KKB Papua

Pratu Lukius Masuk Daftar Ekstremis yang Paling Dicari TNI Polri Setelah Berkhianat ke OPM KKB Papua

Pratu Lucky Y Matuan atau Lukius telah terang-terangan berkhianat dan membelot ke KKB Papua. Eks prajurit Raider 400 itu telah dipecat dari TNI AD.

Editor: Iksan Fauzi
Facebook/Istimewa
Pratu Lukius, eks prajurit Raider 400 TNI AD yang membelot ke KKB Papua. Dia dimasukkan dalam daftar kelompok ekstremis. 

SURYA.co.id | JAKARTA - Pratu Lucky Y Matuan atau Lukius telah terang-terangan berkhianat dan membelot ke Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua.

Pratu Lukius telah dipecat dari kedinasan TNI. Sebelumnya, dia merupakan prajurit Raider 400 TNI AD di bawah Kodam Diponegoro.

Ia menjelaskan, Raider 400 yang berada di bawah naungan Kodam IV/Diponegoro sempat ditugaskan di Kabupaten Intan Jaya sejak Agustus 2020 hingga Maret 2021.

Kini, setelah membelot dan masuk daftar anggota KKB Papua, Pratu Lukius pun dimasukkan daftar kelompok ekstremis.

Status barunya tersebut membuat TNI Polri memberikan prioritas pencarian terhadap sosoknya.

"Pratu Lukius dia kelana yuda (meninggalkan tugas) bergabung dengan KKB di Intan Jaya," ujar Asisten Operasi Kogabwilhan III Brigjen Suswatyo saat dihubungi melalui sambungan telepon, Jumat (16/4/2021), dikutip dari TribunSumsel.

Suswatyo menyebutkan, Lukius membelot saat penugasan tersebut.

"Dia tidak bawa senjata," imbuh Suswatyo.

Saat ini, Suswatyo menegaskan, Pratu Lukius telah dianggap sebagai pengkhianat karena bergabung dengan KKB di Intan Jaya.

Lukius, bahkan juga sudah masuk dalam daftar anggota KKB di Intan Jaya.

Aparat keamanan disebutnya akan menindak tegas jika bertemu dengan eks tentara tersebut.

"Mereka sudah gabung ke sana, kalau ketemu ya ditindak tegas karena dia sudah masuk kelompok ekstrImis," tegas jenderal TNI AD bintang satu itu.

Meski begitu ia berharap, bergabungnya Pratu Lukius ke KKB tak membuat kekuatan kelompok itu meningkat.

"Mudah-mudahan saja tidak ada gangguan apa pun kepada masyarakat," kata dia seperti dikutip dari Kompas.com.

Puluhan Brimob kepung Beoga

Sebanyak 30 personel Brimob Polda Papua akan diterbangkan menuju Distrik Beoga Kabupaten Puncak Papua, lokasi penembakan terhadap guru yang terjadi Kamis (8/4) April lalu.

Puluhan Personel Brimob yang dikirim selain untuk mengamankan kondisi Beoga juga untuk mengejar pelaku penembakan terhadap guru. Hal itu dikatakan Kapolda Papua Irjen Pol Matius Fakiri.

“Puluhan anggota Brimob yang dikirim ke Beoga untuk membantu anggota yang bertugas disana, dan juga membantu mengejar para pelaku penembakan terhadap guru,”ujar Kapolda saat dikonfirmasi melalui selulernya, Rabu (14/4/2021).

Menurut Kapolda, kondisi medan di wilayah Pegunungan Papua menjadi salah satu kendala utama dalam melakukan pergeseran personilnya dari satu tempat ke tempat lain, guna menyikapi jika ada peristiwa gangguan keamanan.

“Selain itu cuaca yang kerap berubah-ubah tanpa bisa diprediksi, juga transportasi yang terbatas menjadi kendala lain menuju wilayah Pegunungan Papua, apalagi bila ada penembakan seperti beberapa hari lalu, rata-rata pilot jadi takut kesana,” ungkap Kapolda.

Sementara Kelompok Kriminal Bersenjata menguasai medan wilayah Pegunungan, sehingga kerap melakukan aksi gangguan keamanan.

“Selain kuasai medan, mereka juga punya puluhan senjata api baik laras pendek maupun panjang berbagai merek.

Mereka bisa memiliki senjata api selain hasil rampasan juga membeli dari pasar gelap dengan uang hasil melakukan pemerasan di beberapa tempat,”ujar Kapolda.

Kelompok Kriminal Bersenjata beraksi di Distrik Beoga Kamis pekan lalu. Kelompok itu menembak dua tenaga pendidik (guru).

Mereka juga membakar gedung sekolah, helikopter serta menggangu penerbangan ke Beoga.

Akibat aksi penembakan, Oktovianus Rayo, guru SD Impres Beoga tewas karena ditembak. Juga Yonatan Randen, guru SMPN 1 Beoga.

Kedua jenazah guru baru bisa di evakuasi ke Timika dua hari setelah kejadian yakni Sabtu (10/4), karena Kelompok bersenjata terus melancarkan aksi penembakan di bandara Beoga.

Sebelumnya yakni Selasa (13/4) Tentara Nasional Pembebasan Papua Barat (TPNPB) sayap militer Organisasi Papua Merdeka (OPM) mengklaim bertanggung jawab atas penembakan terhadap guru tersebut.

Mereka menuding bahwa guru yang ditembak adalah mata-mata TNI.

“Manajemen Markas pusat KOMNAS TPNPB telah terima laporan bahwa guru Sekolah Dasar yang ditembak mati di Beoga itu adalah mata-mata TNI/Polri yang telah lama di identifikasi oleh PIS TPNPB.

Oleh karena itu tidak ragu-ragu ditembak oleh Pasukan TPNPB,” ujar Juru Bicara OPM Sebby Sembon melalui rilisnya yang dikirim dari Papua Nugini.

Lanjutnya, semua orang Indonesia yang bertugas di wilayah Pegunungan Papua, banyak yang menjadi mata-mata pihak keamanan Indonesia.

“Kami perlu sampaikan kepada semua orang Indonesia yang bertugas di daerah perang di wilayah Pegunungan Papua, bahwa PIS telah dan sedang identifikasi bahwa semua orang imigran yang bertugas di wilayah Pegunungan Tengah Papua hampir kebanyakan anggota intelijen atau mata-mata TNI/Polri yang menyamar sebagai tukang bangunan, tukang sensor, guru, mantri dan petugas distrik dll,”kata Sebby.

Untuk itu, bila bertugas di daerah perang jangan menjadi mata-mata.

“Oleh karena itu kami menghimbau bahwa jangan menjadi mata-mata TNI/Polri, jika anda bertugas di Daerah Perang,”tegasnya.

Menurut laporan TPNPB Kodap VIII Intan Jaya pimpinan Gusby Waker, guru Sekolah Dasar yang ditembak di Distrik Beoga Kabupaten Puncak adalah intelijen TNI-Polri.

“Gusby Waker melaporkan bahwa pasukannya menembak mati seorang guru di Beoga karena murni intelijen (mata-mata) TNI PORI. Ini sesuai laporan PIS TPNPB Kodap VIII Intan Jaya,”ungkap Sebby.

"TPNPB tidak akan sembarang menembak bila tidak ada informasi bahasa mereka adalah mata-mata. Kami juga tidak sembarang tembak masyarakat Papua maupun non Papua.

Kami sudah tau kerja TNI POLRI selalu menggunakan tenaga masyarakat sipil maupun PNS atau apapun statusnya, sebagai mata-mata untuk melacak keberadaan kami, maka sikap kami jelas bahwa kami akan tembak karena mereka adalah musuh kami,” tutur Sebby.

Perjuangan OPM akan terus berjalan sampai Papua merdeka.

Baca juga: Pilot dan Penumpang Pesawat Susi Air Disandera KKB Papua Selama Dua Jam, Ketakutan Ditodong Senpi

“Perjuangan kami bukan mencari makan dan minum tetapi, perjuangan kami adalah harga diri kami sebagai bangsa Papua Melanesia. Kami adalah Pemilik tanah Papua orangnya kulit hitam, Indonesia merebut dan membunuh kami, merampas harta dan kekayaan kami, kami TPNPB membela itu dan mau merdeka," tuturnya.

Kepala Penerangan Kodam XVII Cenderawasih Kolonel Reza Nur Patria saat dikonfirmasi via selulernya terkait tudingan tersebut hanya menyatakan pihaknya akan menyampaikan perkembangan yang ada.

“Kalau ada perkembangan saya sampaikan,” tutur Reza. (TribunSumsel/Wartakota)

Baca berita lainnya terkait kebringasan KKB Papua

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved