Berita Surabaya

Elegi Rara Yang Kehilangan Semua Orang Tercinta di Bulan Juli, Kini Jadi Anak Asuh Camat di Surabaya

Ridwan mendorong Rara untuk semangat belajar. Menjalankan cita-cita kedua orangtua Rara yang ingin melihat putrinya itu sukses.

surya/bobby koloway
Iona Annora Nurani Anindia saat melintas di sekitar rumahnya di kawasan Jagiran, Kecamatan Tambaksari, Surabaya, Jumat (13/8/2021). 

SURYA.CO.ID, SURABAYA - Tidak kurang ada 300 anak di Surabaya menjadi yatim piatu setelah orangtuanya terenggut wabah Covid-19. Banyak kisah pilu yang tersisa ketika si yatim piatu kemudian harus mulai menghadapi kerasnya kehidupan di usia muda, tanpa ayah atau ibunya.

Seperti kisah sedih dari seorang bocah berusia 11 tahun di Surabaya, Iona Annora Nurani Anindia, yang mendadak menjadi yatim piatu sejak Juli lalu.

Semua bak kisah sedih di bulan Juli bagi gadis kecil ini. Karena hanya dalam sepekan, bocah yang tinggal di daerah Jagiran, Kecamatan Tambaksari ini kehilangan tiga anggota keluarganya sekaligus. Diawali dari kakeknya, Kasiran yang meninggal pada 7 Juli 2021.

Kemudian neneknya, Bunga Iswati yang meninggal pada 9 Juli. Selanjutnya, pada 12 Juli ayah bocah yang akrab disapa Rara ini, Imam, menyusul Kasiran dan Bunga.

"Semua meninggal dengan terkonfirmasi positif Covid-19," kata Ketua RT 3/RW 3 Jagiran, Jalal saat dikonfirmasi di Surabaya, Jumat (13/8/2021).

Jalal menceritakan, bahwa indikasi Covid-19 ini diketahui berawal dari Imam. "Pak Imam mengikuti swab test dan diketahui positif. Ternyata ini menular kepada Pak Kasiran dan Bu Bunga," katanya.

Sebelum meninggal, masing-masing juga sempat mendapatkan perawatan secara intensif di RSUD dr Soewandhie. Meskipun ketiga keluarganya meninggal karena Covid-19, beruntung Rara diindikasikan negatif Covid-19.

Sepeninggal Imam, praktis Rara menjadi yatim piatu. Sebab ibu Rara sudah meninggal sejak 2012 silam. Saat ini, Rara tinggal bersama kakaknya (18 tahun) yang baru lulus SMK dan bibinya.

Sayangnya, bibi Rara merupakan penyandang disabilitas. "Kami lantas mengupayakan permintaan bantuan kepada pemkot," katanya.

Jalal mengajukan bantuan makanan melalui program permakanan. Rara bersama bibinya akan mendapatkan makanan dari pemkot 3 kali sehari. Selain program permakanan, Jalal juga mengkhawatirkan pendidikan Rara. Ia menyebut bocah berambut ikal ini sudah lama tidak bersekolah.

Pemkot Surabaya melalui Dinas Pengendalian Penduduk, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP5A) pun telah datang berkunjung, Jumat (13/8/2021). Hadir juga pihak kecamatan dan kelurahan.

Dari hasil kunjungan tersebut, Rara disebut enggan bersekolah jauh dari tempat tinggalnya. Ia juga ingin tetap tinggal bersama bibinya.

Camat Tambaksari, Ridwan Mubarun pun mengambil sikap. Bahkan Ridwan siap menjadi orangtua asuh bagi Rara. "Saya sudah datang ke rumah Rara dan bertemu dengan Rara," kata Ridwan ditemui terpisah di hari yang sama.

"Saya sampaikan, 'Kamu sekarang menjadi anaknya Pak Camat. Kamu harus sekolah'. Saya memberi motivasi," tuturnya.

Ridwan ingin melihat Rara bersekolah. Menurut Ridwan, Rara yang kini berusia 11 tahun ternyata mengenyam pendidikan terakhir saat TK. Sekali pun demikian, Ridwan melihat Rara sebagai anak yang cerdas, bisa baca-tulis meskipun tak sekolah SD.

"Rara ini cerdas. Bisa baca sendiri tanpa masuk SD. Bisa menulis, sedikit bahasa Inggris, dan mengetuk hati saya bahwa anak ini harus diselamatkan agar bisa bersekolah dengan baik," katanya.

Ia pun berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan untuk membantu Rara melalui Kejar Paket A. Selanjutnya, Rara akan didaftarkan ke SMP Negeri.

Ridwan mendorong Rara untuk semangat belajar. Menjalankan cita-cita kedua orangtua Rara yang ingin melihat putrinya itu sukses.

"Tentu, bisa sesuai dengan keinginan orangtua, punya ijazah, dan akhirnya bisa bekerja. Rara bisa menjadi orang yang bermanfaat, berguna bagi masyarakat," katanya.

Selain itu, Ridwan juga menyiapkan bantuan untuk renovasi rumah Rara bersama bibinya melalui program rehabilitasi sosial Rumah Tidak Layak Huni (Rutilahu). Diketahui, tempat tinggal Rara kurang laik.

Juga program pelatihan kerja bagi kakak Rara. "Kakak Rara ini masih berusia 18 tahun tetapi sudah menjadi tulang punggung keluarga. Nah, kami sedang pikirkan, pekerjaan apa yang mungkin bisa dilakukan sambil sekolah oleh kakaknya," katanya. ****

Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved