Berita Tulungagung

Sewakan Perahu untuk Mancing Mania, Pelaku Usaha di Pantai Gemah Tulungagung Survive selama Pandemi

Banting setir usaha perahu wisata memancing di tengah laut itu, ternyata tepat agar bisa tetap memutar ekonomi

Penulis: David Yohanes | Editor: Deddy Humana
istimewa
Andik Setiyono, warga Tulungagung menunjukkan ikan hasil hobinya memancing selama pandemi. 

SURYA.CO.ID, TULUNGAGUNG - Pelaku usaha perahu wisata di Pantai Gemah Desa Keboireng, Kecamatan Besuki Tulungagung mengalami tekanan berat selama masa pandemi Covid-19.

Namun untuk bertahan di tengah pandemi, mereka menyulap perahu wisata mereka untuk melayani para pemancing agar bisa melampiaskan hobinya memancing di laut.

Banting setir dari usaha perahu wisata menjadi jasa antaran memancing di tengah laut itu, ternyata tepat agar bisa tetap memutar ekonomi saat wabah masih merebak. “Dari pada tidak ada pekerjaan sama sekali, cara ini lumayan untuk bertahan,” ucap Andik Setiyono, pemilik Gemah Water Sport kepada SURYA, Selasa (1/6/2021).

Andik mengungkapkan, saat terjadinya pandemi di awal 2020 kondisi pariwisata di Tulungagung sebenarnya belum terpengaruh. Hingga mendekati akhir tahun 2020, pariwisata mulai terdampak karena mulai ada pembatasan kunjungan.

Puncaknya pada 19 Desember 2020, Pantai Gemah ditutup total sebagai bagian dari upaya mencegah penularan Covid-19. “Desember tutup total, sehingga semua perahu wisata berhenti beroperasi. Tidak ada yang bisa bekerja,” kenang Andik.

Andik pun memutar otak agar usahanya di pantai itu bisa bertahan dengan perahunya. Akhirnya tercetus ide menyewakan perahu wisata kepada para mancing mania, sebutan para penggemar memancing.

Lewat promosi dari mulut ke mulut maupun promosi media sosial, Andik menawarkan layanan ini. Langkah ini cukup nekat, karena selama ini perahu pemancing dari Pantai Gemah dan Klathak tidak dikenal.

Selama ini para pemancing lebih banyak menggunakan perahu dari Pantai Popoh dan Pantai Prigi di Kecamatan Trenggalek. Namun terobosan Andik terbukti membawa hasil, karena ada mancing mania yang menggunakan perahunya.

“Tidak hanya dari Tulungagung, ternyata peminatnya ada yang dari luar kota. Seperti Surabaya, Sidoarjo dan Semarang,”ungkap Andik.

Untuk menawarkan layanan ini, Andik juga menjamin spot mancing yang dipenuhi ikan. Untuk lokasi di dalam teluk, Andik memasang tarif Rp 300.000 hingga Rp 350.000 untuk siang hari. Untuk malam hari dikenakan Rp 500.000, karena harus menyediakan genset.

Sedangkan untuk lokasi memancing di luar teluk, Andik mematok harga Rp 1,5 juta karena ia menggunakan dua mesin sekaligus. Layanan ini untuk siang hari, karena sangat jarang para pemancing mencari spot di luar teluk saat malam hari.

Meski begitu, Andik membatasi setiap rombongan maksimal hanya lima orang saja. “Lebih dari lima orang pasti kacau. Karena kalau strike, talinya bisa saling membelit,” tuturnya.

Selama penutupan lokasi wisata, rata-rata Andik melayani 1-2 rombongan pemancing per minggu. Dan penghasilan melayani para pemancing ternyata masih jauh jika dibanding mengoperasikan perahu wisata saat kondisi normal.

Sebab untuk hari Sabtu dan Minggu, rata-rata ia bisa meraup pendapatan antara Rp 1 juta hingga Rp 1,5 juta. Bahkan untuk perahu ukuran besar bisa meraup Rp 2 juta, masing-masing di hari Sabtu dan Minggu. Jumlah ini belum termasuk menggunakan perahu wisata di luar akhir pekan.

Kini Pemkab Tulungagung telah membuka kembali destinasi wisata, mesti dengan pengetatan protokol kesehatan. “Kondisinya belum pulih seperti biasanya. Daya beli masyarakat seperti turun, tidak seramai sebelum pandemi,” tandas Andik. ****

Sumber: Surya
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved