Berita Kediri
Adakan Bimtek, Pemkot Kediri Persiapkan Cara Mewujudkan Enam Pilar Smart City Ini
bimtek dan tata cara mewujudkan Smart City itu dilakukan juga untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan pemerintahan daerah
Penulis: Didik Mashudi | Editor: Deddy Humana
SURYA.CO.ID, KEDIRI - Gerakan menuju 100 Smart City yang diprogramkan pemerintah pusat dijadwalkan segera direalisasikan pada Juni dan November tahun ini.
Untuk itulah, Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kota Kediri menggelar Bimbingan Teknis (Bimtek) guna mempersiapkan SDM untuk mencapai 100 Smart City, di Balai Kota Kediri, Senin (17/5/2021).
Smart City merupakan program dari Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian PUPR, Bappenas dan Kantor Staf Kepresidenan.
Kepala Diskominfo Kota Kediri, Apip Permana menjelaskan bimtek dan tata cara mewujudkan Smart City itu dilakukan juga untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan pemerintahan daerah. "Selain itu juga akan dilakukan evaluasi, sehingga apa yang kurang, bisa segera kita perbaiki," ungkap Apip.
Apip menjelaskan, bimtek juga dimaksudkan mempersiapkan evaluasi Smart City yang akan dilaksanakan pada Juni dan November. "Bimtek dari kementrian tentang Smart City ini dapat disimak dengan baik dan seksama," tandasnya.
Sementara Hary Febriansyah selaku fasilitator Smart City Kemenkominfo mengatakan, bahwa Smart City tidak melulu soal IT. "Yang perlu digaris bawahi, Smart City tidak melulu soal teknologi namun teknologi dapat mempercepat hal tersebut," ungkap Hary dalam bimtek secara virtual itu.
Dikatakan Hary, tujuan utama dari Smart City adalah untuk meningkatkan perekonomian, indeks pembangunan manusia, kesejahteraan manusia dan lain sebagainya. "Dan sasaran utamanya adalah peningkatan kualitas dari penyelenggaraan pemerintah (ASN)," imbuhnya.
Dan Hary menjelaskan adanya enam pilar utama yang menjadi fokus utama Smart City. Diawali Smart Governance, yang terfokus pada bagaimana pengelolaan atau penyelenggaraan pemerintah daerah, seperti memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat dan serta pengoptimalan internal pemerintahan.
"Kedua adalah Smart Society, yang meliputi tingkat pendidikan di suatu daerah seperti rasio sekolah dan penduduk, wajib belajar 9 tahun dan seterusnya," jelas Hary.
Selanjutnya Smart Economy berfokus pada bagaimana pemda mengelola segala hasil ekonomi baik dari hasil alam atau produk ekonomi yang dibuat tangan manusia (UMKM) sehingga muncul produk bernilai ekonomis.
Sementara Smart Living erat kaitannya dengan pola kehidupan masyarakat khususnya dalam bidang kesehatan. "Bagaimana program ini dapat meningkatkan tingkat kehidupan di suatu daerah. Selanjutnya juga bagaimana tingkat kepadatan penduduk, kualitas rumah sehat dan lain-lain," urainya.
Selanjutnya Smart Environment berkaitan dengan bagaimana pemda memaksimalkan hal-hal yang berkaitan dengan lingkungan. Misalnya tentang cara pengelolaan,sampah, limbah, air tanah, energi dan energi terbarukan, dan sarana prasarana infrastruktur.
"Bagaimana meningkatkan kualitas lingkungan di suatu daerah. Bagaimana kita mengelola lingkungan, sehingga yang selama ini menjadi masalah berubah menjadi sumber perekonomian," tambahnya.
Dan terakhir adalah Smart Branding, di mana pilar ini terfokus pada sejauh mana branding kota ini berjalan sehingga daerah tersebut dapat mudah dikenal dan berdampak pada laju perekonomian daerah. ****