaran. Seperti Rp 1-1,5 miliar.

"Saya kira tidak sampai segitu, itu kan hanya pengakuannya," ujar Kades kepada wartawan, Jumat (9/4/2021).

Dia menjelaskan, kalaupun uang warga habis tetap banyak yang dibelikan aset ataupun ditabung.

Mungkin ada kekhawatiran juga selama ini koar-koar punya uang banyak.

Sementara untuk Kamtibmas sendiri sampai sekarang masih aman.

"Kalau perasaan saya biasa saja, uang warga banyak untuk membeli aset," pungkasnya.

5. Warga sempat beli ratusan mobil baru

Diberitakan sebelumnya saat masih viral, Kepala Desa Sumurgeneng, Gihanto menyatakan, hingga kini sejak pencairan penjualan tanah warga untuk proyek kilang minyak Grass Root Refinery (GRR) Pertamina-Rosneft asal Rusia, sudah ada 176 mobil baru yang dibeli.

Mobil yang dibeli warga itupun berbagai macam jenis, seperti kijang Innova, Honda HR-V, Fortuner, Pajero dan Honda Jazz.

"Sudah ada 176 mobil baru yang datang, itu tidak langsung bersamaan, yang datang bareng ya 17 mobil minggu kemarin," ujarnya, Minggu (21/2/2021).

Kades menambahkan, ada 840 KK warga di desanya, namun yang lahannya dibeli perusahaan plat merah sekitar 225 KK.

Harga yang diterima warga untuk penjualan tanah per meter mulai dari Rp 600-800 ribu.

Sehingga penjualan yang didapat warga rata-rata mencapai miliaran rupiah.

Untuk penjualan tanah paling sedikit Rp 36 juta, paling banyak warga sini Rp 26 miliar, sedangkan ada warga luar mendapat Rp 28 miliar.

"Kalau rata-rata Rp 8 miliar, satu rumah ada yang beli 2-3 mobil. Sisanya buat beli tanah lagi, tabungan, bangun rumah dan usaha," pungkasnya.

Sekadar diketahui, lahan warga dihargai apraisal Rp 600-800 ribu per meter, menyesuaikan lokasi.

Kebutuhan lahan untuk pembangunan kilang minyak GRR seluas 821 hektar.

Rinciannya, lahan warga 384 hektar di Desa Sumurgeneng, Kaliuntu dan Wadung, KLHK 328 hektar dan Perhutani 109 hektar.

Investasi kilang minyak dengan nilai 16 miliar USD atau setara 225 triliun itu rencananya akan beroperasi di 2026.

Kilang GRR ditarget mampu produksi 300 ribu barel per hari.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved