Wawancara Eksklusif
Kisah Hendy Siswanto yang Berulang Kali Bangkrut sampai Akhirnya Menjadi Bupati Jember
Kisah Hendy Siswanto yang berulang kali bangkrut sampai akhirnya menjadi Bupati Jember, Jawa Timur (Jatim).
Penulis: Sri Wahyunik | Editor: Tri Mulyono
SURYA.CO.ID, JEMBER - Permasalahan lain yang harus dihadapi Bupati Jember Hendy Siswanto adalah pertumbuhan ekonomi yang minus. Pada tahun 2020, pertumbuhan ekonomi di Jember -2,98 persen.
Bupati Hendy dan pasangannya Wakil Bupati KH M Balya Firjaun Barlaman (Gus Firjaun) pun bertekad akan memperbaiki pertumbuhan ekonomi tersebut dari munus menjadi plus.
Salah satu upaya yang akan dilakukan Bupati hendy untuk membangkitkan dan menggerakkan ekonomi adalah dengan membuat aturan untuk pemakaian produk lokal Jember
"Jember ini punya produsen banyak produk, konsumen juga ada. Ada 2,5 juta penduduk Jember, yang jika ditambah penduduk kabupaten sekitar bisa mencapai 4 juta orang lebih. Kalau mereka semua membeli produk Jember, tentu ekonomi akan tumbuh," ungkap Bupati Hendy dalam wawancara eksklusif dengan Direktur Pemberitaan Tribun Network yang juga Pemimpin Redaksi Harian Surya Febby Mahendra Putra di Pendapa Wahyawibhawagraha Jember, Kamis (1/4/2021).
Baca juga: Cara Bupati Hendy Siswanto Atasi Piring Pecah di Jember, Kini Hubungan dengan DPRD Asyik
Selengkapnya simak lanjutan wawancara berikut ini:
Berbicara tentang pertumbuhan ekonomi. Saya membaca, pertumbuhan ekonomi di Jember minus pada tahun 2020, bagaimana cara Anda menaikkan pertumbuhan ekonomi?
Iya, berdasarkan data (Badan Pusat Statistik), pertumbuhan ekonomi Jember tahun 2020 minus 2,98. Tentunya kami harus menaikkan ini, tidak hanya nol, namun harus plus.
Kami di Jember ini memang 70 persen adalah sektor pertanian. Saat ini ada persoalan mendapatkan pupuk, juga penjualan.
Karenanya, kami membantu menjual produk pertanian kepada buyer, kepada pembeli dengan harga bagus.
Yang kami lakukan lagi, supaya ekonomi Jember bangkit dan bergerak di Jember, kami akan membuat aturan untuk pemakaian produk lokal Jember.
Jember ini punya produsen banyak produk. Konsumen juga ada. Ada 2,5 juta penduduk Jember, yang jika ditambah penduduk kabupaten sekitar bisa mencapai 4 juta orang lebih.
Kalau mereka semua membeli produk Jember, tentu ekonomi akan tumbuh. Jadi produk Jember, dibeli orang Jember dan sekitarnya, pasar sekitarnya, tentu lebih efisien.
Kemudian dari sisi investasi seperti apa? Karena investasi itu membutuhkan kepastian. Terkait itu, apakah sejauh ini Kabupaten Jember sudah punya RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah)?
Jember sudah punya Perda RTRW. Tapi itu sudah lama, sudah belok-belok jalannya, sehingga perlu direvisi. Tahun ini, kami mengerjakan tiga pekerjaan untuk meyakinkan investor.
Pertama, perencanaan revisi regulasi RTRW. Tahun ini juga kami akan menggarap Perda RDTR (Rencana Detail Tata Ruang), karena memang Jember belum punya.
Kami akan membuat masterplan pembangunan Kabupaten Jember, bukan hanya Jember kota, tetapi satu kabupaten.
Sehingga nanti akan nampak di mana area industri, pertanian tembakau, perumahan, supaya tidak campur. Bulan September nanti, kami harapkan selesai.
