Berita Surabaya

Warga Kampung Kedurus Surabaya Manfaatkan Lahan Bekas Pembuangan Sampah Menjadi Green House

Sebagai bentuk upaya ketahanan pangan, warga Kampung Kedurus secara kompak menanam berbagai macam sayuran di lahan khusus.

Penulis: Zainal Arif | Editor: Cak Sur
SURYA.CO.ID/Zainal Arif
Anggota Kelompok Tani Sri Rejeki Jitu kompak saat merawat tanaman hidroponik dan tasapot di Kampung Kedurus Gang 1B, RT 7 RW I Kelurahan Kedurus, Kecamatan Karangpilang, Kota Surabaya, Senin (29/11/2021). 

SURYA.CO.ID, SURABAYA - Sebagai bentuk upaya ketahanan pangan, warga Kampung Kedurus Gang 1B, RT 7 RW I Kelurahan Kedurus, Kecamatan Karangpilang, Kota Surabaya, secara kompak menanam berbagai macam sayuran di lahan khusus.

Lahan khusus tersebut merupakan Lahan kosong seluas 5x10 meter yang dulunya menjadi tempat pembuangan sampah bagi warga setempat. Namun karena adanya kepedulian masyarakat, akhirnya lahan tersebut kini berhasil disulap menjadi sebuah green house dengan dipenuhi instalasi tanaman hidroponik.

Bahkan yang terbaru, tanaman hidroponik dilingkungan ini menggunakan sistem DFT (Deep Flow Technique), yakni sebuah sistem hidroponik dengan aliran air tebal yang membuat pipa akan dapat meninggalkan genangan air sehingga masih aman jika terjadi mati lampu.

Jenis tanaman yang ditanam dalam media hidroponik pun beragam, ada ratusan mulai dari sawi pakcoy hingga sawi sanghong tumbuh subur di lingkungan tersebut.

Tak hanya itu, kampung yang dihuni oleh 150 KK ini juga menanam Tanaman Sayuran Dalam Pot (Tasapot) seperti tomat, bayam merah, bayam hijau, kenikir, terong, cabai, kacang panjang dan lain-lain di lahan kosong lainnya.

Bicara soal merawat tanaman, kampung ini melibatkan 20 orang yang tergabung bersama Kelompok Tani Sri Rejeki Jitu.

Mereka yang terdiri dari ibu-ibu dan bapak-bapak secara rutin bergantian merawat tanaman mulai dari pembibitan, pemberian vitamin, pemberian pupuk hingga memanen tanaman.

Ketua RT, Sri Rahayu mengatakan, warga sudah melakukan panen sebanyak 5 kali.

3 kali panen pertama ia bagikan ke warga setempat hingga merata. Sedangkan untuk panen ke-empat dan ke-lima ia sudah mulai menjual dengan harga di bawah pasar kepada tengkulak.

Di mana hasil penjualan tersebut akan dipergunakan untuk membeli bibit, pupuk dan obat. Pembeli diberi keleluasan dalam memilih dan melihat secara langsung untuk selanjutnya ditimbang.

"Alhamdulilah kami memiliki langganan yang membeli hasil tanaman kami, tentu ini sedikit membantu perekonomian warga yang banyak terdampak pandemi akibat dirumahkan. Selain tanaman ditanam di sini (green house dan lahan kosong lainnya), ada pula beberapa tanaman yang diletakkan di depan rumah warga karena lahan kami yang terbatas," ujar Sri kepada SURYA.CO.ID, Senin (29/11/2021).

Meskipun dari tanaman tersebut menghasilkan ketahanan pangan bagi warga setempat. Namun ada hal yang menjadi kendala warga dalam proses perawatan tanaman. Di antaranya ialah adanya hama kutu kebul dan hama tikus.

Sri mengungkapkan untuk mengatasi kendala tersebut, ia mengajak warga untuk menyimpan tanaman yang diincar hama tikus ke dalam green house.

Sementara untuk menghadapi hama kutu kebul, warga setempat membuat hama pestisida nabati.

"Cara buatnya hanya tinggal melakukan pengolahan tembakau yang perlu direndam selama 24 jam, kemudian dicampur dengan bawang putih dan sabun cuci piring," jelasnya.

Ke depan, Sri dan warga setempat bertekad untuk memperbanyak instalasi hidroponik dan tanaman lain agar warga bisa mandiri dengan makan makanan hasil dari tanamannya sendiri.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved