Kabar Terbaru Ali Kalora Cs dari MIT Poso Diburu 3 Jenderal TNI-Polri, Ada yang Jebolan Kopassus

Kabar terbaru sisa-sisa anggota Mujahiddin Indonesia Timur (MIT) Poso pimpinan Ali Kalora kini sedang diburu tiga jenderal dari TNI-Polri.

Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Adrianus Adhi
Kolase Tangkap layar ANTARA/HO-Humas Polda dan Gani Kurniawan/tribun jabar
Irjen Abdul Rakhman Baso. Satu dari tiga jenderal yang ikut buru Ali Kalora Cs. 

Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Adrianus Adhi

SURYA.co.id - Kabar terbaru sisa-sisa anggota Mujahiddin Indonesia Timur (MIT) Poso pimpinan Ali Kalora kini sedang diburu tiga jenderal dari TNI-Polri.

Bahkan, salah satu dari ketiga Jenderal tersebut ada yang sudah lama berkarier di Kopassus.

Tiga jenderal dari TNI-Polri tersebut bersama-sama turun tangan langsung ke lapangan bersama anak buahnya mengejar Ali Kalora Cs.

Mereka adalah Komandan Korem 132/Tadulako, Brigadir Jenderal TNI Farid Makruf yang lama berkarir di Kopassus, Kepala Polda Sulawesi Tengah, Inspektur Jenderal Polisi Abdul Rakhman Baso, serta Kepala Operasi Satuan Tugas Madago Raya, Brigadir Jenderal Polisi Reza Arief Dewanto.

Dengan menunggangi sepeda motor trail, tiga jenderal itu turut dalam operasi bersama anak buahnya dari Pos Komando Taktis Desa Tokorondo, Kabupaten Poso.

Baca juga: Sosok Qatar, Teroris MIT Poso yang Tewas Tertembak Satgas Madago Raya Ternyata Ditakuti Ali Kalora

Mereka menyusuri jalan-jalan terjal di hutan-hutan, menembus arus sungai yang cukup deras, dan lain sebagainya.

Bisa dibilang, inilah operasi lapangan yang paling banyak melibatkan perwira tinggi di medan lapangan yang sesungguhnya selama beberapa waktu terakhir.

"Saya tidak mengenal medan yang sulit, sungai yang deras, ini demi kebersamaan dalam menanggulangi, penindakan terhadap DPO kelompok teroris Poso," kata Baso, Rabu (11/8/2021), melansir dari ANTARA.

Bahkan saat berada di pos, ada di antara ketiga jenderal itu yang menunjukkan kepiawaiannya memasak santapan malam, menu ala pasukan di medan tugas.

"Patroli bermotor yang diikuti tiga jenderal itu menyisir beberapa perkampungan di wilayah Kecamatan Poso Pesisir Selatan, selain untuk menyapa warga sekaligus untuk mencari enam DPO teroris Poso pimpinan Ali Kalora," kata Kepala Satuan Tugas Humas Ops Madago Raya, Komisaris Besar Polisi Didik Supranoto.

Ketiga jenderal itu, katanya, juga mengunjungi setiap pos sekat di sejumlah titik.

"Ini sebagai upaya untuk memberikan dorongan moril agar anggota tetap semangat dalam tugas, bekerja tanpa pamrih untuk Merah Putih," kata Supranoto.

Sebagai upaya pencarian sisa daftar DPO MIT Poso, Satgas Madago Raya juga kembali memasang baliho ke enam DPO di sejumlah titik di Kabupaten Poso, Kabupaten Parigi Moutong, dan Kabupaten Sigi.

Baliho-baliho itu memampang foto-foto orang yang masuk dalam DPO teroris Poso, yaitu Qatar, Rukli, dan Abu Alim alias Ambo.

Foto wajah-wajah mereka diberi tanda silang hitam, setelah ketiganya diumumkan tewas saat kontak tembak pada 11 dan 17 Juli 2021 di pegunungan Kabupaten Parigi Moutong.

"Saat ini Satgas Madago Raya fokus mencari enam DPO teroris Poso, yaitu Ali Ahmad alias Ali Kalora, Askar alias Jaid alias pak Guru, Nae alias Galuh alias Muklas, Suhardin alias hasan Pranata, Ahmad Gazali alias Ahmad Panjang dan Jaka Ramadhan alias Ikrima alias Rama," kata Supranoto.

Pemasangan dan perbaikan baliho DPO Poso ini dilakukan untuk memudahkan masyarakat mengenali wajah pelaku, sehingga apabila masyarakat melihat atau mengetahui keberadaannya dapat segera melapor kepada polisi atau tentara di nomor kontak yang tertera.

