Biodata Giri Suprapdiono Direktur KPK Tak Lolos TWK Meski Sudah Mengabdi 16 Tahun, Lahir di Ponorogo
Berikut ini profil dan biodata Giri Suprapdiono, Direktur Sosialisasi dan Kampanye Anti-Korupsi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
SURYA.CO.ID, JAKARTA - Berikut ini profil dan biodata Giri Suprapdiono, Direktur Sosialisasi dan Kampanye Antikorupsi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang dikabarkan tes wawasan kebangsaan (TWK).
Giri Suprapdiono masuk dalam daftar 75 personil KPK tidak lolos TWK yang kebanyakan dikenal berintegritas tinggi, bekerja dengan baik dan berprestasi dalam penangkapan koruptor.
Kabar tidak lolos TWK dibenarkan Giri Suprapdiono.
"Sudah dibuka dan diperlihatkan kepada beberapa pegawai. Jadi beberapa pejabat KPK yang struktural membuka lembaran yang berisi kesimpulan penilaian tersebut dan dari mereka lihat salah satunya namanya saya," katanya.
Dia membeberkan ke-75 orang tersebut diisi oleh sejumlah pejabat di KPK, di antaranya 8 pejabat eselon.
Baca juga: Inilah 34 Nama Top di KPK yang Dikabarkan Tidak Lolos Tes Kebangsaan, Punya Jabatan Vital
"Ada satu pejabat eselon 1, kemudian 3 pejabat eselon 2 saya Direktur Sosialisasi Kampanye Antikorupsi, kemudian Kepala Biro SDM, kemudian Direktur Pembinaan Jaringan Antarkomisi, di eselon 3 ada Kabag Perancangan Perundang-undangan dan Kabag SDM dan sebagainya," tambahnya.
"Yang menarik adalah hampir semua Kasatgas yang berasal dari KPK; tujuh kasatgas di penyidikan dan dua kasatgas di penyelidikan ada di 75 itu ada, dan seluruh pengurus inti dari wadah pegawai," kata Giri.
Para kasatgas tersebut, dikatakan Giri, tengah menangani kasus-kasus besar, di antaranya Novel Baswedan, Andre Nainggolan, dan penyidik lainnya.
"Dan mereka sedang menangani kasus-kasus yang mungkin tidak disampaikan ke publik. KPK kan fokusnya pada kasus-kasus besar," pungkasnya.
Baca juga: Biodata Saut Situmorang yang Sebut Masa Depan KPK Bergantung Hati Nurani: Ahli Fisika, Lama di BIN
Lalu siapa sebenarnya Giri Suprapdiono?
Berikut profil dan biodatanya:
1. Mengabdi di KPK 16 Tahun
Giri lahir di Ponorogo pada tanggal 9 Juli 1974.
Dia pernah menjabat sebagai Koordinator Kerja Sama Internasional pada Direktorat Pembinaan Jaringan dan Kerja Sama Antar Komisi dan Instansi (PJKAKI) KPK.
Giri juga pernah menjadi Direktur Gratifikasi.
Sebelum meniti karier di KPK, ia pernah menjadi National Management Concultant pada BAPENAS-UNDP.
Dalam dunia akademik, Giri mengenyam pendidikan sarjana di Teknik Perencanaan Kota, Institut Teknologi Bandung pada tahun 1999.
Selanjutnya, gelar master ia peroleh dari University of Roterdam (2001) pada International Institute to Social Studies-Erasmus.
Kini, karir Giri di KPK sudah memasuki tahun ke 16.
Karena itu, ketika dinyatakan tidak lulus TWK, dia mengaku heran.
Dia pun meyakini ke-75 nama termasuk dirinya sudah tidak diinginkan lagi berada di KPK
"Saya berkeyakinan hasil tes itu tidak signifikan dan kami-kami ini memang tidak diinginkan melanjutkan pemberantasan korupsi di negeri ini," kata Giri.
2. Peserta diklat tim terbaik
Sebagai Direktur Sosialisasi dan Kampanye Anti-Korupsi KPK, Giri pernah mencatatnya prestasi membanggakan.
Pada Desember 2020, dia mendapat penghargaan dari Lembaga Administrasi Negara (LAN) sebagai peserta diklat tim terbaik bersama direktur seluruh lembaga.
"Saya mendapat Makarti Bhakti Nagari Award Desember 2020 tapi Maret 2021 saya dinyatakan tidak lulus (TWK)," kata Giri dalam acara Polemik Trijaya, Sabtu (8/5/2021).
3. Dua kali ikut seleksi pimpinan KPK
Saat menjabat sebagai Direktur Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat Komisi Pelayanan Masyarakat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Giri Suprapdiono mendaftarkan diri sebagai calon pimpinan (capim) KPK periode 2019-2023.
Ini kali kedua Giri mengikuti seleksi calon pimpinan KPK.
Pada 2014, Giri mencalonkan diri sebagai pimpinan KPK dan masuk 19 besar.
Namun, saat itu ia tak terpilih.
Kendati demikian, Giri tak patah arang.
Sebab, kata dia, pada prinsipnya pemberantasan korupsi itu menjadi kewajiban setiap warga negara.
"Pada dasarnya sebagai inisiatif dan kewajiban warga negara, jadi saya sudah gabung di KPK sejak 2005, sudah 14 tahun. Saya pikir sudah saatnya mencoba kembali," ujar Giri di Gedung Sekretariat Negara, Jakarta Pusat, Kamis (4/7/2019).
4. Hati bergejolak
Giri Suprapdiono menilai pertanyaan-pertanyaan seputar isu sensitif dalam Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) sangat keterlaluan.
Giri sendiri mengetahui itu dari rekan-rekan yang saling bercerita soal pertanyaan tersebut.
"Yang membuat hati saya bergejolak adalah misalkan apakah anda bersedia mencopot jilbab, itu menurut saya keterlaluan. Kemudian tidak bersedia, lalu Anda egois dong, tidak memikirkan negara. Ini keterlaluan menurut saya," kata Giri dalam diskusi Polemik Trijaya Dramaturgi KPK, Sabtu (8/5/2021).
Giri juga mengaku dapat info soal pertanyaan seputar kawin-cerai atau bahkan menikah-belum menikah, hingga ke seputaran ucapan natal kepada yang merayakan.
"Kebetulan yang ditanya keluarganya juga campuran, pluralisme. Jadi aman," tambahnya.
Menurutnya, pertanyaan-pertanyaan itu tidak selayaknya tidak ditanyakan.
"Ini kan tes wawasan kebangsaan. Jadi kalau kecintaan kepada republik ini, kenapa dipertanyakan lagi. Kita menyelamatkan republik ini dari korupsi, kenapa dipertanyakan lagi?" tambahnya.
Lebih lanjut, dirinya mengaku penasaran indikator apa yang membuat dirinya gagal dalam TWK.
Pasalnya, berkaca pada tes-tes yang lain seperti Tes Capim KPK hingga tes deputi, Giri mengaku selalu lolos.
"Saya pengin tahu juga dibuka kepada publik apa indikator ketidaklolosan tersebut," pungkasnya. (Tribunnews/kompas.com)