Pembunuhan Ibu dan Anak di Subang
TERBARU KASUS SUBANG, Saksi Bisa Mengarang Cerita saat Diperiksa Berulang-ulang, Sketsa Belum Kuat
Kredibiltas polisi dipertanyakan menyusul belum terungkapnya kasus pembunuhan ibu dan anak di Subang, Jawa Barat.
SURYA.CO.ID, SUBANG - Kredibiltas polisi dipertanyakan menyusul belum terungkapnya kasus pembunuhan ibu dan anak di Subang, Jawa Barat.
Tindakan penyelidikan yang dilakukan kepolisian ternyata banyak kelemahan, mulai dari langkah pertama saat olah TKP hingga pada pemeriksaan saksi berulang-ulang yang membuatnya bisa mengarang cerita.
Hal ini menjadi sorotan kritis kriminolog Universitas Indonesia Prof Adrianus Meliala.
Menurutnya, kelemahan pertama dalam proses penyelidikan terjadi dalam pemeriksaan forensik oleh dokter yang menurutnya kurang tepat.
Seperti diketahui, autopsi jasad Tuti Suhartini dan Amalia Mustika Ratu dilakukan lebih dari sekali.
Kepolisian sampai menerjunkan ahli forensik Mabes Polri Dr dr Sumy Hastry Purwanti untuk melakukan autopsi ulang di makam Tuti dan Amel, karena hasil autopsi pertama kurang maksimal.
Baca juga: UPDATE KASUS SUBANG Danu Banjir Simpati dan Hadiah seusai Dituduh Mirip Sketsa Pelaku, Diwarning Ini
Selain kelemahan forensik, menurut Adrianus, polisi saat melakukan olah TKP dinilainya jorok.
"Pada yang kedua ini, common situation atau sering terjadi, apalagi di satuan-satuan wilayah bukan perkotaan, dimana jarang mengalami kasus besar, dimana tidak terlatih anggotanya," jelas Adrianus dikutip dari tayangan AIMAN di channel Kompas TV, Senin (4/1/2022).
Selain itu, dalam kasus ini seolah-olah semua orang ingin berkontribusi, berbuat baik, tapi malah mengacaukan dan merusak TKP. sehingga ada jejak-jejak kaki.
"Ada hal-hal yang harusnya diperhatikan malah tidak diperhatikan," katanya.
Menurut Adrianus, polisi juga seringkali diganggu dengan hal-hal yang makin memperlambat kerjanya.
Polisi juga tidak bisa mengestablish apa yang di TKP adalah perawan, sehingga dibantah dan sebagainya.
"Ini ujung-ujungnya mengurangi kepercayaan kepada kepolisian," katanya.
Disinggungang banyaknya kejanggalan yang ditemukan di TKP, menurut Adrianus, opini tentang kejanggalan itu muncul karena polisi tidak bisa menegakkan fakta-fakta yang kuat.
"Mestinya sejauh ini sudah ada penggambaran tentang apa yang terjadi pada detik-detik pembunuhan, itu bisa menjelaskan mengapa terjadi kejanggalan," katanya.