Kedua, Pemkab Jember akan mempermudah perizinan. Kalau ada yang merasa susah mengurus perizinan, tolong bilang pada saya. Kalau perlu saya uruskan, cukup serahkan KTP dan NPWP, saya buatkan izin, asalkan Anda bawa uang ke Jember.
Ketiga, untuk menarik investasi di tahun 2021, tentunya kami juga harus selesaikan Perda APBD. Karena kami perlu memperbaiki infrastruktur.
Untuk jalan kami akan memperbaiki 1.000 Kilometer jalan yang rusak, juga ribuan penerangan jalan umum.
Kalau jalannya bagus, dan lingkungan terang, maka akan ada added value, seperti mobilitas orang dari gunung lebih mudah, mobilitas ke tempat wisata juga enak.
Jenis investasi yang bisa dilakukan di Jember, semuanya bisa apa saja. Mau hotel, sektor pariwisata, atau juga mengelola pasar, silakan. Kami punya 34 pasar tradisional, yang bisa dikelola.
Terkait pencalonan bupati, Anda memutuskan mencalonkan diri sebagai bupati setelah hijrah dari Jakarta ke Jember. Bahkan sempat berkarier sebagai PNS, kemudian memilih pulang ke Jember, sampai akhirnya mencalonkan diri sebagai bupati, dan terpilih. Bisa diceritakan, Pak?
Memang, kami cukup lama tinggal di Jakarta. Anak-anak juga cukup lama tinggal di sana. Namun kemudian kami datang ke Jember, hijrah ke Jember, dan melihat kota kami.
Bagaimanapun, saya ini anak Jember. Sekolah mulai dari SD sampai kuliah di Jember, baru kemudian ke Jakarta. Bagaimanapun, kami tetap cinta Jember, apalagi orang tua kami di Jember.
Kami juga tinggal dalam satu rumah, orang tua, kakak, adik. Kami ini menganut maem gak maem kumpul ha...ha...ha...
Kami saling membantu, selalu menjaga kebersamaan. Hal ini terus berlangsung sampai sekarang.
Saya lima bersaudara. Saya anak ketiga. Tinggalnya ya di situ, Gang 9 (Jl Sultan Agung). Kalau musim hujan, dulu rumah kerap kebanjiran. Kemudian hidup agak bagus, sehingga bisa membangun rumah agak bagus.
Saya bekerja apa saja, sudah biasa bangkrut. Jadi kontraktor, punya konsultan, jatuh bangun.
Jualan ayam, bawa dari Jember ke Bali, harga jatuh, bangkrut lagi. Kemudian jual kayu jati, waktu itu jual ke Iran.
Selama setahun bagus hasilnya. Kemudian saya menanam sendiri, sewa lahan, ee...malah kayunya dijarah orang, bangkrut lagi.
Saya juga pernah jadi tukang memasang pipa air bersih. Saya ini suka kerja.
Kemudian ketika di Jakarta, saya mencoba melamar ke Kementerian Perhubungan.
Dari 2.000-an orang yang mendaftar, saya lolos. Awalnya ya kerja di lapangan. Namun ya kerja sebagai PNS kan gajinya segitu.
Lalu saya sempat mengajukan pensiun dini, karena ingin pulang ke Jember. Ketika itu, istri sudah di Jember dan membangun usaha di sini, usaha baju dan restoran.
Istri sampai harus ngirim uang juga ke saya, karena gaji tidak cukup. Waktu mengajukan pensiun dini, ternyata tidak boleh, sampai akhirnya saya malah disekolahkan ke Austria untuk belajar tentang teknik lagi.
Setelah pulang, saya bekerja di Ditjen Perkeretaapian, sampai akhirnya saya memilih benar-benar pensiun dini dan pulang ke Jember.
Waktu pertemuan saya dengan anak-anak sangat kurang, jarang ngumpul. Akhirnya pulang kampung.
Pulang kampung, dan sampai akhirnya mencalonkan diri sebagai bupati. Bisa diceritakan proses mencalonkan diri sebagai bupati, dan apa yang ingin Bapak Bupati tinggalkan setelah menjabat 3 tahun 8 bulan nanti?
Saya melihat kampung saya kok tetap begini. Tetangga saya masih banyak yang miskin. Dari situlah saya kemudian berpikir, ingin berbuat sesuatu yang bermanfaat bagi warga Jember, dan membuat Jember lebih baik.
Tentunya saya bilang terlebih dahulu ke istri. Ya tidak disetujui, Pak. Tidak boleh. Saya terus berusaha meyakinkan istri, sampai akhirnya dibolehkan.
Dan sebagai bupati, tentunya saya ingin meninggalkan yang terbaik untuk masyarakat Jember.
Saya ingin Jember memiliki platform sentra investassi yang mudah. Jember juga harus tetap menjadi kota religius. Jember juga harus memiliki kemudahaan akses informasi.
Ada platform pemerintahan yang transparan, sehingga siapapun nanti yang jadi bupati, tinggal menyesuaikan saja, tinggal menjalani.
Jadi Anda tidak ingin meninggalkan piring kotor, apalagi piring pecah?
Iya.
Pak Bupati, apa enak dan tidak enaknya menjadi seorang bupati?
Enaknya, sebagai bupati saya bisa bermanfaat bagi orang lain. Saya membantu orang lain melalui kebijakan, bisa mengubah lebih baik.
Tidak enaknya, waktu berkumpul sama keluarga, berkurang lagi. Cucu saya enam orang. Kami biasa ngumpul bareng, makan bareng.
Karena sekarang jadi bupati, sehingga istri yang berusaha mengatur waktu supaya bisa tetap ngumpul sama anak-anak. Atau anak-anak yang berinisatif.
Terkait mobil Maung produksi Pindad. Mobil produksi anak negeri. Ini kenapa kok memilih beli mobil yang isinya besi doang ini?
Iya, mobil ini tidak ada plastiknya sama sekali. Saya membeli ini bukan untuk gagah-gagahan. Jember ini medannya menantang, banyak perbukitan dan pegunungan.
Mobil Maung ini bisa menjawab medan-medan itu. Kedua, produk ini adalah produk lokal, produk dalam negeri, kalau bukan kita siapa yang akan mencintai produk dalam negeri.
Melalui cara ini pula, saya ingin mengajak warga Jember mencintai dan memakai produk lokal Jember.
Kelebihan mobil ini apa, Pak?
Di suspensinya, sangat hebat karena mobil taktis. Berat mobil ini 2,5 ton, namun bisa jumping sampai setinggi 3 meter dan tidak ada masalah.
Memang sejauh ini, hanya dibawa jalan-jalan ke desa-desa karena masih belum ada nomornya, dan kami sedang mengurus izinnya. Jika sudah ada izin, kami akan membawa ke daerah perbukitan atau pegunungan.
Mobil ini juga bisa menolong, jika ada kendaraan lain yang rusak, seperti untuk menarik. Harga mobilnya Rp 600 juta.
Pak, di akhir wawancara kita, apa yang ingin bapak sampaikan sebagai closing statement?
Kepada bapak-bapak semua, teman-teman semua, saudara semua, kawan-kawan bupati se-Indonesia dan seluruh warganya, mari datang ke Jember. Jember sudah berubah.
Silakan berinvestasi di Jember, kami punya wisata hebat, produksi macam-macam dan hebat.
Komoditas kami bagus, ada tembakau, kopi yang luar biasa. Kami juga memiliki Jember Fashion Carnaval (JFC).
Kami juga ingin menjadikan Jember sebagai penghasil kopi robusta di Indonesia. Satu lagi, di Jember juga ada Puslit Kopi dan Kakau, satu-satunya pusat penelitian kopi dan kakao di Indonesia itu ada di Jember.
Jadi silakan datang ke Jember untuk belajar tentang kopi dan kakao. Jember akan membuat Anda puas.(sri wahyunik)