Berita Gresik

Ironi Nenek Suparti Tinggali Rumah Rapuh di Kawasan 'Beton', Waket DPRD Gresik pun Prihatin

Rumah 9 X 12 meter itu terdiri dari kayu seluruhnya, sulit dibayangkan masih terselip di tengah padatnya belantara industri di Gresik

Penulis: Willy Abraham | Editor: Deddy Humana
surya/willy abraham
Nenek Suparti menangis saat didatangi dan mendapat bantuan dari Wakil Ketua DPRD Gresik di rumahnya yang rapuh di Desa Beton, Kecamatan Menganti, Senin (19/4/2021). 

SURYA.CO.ID, GRESIK - Berapa banyak warga Gresik yang miskin atau warga perantauan di Gresik yang menjadi miskin, itu pertanyaan yang mungkin muncul di benak Wakil Ketua (Waket) DPRD Gresik, Mujid Riduan, saat berkunjung ke rumah nenek Suparti, Senin (19/4/2021).

Mujid yang awalnya berniat berteduh di lingkungan itu, akhirnya malah melihat potret kemiskinan di Kota Santri itu. Melalui kehidupan Suparti, tercermin sebuah ironi ketika perempuan tua yang lemah tinggal di sebuah rumah kayu semi permanen yang rapuh, di lingkungan bernama 'beton', Dusun/Desa Beton, Kecamatan Menganti.

Mujid pun mengetuk pintu rumah Suparti, dan dipersilakan duduk di lantai saat menanyakan seputar kehidupan nenek Suparti sehari-hari.

“Alhamdulilah meskipun sudah tua tetapi masih sehat, pendengarannya yang kurang. Nenek tinggal sendirian, kami mendata apakah rumah tidak layak huni orang miskin berapa. Saya prihatin, kami akan berusaha maksimal membantu bu Suparti baik rumahnya atau bantuan sembako,” kata Mujid.

Sebelum meninggalkan rumah nenek Suparti, Mujid memberikan bantuansaat bersalaman. Saat berjabat tangan itu, Suparti mengusap air mata dan mengucapkan banyak terimakasih. “Kalau ada apa-apa saya dikabari. Biarkan saya nanti dan kepala desa yang memperhatikan nasib ibu,” ujar politisi PDIP itu.

Wakil rakyat itu pantas prihatin karena warga miskin di Gresik masih ada. Seperti pada sosok Suparti yang harus berjalan menggunakan bantuan tongkat kayu, dan tinggal di rumah yang terdiri dari papan kayu.

Lantai dari semen pun pecah-pecah dan dilapisi karung beras sebagai karpet atau alas lantai agar tidak dingin. Nenek yang hidup sebatang kara ini hanya berdiam diri sambil menunggu anaknya yang pulang dua pekan sekali, yang bekerja di Surabaya.

Rumah Suparti berdiri di atas tanah desa. Selain dinding tersusun dari papan, ada bagian rumah yang ditutupi bekas karung semen. Rumah seluas 9 X 12 meter itu terdiri dari kayu seluruhnya, sulit dibayangkan masih terselip di tengah padatnya belantara industri di Gresik.

Dari penelusuran Mujid, Suparti diketahui berasal dari Nganjuk yang merantau ke Menganti, dan suaminya meninggal dunia. Suparti mengalami gangguan pendengaran, sehingga harus menggunakan nada tinggi untuk berkomunikasi dengannya.

Karena kondisi itu, keharuan langsung menusuk ke dada Mujid. Suparti pun beberapa kali ia mengusap air mata, setelah menerima bantuan uang tunai Mujid Riduan yang datang saat hujan deras. Suparti juga mengalami keterbatasan dalam pengelihatan. “Terima kasih banyak saya seorang diri,” ucapnya. *****

Sumber: Surya
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved