Surya Militer

Kapan Jokowi Pilih Calon Panglima TNI? Ini Kata Mensesneg dan Hasil Survei Jenderal Andika Perkasa

Berikut pernyataan terbaru Menteri Sekretariat Negara terkait kapan Presiden Joko Widodo (Jokowi) memilih calon Panglima TNI.

foto: tribunnews.com
Presiden Joko Widodo (Jokowi). Kapan Jokowi Pilih Calon Panglima TNI? 

Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Musahadah

SURYA.co.id - Berikut pernyataan terbaru Menteri Sekretariat Negara terkait kapan Presiden Joko Widodo ( Jokowi) memilih calon Panglima TNI.

Pernyataan ini diungkapkan oleh Staf Khusus Menteri Sekretariat Negara, Faldo Maldini.

Sementara itu, hasil survei peluang Jenderal Andika Perkasa terpilih menjadi Panglima TNI juga bisa dilihat di akhir artikel ini.

Diketahui, pemerintah belum mengirimkan surat presiden (Surpres) ke DPR terkait pergantian Panglima TNI.

Staf Khusus Menteri Sekretariat Negara, Faldo Maldini mengatakan bahwa Surpres akan dikirimkan setelah DPR memasuki masa sidang lagi.

Baca juga: Selain Dijagokan Jadi Panglima TNI, Jenderal Andika Perkasa Muncul di Survei Capres & Ungguli Luhut

"Sejauh ini secara jadwal, semuanya masih aman, menunggu jadwal DPR sidang lagi.

Kita masih ada waktu sampai masuk pensiun Panglima di akhir November nanti," kata Faldo kepada wartawan, Jumat, (8/10/2021).

Melansir dari Tribunnews.com dalam artikel 'Surat Presiden Terkait Panglima TNI akan Dikirim Setelah Reses'

Untuk diketahui DPR memasuki masa reses Persidangan 1 Tahun 2021 pada 8 sampai 31 Oktober 2021.

Menurut dia, masih ada waktu mencari perwira terbaik yang dapat menggantikan Marsekal Hadi Tjahjanto yang akan memasuki masa pensiun.

Sejumlah kriteria menurutnya, menjadi penilaian untuk menentukan calon Panglima TNI pengganti Hadi.

"Kita tunggu saja. Semuanya masih berproses. Kita sedang fokus ke agenda nasional bangkit dari pandemi, maka kriteria  untuk menjawab tantangan itu jadi penting, ini yang sebelumnya tidak menjadi kriteria utama.

Kalau sudah tampak tanda-tandanya, nanti pasti langsung diumumkan, tidak mungkin diam-diam," katanya.

Faldo mengatakan bahwa Presiden saat ini masih menggodok siapa Panglima TNI ke depannya.

Yang pasti menurutnya Panglima TNI yang baru adalah prajurit yang terbaik dari berbagai aspek. 

"Karena ini bukan hanya soal kualifikasi personal, tapi Panglima TNI saat ini juga punya sederet tantangan berat, bagaimana bahu - membahu dengan rakyat untuk melewati pandemi, pengembangan personel baik dari segi kualitas SDM ataupun karir, pengembangan alutsista, dan harmonisasi tata kelola di tubuh tiga matra," pungkasnya.

Hasil survei terhadap Jenderal Andika Perkasa

Sementara itu, Jenderal Andika Perkasa unggul 4 dimensi kepemimpinan sebagai calon Panglima TNI dalam survei 100 opini ahli yang dilakukan Setara Institute.

Dalam survei itu, Setara Institute menggunakan 5 dimensi kepemimpinan untuk mengukur kelayakan sebagai Panglima TNI menggantikan Marsekal Hadi Tjahjanto yang akan pensiun Nopember 2021.

Ada tiga kandidat calon Panglima TNI yang disertakan dalam survei itu, yakni KSAD Jenderal Andika Perkasa, Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Yudo Margono dan Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Fadjar Prasetyo.

Adapun SETARA Institute dalam surveinya melibatkan 100 ahli dalam isu pertahanan dan keamanan (Hankam), serta Hak Asasi Manusia (HAM). Para ahli itu berasal dari akademisi kampus dan elemen masyarakat sipil (NGO/Ormas).

Adapun ahli-ahli dalam survei ini tersebar di beberapa kota besar sebagai berikut, Medan, Bukittinggi, Padang, Jabodetabek, Bandung, Yogyakarta, Jember, Lamongan, Surabaya, Kendari, Baubau, Makassar, Papua.

Setara Institute menyampaikan hasil temuan yang dilakukan pihak internal terkait yang menjadi tolak ukur untuk para kandidat Panglima TNI, di antaranya Kapabilitas, Integritas, Responsivitas, Akseptabilitas dan Kontinuitas.

Nama Jenderal Andika Perkasa unggul 4 dimensi kepemimpinan dari kedua calon lainnya.

Di mana pada dimensi kepemimpinan berdasarkan Integritas, dalam temuan atau survei Setara Institute, Jenderal Andika Perkasa memiliki nilai rata-rata 7,84.

Angka ini unggul dibandingkan nilai rata-rata Laksamana TNI Yudo Margono (7,83) dan Marsekal TNI Fadjar Prasetyo (7,70).

Hasil yang sama juga ditunjukkan pada dimensi kepemimpinan berdasarkan Akseptabilitas.

"Di sini (kriteria Akseptabilatas), Jenderal TNI Andika Perkasa mendapat nilai rata-rata 8,04," kata Peneliti Setara Institute Ikhsan Yosarie saat menyampaikan hasil surveinya secara daring, Senin (4/10/2021).

Sementara, Laksamana TNI Yudo Margono mendapatkan nilai rata-rata 7,78 dan Marsekal TNI Fadjar Prasetyo dengan nilai rata-rata 7,65.

Selanjutnya, pada dimensi kepemimpinan berdasarkan kriteria Responsivitas, Jenderal Andika Perkasa kembali unggul dengan nilai rata-rata 8,20.

Sedangkan, Laksamana TNI Yudo Margono mendapatkan nilai rata-rata 8,11 dan Marsekal TNI Fadjar Prasetyo mendapat nilai 7,99.

Nama Jenderal TNI Andika Perkasa kembali mengungguli dua kandidat lain dalam survei Setara Institute ini dalam dimensi kepemimpinan berdasarkan kriteria Kapabilitas.

Di mana KSAD itu mendapatkan nilai rata-rata tertinggi yakni 8,25, diikuti Laksamana TNI Yudo Margono dengan nilai 8,15 dan Marsekal TNI Fadjar Prasetyo dengan nilai 8,03.

Namun, dalam dimensi kepemimpinan berdasarkan kriteria yang terkahir yakni Kontinuitas, nama Laksamana TNI Yudo Margono unggul dari kedua kandidat lainnya.

Perwira tinggi TNI yang menjabat sebagai KSAL itu mendapatkan nilai rata-rata 7,97, diikuti Marsekal TNI Fadjar Prasetyo dengan nilai rata-rata 7,90 dan terakhir Jenderal TNI Andika Perkasa dengan nilai rata-rata 7,75.

Dengan begitu kata Ikhsan, dapat disimpulkan, Jenderal Andika Perkasa unggul dalam empat dimensi kepemimpinan sebagai kandidat Panglima TNI menggantikan Marsekal TNI Hadi Tjahjanto.

"Secara umum, Andika Perkasa mengungguli calon lainnya untuk 4 dimensi integritas, akseptabilitas, kapabilitas dan responsivitas. Sedangkan Yudo Margono unggul pada dimensi kontinuitas," katanya.

"Namun demikian, perbedaan skor untuk masing-masing kandidat tidak signifikan," tukas Ikhsan.

Sebagai informasi, penelitian ini dilakukan menggunakan metode kuantitatif dalam bentuk survei menggunakan metode purposif (purposive sampling).

Penelitian yang dilakukan 20 September 2021-1 Oktober 2021 ini melibatkan 100 ahli yang telah dipilih dan ditetapkan SETARA Institute dengan klasifikasi yang spesifik dan relevan dengan penelitian ini.

Keseluruhannya merupakan ahli dalam isu pertahanan dan keamanan (Hankam), serta Hak Asasi Manusia (HAM).

Ahli-ahli tersebut berasal dari akademisi kampus dan elemen masyarakat sipil (NGO/Ormas).

Adapun ahli-ahli dalam survei ini tersebar di beberapa kota besar sebagai berikut, Medan, Bukittinggi, Padang, Jabodetabek, Bandung, Yogyakarta, Jember, Lamongan, Surabaya, Kendari, Baubau, Makassar, Papua.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved