Prajurit TNI Berhasil Lagi Bikin Pemberontak Kongo Menyerah, Serahkan Senjata AK-47 dan Amunisi
Prajurit TNI lagi-lagi berhasil membuat pemberontak Kongo menyerah dan memberikan senjatanya secara sukarela.
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Musahadah
Operasi "Kuda Putih” ini melibatkan 80 personel satgas Indo RDB yang terbagi menjadi 4 Tim pelaksana yaitu Tim Pencari Informasi, Tim Cimic dan 2 Tim Pengamanan.
Baca juga: 3 Kebrutalan KKB Papua Egianus Kogoya yang Markasnya Direbut Satgas Nemangkawi, Tembak Brimob & TNI
Prajurit TNI Selamatkan 4 Warga Sipil yang Dirampok Pemberontak Kongo
Para prajurit TNI juga pernah menyelamatkan 4 warga sipil yang dirampok pemberontak Kongo, jadi sorotan baru-baru ini.
Satgas TNI Konga XXXIX-B RDB/MONUSCO berhasil menyelamatkan empat warga sipil dari perampokan bersenjata pada saat melaksanakan patroli.
Melansir dari laman tni.mi.id, kronologinya berawal saat Satgas TNI melakukan patroli pada Sabtu (19/12/2020).
Perampokan itu terjadi di Desa Crispin, Kongo.
Patroli yang dipimpin oleh Lettu Edvin mendapatkan informasi dari warga bahwa ada empat warga sipil bermotor yang dirampok oleh pemberontak Kongo.
Selanjutnya tim patroli merespon cepat dengan melakukan penyisiran kedalam hutan dan berhasil melaksanakan tugas penyelamatan dengan baik dan aman.
Peristiwa perampokan empat warga sipil di Desa Crispin merupakan bagian dari Area of Responsibility (AoR) Combat Operation Base (COB) Bendera dipimpin oleh Mayor Inf. Ismail Taruna Vijaya.
Daerah ini masih dinyatakan sebagai zona Merah karena masih banyaknya markas pemberontak bersenjata sehingga tingkat kriminalitas masih cukup tinggi.
Di sela-sela waktunya, Dansatgas TNI Konga XXXIX-B RDB/MONUSCO Kolonel Inf. Daniel Lumbanraja menyampaikan bahwa situasi politik dan keamanan di Kongo saat ini tidak stabil dan masih terjadinya pemberontakan.
Hal ini memicu munculnya tindakan kriminalitas di berbagai tempat.
Selanjutnya dikatakan bahwa telah banyak pemberontak bersenjata yang menyerahkan diri namun masih ada diantara pemberontak yang tetap bertahan di hutan.
Mereka aktif melakukan perampokan dan pemerasan kepada masyarakat untuk bertahan hidup dan untuk mendanai berbagai upaya pemberontakan.
Bahkan dalam melakukan aksinya, mereka tidak ragu untuk membunuh korbannya.