Biodata Ni Luh Putu Sugianitri Pengawal Setia Soekarno yang Meninggal, Tak Mau Jadi Ajudan Soeharto
Pengawal setia Soekarno, Ni Luh Putu Sugianitri meninggal dunia pada Senin (15/3/2021). Tak mau jadi ajudan Soeharto. Ini profil dan biodatanya
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Iksan Fauzi
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Iksan Fauzi
SURYA.co.id - Simak profil dan biodata Ni Luh Putu Sugianitri pengawal setia Soekarno yang meninggal dunia pada Senin (15/3/2021).
Sosok Ni Luh Putu Sugianitri merupakan seorang Polisi Wanita ( Polwan) yang terpilih menjadi ajudan sekaligus pengawal Soekarno.
Saking setianya dengan Soekarno, Ni Luh Putu Sugianitri menolak saat akan dijadikan ajudan Soeharto.
Baca juga: Biodata Kartika Sari Dewi, Putri Soekarno yang Suaminya Frits Frederik Seegers Meninggal di Bali
Baca juga: 7 Batalyon Kostrad akan Latihan Battle Night dengan US Army, ini Rencana Jenderal Andika Perkasa
Berikut selengkapnya profil dan biodata Ni Luh Putu Sugianitri, dilansir dari Warta Kota dalam artikel 'Kabar Duka Pengawal Bung Karno Ni Luh Putu Sugiantiri Wafat, Ini Profilnya dan Kenangan Bersama'
1. Biodata
TTL: Denpasar 1 April 1948
Pendidikan
1961 SD NO. 11 Denpasar Bali
1961 SMPN 1 Denpasar Bali
1965 Sekolah Brigadir Polisi Wanita, Sukabumi, Jawa Barat
Pekerjaan
1965-1968 Brigrafis Polisi
1987-1995 eskportir kerajinan kayu
1995-hingga akhir hayat berkebun buah-buahan jeruk bali dan mangga bali
2. Mendaftar Polwan
Nitri mengawali kisahnya dengan masuk sebagai anggota Polisi Wanita (Polwan) saat mendaftar di Bali pada tahun 1964.
Saat itu usianya masih 16 tahun dan baru saja tamat SMP.
Uniknya, Nitri mencuri umur 2 tahun lebih tua menjadi 18 tahun agar bisa diterima.
Dirinya pun berhasil lulus dan menjalani pendidikan di Sukabumi, Jawa Barat.
3. Terpilih jadi pengawal Soekarno
Nitri sendiri kerap diminta untuk tampil menari di acara-acara kepresidenan.
Nitri berhasil terpilih menjadi ajudan anak-anak Bung Karno setelah pasukan pengawal presiden, Cakra Birawa, dibubarkan dan diganti dengan pengawal Kepolisian.
Dari sana, perlahan Nitri dipercaya untuk mengembang tanggung jawab yang lebih besar lagi, yakni menjadi ajudan Soekarno.
Ada banyak kisah yang dijalaninya pada saat itu. Terutama soal kegemaran Soekarno akan makanan.
4. Jadi saksi setelah Soekarno tak jadi presiden
Nitri sendiri diangkat menjadi ajudan Soekarno setelah peristiwa tragedi tanggal 30 September atau G30S/PKI terjadi.
Saat itu, dirinya menjadi saksi setelah Soekarno tak lagi menjadi presiden RI.
Menurut Nitri, Bung Besar dilarang berbicara politik, tidak boleh mengundang tamu, hingga tidak boleh ke mana-mana kecuali hanya di Istana saja.
Bahkan ia tahu bahwa Soekarno juga tidak punya uang sepeser pun di kantongnya meski hanya untuk membeli kue.
Pada suatu kesempatan, Nitri pernah bertanya soal serah terima jabatan presiden dengan Soeharto.
Soekarno menjawab bahwa hal tersebut dilakukannya demi menjaga Indonesia dari kehancuran.
5. Menolak jadi ajudan Soeharto
Wanita yang kini berusia 71 tahun itu juga menolak dijadikan ajudan Ibu Tien Soeharto.
“Saya diminta jadi ajudan Ibu Tien, saya langsung lari kawin, karena saya tidak mau. Saya tidak mau jadi ajudan Soeharto, saya tau apa yang dia lakukan,” ucapnya yang dikutip dari Merdeka (18/08/2020).
Pada sumber lainnya, Nitri menolak karena sakit hati pernah dituduh menjadi pacar Soekarno, seperti yang dilansir dari Balicitizen (06/08/2019).
Menjadi orang yang pernah berada dekat dengan Soekarno tentu merupakan sebuah kebanggaan yang luar biasa.
Seperti kisah Ni Luh Putu Sugianitri di atas, dirinya bahkan turut menjadi saksi sejarah di kehidupan Sang Putera Fajar usai tak lagi menjabat sebagai presiden Indonesia.
Mbah Waris Mantan Pengawal Presiden Soekarno

Siapa sangka, pria renta penjual koran di Jalan Panjang Jiwo Surabaya merupakan sosok spesial.
Dia adalah Mbah Waris, mantan pengawal Presiden Soekarno yang saat ini berjuang menyambung hidup dengan menjajakan koran di tepi jalan.
Mbah Waris yang ditemui saat berjualan ini, hanya memakai topi untuk melindungi dari terik panas matahari.
Tak henti-henti ia melambaikan koran yang ia pegang di tangan keriputnya kepada kendaraan yang berlalu lalang di dua arah Jalan Panjang Jiwo itu.
Tak banyak kendaraan yang berhenti untuk membeli korannya, bahkan beberapa kendaraan tak menghiraukan Mbah Waris.
"Ini belum laku dek," katanya saat ditemui TribunJatim.com (grup surya.co.id), Rabu (11/9/2019).
Mbah Waris setiap hari membawa setumpuk koran untuk dijualnya kepada pengendara di jalanan tempat ia mengadu nasib.
"Saya dari jam 4 subuh sudah jualan," ujarnya, sembari mengusap keringat yang menetes di wajahnya yang mulai keriput termakan usia.
Pria berusia 86 tahun itu mengaku tak ada pilihan lain selain bekerja sebagai penjual koran.
Usianya yang sudah senja membuat otot-ototnya tak lagi kuat seperti saat menjadi pengawal Presiden Soekarno dulu.
Diakui Mbah Waris, ia telah berjualan koran sekitar dua tahun terakhir.
Sebelumnya, ia banyak bekerja borongan di banyak proyek yang membutuhkan tenaganya.
"Dulu borongan," katanya sambil bercerita.
Mbah Waris memang tengah viral di media sosial.
Hal itu bermula dari unggahan seorang youtuber dan diunggah di akun Youtube bernama Cak Budi Official.
Dari video viral itu, tak disangka, ternyata sosok renta penjual koran di Jalan Panjang Jiwo tersebut dulunya adalah pengawal Bung Karno.(*)