"Satgas Madago Raya masih sangat mengharapkan adanya niat baik dari para DPO Poso untuk sebaiknya segera menyerahkan diri, terlebih pada tahun baru Islam 1443 Hijriah, agar kedamaian dan keamanan Poso segera dapat terwujud," kata dia.

Qatar tewas tertembak

Sebelumnya, Qatar tewas tertembak di Pegunungan Tosaka, Desa Tanahlanto, Kecamatan Torue, Kabupaten Parigi Moutong, pada 11 Juli 2021. 

Di insiden tersebut, Satgas Madago Raya juga menembak satu lagi teroris MIT Poso yang diketahui bernama Rukli.  

Identitas Qatar dan Rusli baru teridentifikasi setelah dilakukan pengambilan DNA dan sidik jari dari jenazahnya. 

Kapolda Sulteng Irjen Pol Abdul Rakhman Baso mengatakan, dari proses identifikasi cukup panjang oleh tim DVI dan Inafis, akhirnya dapat mengungkap identitas keduanya.

"Jadi melalui proses itu dan disimpulkan bahwa keduanya merupakan Qatar dan Rukli," kata Irjen Pol Abdul Rakhman Baso kepada media di Aula I Polda Sulteng, di Jl Soekarno-Hatta, kelurahan Tondo, kecamatan Mantikulore, Rabu (4/8/2021).

Terkait sosok Qatar, Kapolda mengatakan, teroris MIT Poso ini terlibat dalam aksi pembunuhan di beberapa wilayah.

Seperti di Desa Lembantonanga, Kabupaten Sigi, dan di Desa Kalemago Poso.

"Hasil analisa intelijen itu Qatar yang melakukan pembunuhan di Lemban Tongoa dan Kalimago, kemudian seperti analisa kita mereka itu terbagi dari beberapa kelompok," katanya.

Sementara itu, informasi lain menyebut Qatar selama ini ditakuti oleh Ali Kalora Cs. 

Diketahui, kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Poso kini terpecah menjadi dua kelompok.

Kelompok pertama beranggotakan empat orang yang dipimpin oleh Ali Kalora, bergerak di wilayah Poso Pesisir Utara.

Sedangkan kelompok MIT Poso pimpinan Qatar alias Farel alias Anas, bergerilya di sekitar Lembah Napu, Lore Timur.

Komandan Komando Daerah Resor Militer 132 Tadaluko, Brigjen Farid Makruf menyebutkan bahwa ada niatan Ali Kalora Cs untuk menyerah.

Namun, niat Ali Kalora untuk menyerahkan diri dihalangi oleh Qatar.

Qatar mengancam Ali Kalora dan tiga anggota lainnya jika menyerahkan diri maka keluarga mereka akan menjadi taruhannya.

"Mereka (kelompok Ali Kalora) itu sebenarnya sudah mau turun kampung dan mau menyerah.

Jadi yang mau menyerah itu Ali Kalora, Rukli, Suhardin alias Hasan Pranata dan Ahmad Gazali alias Ahmad Panjang," ujar Farid, Senin (24/5/2021).

Seperti dilansir dari TribunManado.co.id dalam artikel 'Teroris MIT Poso Ali Kalora Ingin Menyerahkan Diri, Brigjen Rusdi: Kelompoknya Harus Diselesaikan'

Anggota kelompok Qatar terdiri atas Abu Alim alias Ambo, Nae alias Galuh, Askas alias Jadi alias Pak Guru, dan Jaka aka Ramadan alias Ikrima alias Rama.

Kelompok Qatar disebut berperan penting dalam melakukan teror dan pembunuhan terhadap para petani di wilayah Lore, Kabupaten Poso.

Termasuk pembunuhan kepada 4 petani pada tanggal 11 Mei 2021 di Desa Kalemago.

Qatar akhirnya tewas pada 11 Juli 2021 bersama Rukli. 

Sementara anak buah Qatar bernama Ambo tewas dalam kontak senjata tanggal 17 Juli 2020 di di Desa Tolai Induk, Kecamatan Torue, Kabupaten Parigi Moutong. 

Dari dua peristiwa tersebut, Satgas Operasi Madago Raya, menyita sejumlah barang bukti berupa senjata api jenis revolver, amunisi, bom lontong, kompas, bendera, dan sejumlah barang bukti lainnya yang diduga digunakan tiga DPO MIT Poso yang tewas tersebut.

Ketiga jenazah DPO MIT Poso ini dimakamkan di area Tempat Pemakaman Umum (TPU) Kelurahan Poboya, Kota Palu, Sulawesi Tengah.

Data kepolisian, saat ini DPO MIT Poso yang masih terus dilakukan pengejaran oleh Tim Satgas Madago Raya berjumlah enam orang.

Baca berita lainnya terkait perburuan Ali Kalora Cs

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved