Berita Banjir
Tahun Berganti, Banjir Lamongan Tak Jua Pergi; Sudah 3 Pekan 288 KK di Desa Ini 'Terpenjara' Air
"Malam pergantian tahun dan tahun baru tidak kemana-mana," kata Sifaulifah, salah satu warga Desa Weduni, Minggu (2/1/2022).
Penulis: Hanif Manshuri | Editor: Deddy Humana
SURYA.CO.ID, LAMONGAN - Karena belum ada formula terhebat untuk mengusir banjir rutin yang melanda Desa Weduni, Kecamatan Deket Lamongan, maka warga di sana pun hanya bisa menunggu. Sampai saat pergantian tahun dari 2021 ke 2022, ternyata banjir tidak ikut beralih menjadi kering akibat luapan air Bengawan Jero.
Desa Weduni memang sudah sering menjadi sasaran luapan air Bengawan Jero,, anak sungai Bengawan Solo. Malam pergantian tahun dan hari pertama tahun 2022, mereka habiskan dalam genangan air yang merendam jalan dan tambak, juga rumah-rumah warga.
"Malam pergantian tahun dan tahun baru tidak kemana-mana," kata Sifaulifah, salah satu warga Desa Weduni, Minggu (2/1/2022).
Sebelum banjir datang, Sifaulifah mengaku ia sering ke pasar untuk berjualan ikan. Karena banjir, Sifa pun kini berdiam diri di rumah karena sepeda motor maupun mobil tidak bisa jalan akibat air sudah menggenang di jalan desa.
Libur tahun baru ini pun Sifa dan keluarganya hanya berdiam di rumah dan tidak kemana-mana. "Tahun baru ya tidak kemana-mana, karena tidak bisa keluar, ya mau bagaimana lagi," imbuhnya.
Kondisi Sifa sekeluarga menjadi cermin mandeknya roda perekonomian di desa itu akibat terpenjara genangan banjir namun belum ada program jitu dari pemda untuk mengakhirinya.
Bahkan banjir ini berkepanjangan hampir tiga pekan sehingga warga tidak bisa beraktivitas dengan bebas.
Pada awal tahun inipun, warga hanya saling bercanda dan bercengkrama dengan tetangganya dari halaman rumah mereka yang tergenang air. "Mudah-mudahan segera surut karena selain rumah dan jalan, ikan-ikan di tambak juga ada yang hilang kena banjir," harapnya.
Bahkan seorang warga asli Weduni, Kadam Mustoko yang kini bermukim di Perumnas Made mengaku kesulitan untuk pulang ke desa asalnya itu, meski sekedar menjenguk orangtua dan saudaranya.
Kalaupun memaksakan pulang, ia harus memarkir kendaraannya belasan kilometer jauh dari lokasi banjir. Untuk menuju ke rumah di tempat kelahirannya, Kadam harus berjalan kaki kemudian ganti naik perahu menyusuri sungai kecil yang ada di bahu jalan yang tenggelam. "Susah, kalau mau pulang sambang orang tua di weduni," keluh wartawan lokal ini.
Kades Weduni, Yasin menuturkan, saat ini ada lebih dari 288 KK yang terkena imbas banjir luapan anak sungai Bengawan Solo ini. Yasin juga mengakui jika banjir yang menimpa desanya ini adalah banjir musiman. "Ada 288 KK yang rumahnya terendam banjir. Jalan lingkungan maupun jalan poros juga terendam," ungkapnya.
Seperti warga lain yang tinggal di kawasan Bengawan Jero, Yasin dan warga Desa Weduni berharap agar ada solusi terbaik bagi mereka agar tidak menjadi daerah langganan banjir. "Semoga ada solusi terbaik untuk warga Bengawan Jero ini," pungkasnya. ****