Kehebatan KRI Rigel 933, Kapal TNI AL yang Berperan Temukan Lokasi Black Box Sriwijaya Air SJ 182

Inilah spesifikasi dan kehebatan KRI Rigel 933, kapal TNI AL yang berperan besar menemukan lokasi black box pesawat Sriwijaya Air SJ 182.

TRIBUNNEWS/HERUDIN
KRI Rigel 933, Kapal TNI AL yang Berperan Besar Temukan Lokasi Black Box Sriwijaya Air SJ 182. Spesifikasi dan kehebatannya ada di artikel ini 

Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Iksan Fauzi

SURYA.co.id - Inilah spesifikasi dan kehebatan KRI Rigel 933, kapal TNI AL yang berperan besar menemukan lokasi black box pesawat Sriwijaya Air SJ 182.

Diungkapkan Brigjen (Marinir) Rasman, pencarian black box pesawat Sriwijaya Air SJ 182 melibatkan 4 unsur dan salah satunya adalah KRI Rigel 933.

"Kita diperkuat oleh 4 unsur yang mempunyai kemampuan itu (mencari black box).

Itu ada KRI Rigel, Baruna Jaya, kemudian ada dari Kementerian Komunikasi dan Maritim itu KR Ara serta ada tim NTS," ujar Rasman, Selasa (12/1/2021).

Baca juga: Kehebatan Pasukan Denjaka TNI AL yang Menyelam Cari Sriwijaya Air SJ 182, Bikin Kagum Pasukan AS

Baca juga: Siapa Diego Mamahit? Co-Pilot Sriwijaya Air SJ 182 Dikenal Tangguh dan Anak Eks Petinggi Maskapai

Seperti dilansir dari Tribunnews dalam artikel 'KR Baruna Jaya Dikerahkan, Fokus Pencarian Deteksi Bawah Laut Cari Blackbox SJ182'

Dan saat ini, lokasi black box pun sudah diketahui.

Kepala Staf Angkatan Laut, Laksamana TNI Yudo Margono mengaku sudah memetakan lokasi black box berbentuk segitiga seluas 140 meter x 100 meter.

Penemuan lokasi black box Sriwijaya Air SJ 182 ini tak lepas dari peran KRI Rigel 933.

Lantas, seperti apa kehebatan kapal TNI AL tersebut?

Melansir dari Wikipedia, KRI Rigel 933 adalah Kapal Bantu Hidro-Oseanografi (BHO) terbaru TNI AL yang dibuat di galangan OCEA, Les Sables-d'Olonne, Prancis.

Rigel diambil dari nama bintang yang paling terang dari Rasi Orion.

KRI Rigel 933 yang merupakan kapal perang tercanggih se-Asia ini dibangun di Prancis.

Kapal ini dibangun berdasarkan kontrak pengadaan kapal BHO yang dilaksanakan oleh Kementerian Pertahanan Republik Indonesia dengan pihak galangan OCEA Prancis.

Kapal ini terbuat dari aluminium dengan bobot 560 ton dengan dimensi panjang 60,1 meter dan lebar 11,5 meter.

Kapal ini juga dilengkapi dengan peralatan AUV (Autonomous Underwater Vehicle) yang berfungsi melaksanakan pencitraan bawah laut sampai dengan kedalaman 1000 meter dan mengirimkan kembali data secara periodik ke kapal utama dalam hal ini kapal BHO.

Selain itu, kapal ini juga dilengkapi dengan:

- ROV (Remotely Operated Vehicle)

- SSS (Side Scan Sonar)

- Laser Scanner untuk mendapatkan gambaran daratan

- AWS (Automatic Weather Station)

- Echosounder Multibeam laut dalam dan Singlebeam

- Peralatan CTD (Conductivity Temperatureand Depth)

- Gravity Corer, kelengkapan Laboratorium serta kemampuan survei perikanan.

Kapal ini juga dilengkapi dengan persenjataan mitraliur kaliber 20 mm dan kaliber 12,7 mm.

KRI ini merupakan kapal survei dan pemetaan yang cukup canggih karena dilengkapi dengan peralatan survei hidro-oseanografi terbaru yang dapat digunakan untuk pengumpulan data sampai dengan laut dalam.

Baca juga: 2 Jam Sebelum Naik Sriwijaya Air SJ 182, Pengantin Baru Ini Video Call Ibu hingga Tak Ada Kabar Lagi

Pasukan Denjaka TNI AL Menyelam Cari Sriwijaya Air SJ 182

Selain itu, Denjaka juga ikut diterjunkan untuk mencari pesawat Sriwijaya Air SJ 182 yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu Jakarta pada Sabtu (9/1/2021) kemarin.

Tidak butuh waktu lama, pasukan Denjaka berhasil menemukan serpihan pesawat di dasar laut.

Instagram resmi TNI AL juga sempat mengunggah beberapa foto dan video yang merekam aksi pasukan Denjaka menyelam di lokasi jatuhnya Sriwijaya Air SJ 182.

Lalu seperti apa pasukan Denjaka ini?

Berikut ulasannya dilansir dari Tribunnews dalam artikel 'Mengenal Denjaka, Pasukan Khusus TNI AL yang Menyelam ke Dasar Laut Cari Pesawat Sriwijaya SJ 182'

1. Diambil dari Kopaska dan Taifib

Sebagai pasukan khusus yang dibentuk oleh TNI AL, para personel Denjaka memang merupakan orang-orang pilihan dan terbaik di satuannya.

Para personel Denjaka berasal dari personel terbaik yang semula sudah bertugas di satuan pasukan khusus TNI AL, yakni Komando Pasukan Katak (Kopaska) dan Intai Amfibi Marinir (Taifib).

Eksistensi Denjaka sebagai satuan antiteror aspek laut TNI dimulai sejak diterbitkannya Surat Keputusan KSAL No.Skep/2848/XI/1982 tertanggal 4 November 1982.

Detasemen Jala Mangkara (Denjaka) adalah pasukan khusus milik TNI AL yang memiliki kemampuan mumpuni.

2. Bikin kagum pasukan AS

Dalam berbagai atraksi di luar negeri, Denjaka kerap membuat kagum pasukan-pasukan khusus lainnya termasuk Navy SEAL dari Amerika Serikat (AS).

Para anggota Navy SEAL yang secara rutin melakukan latihan bersama Denjaka selalu dibuat geleng-geleng kepala mengingat latihan Denjaka tergolong ekstrem dan berbahaya.

Misalnya saja para personel Denjaka biasa melakukan latihan menembak sasaran dalam jarak dekat dan saling berhadap-hadapan menggunakan peluru tajam, melakukan demo penerjunan dari udara untuk membebaskan teroris dengan cara terjun di atas atap gedung atau kapal kecil yang sedang melaju di tengah laut, dan lain-lain.

3. Terlatih di laut

Pasukan ini  juga terlatih berenang di laut dengan jarak jauh dan menyelam ke dasar laut.

Di awal pembentukannya, Pasusla beranggotakan 70 prajurit pilihan yang berasal dari Satuan Pasukan Katak (Kopaska) dan Batalion Intai Amfibi Marinir (Yontaifib).

Surat keputusan itu berisi, pembentukan Pasukan Khusus Angkatan Laut (Pasusla) yang bertugas menanggulangi bermacam bentuk ancaman keamanan yang terjadi pada aneka wahana transportasi laut sipil, kapal perang TNI AL, maupun instansi penting yang berada di tepi pantai atau di tengah laut.

Pucuk kendali pembinaan menjadi tanggung jawab Panglima Armada RI Kawasan Barat (Pangarmabar) dengan koordinasi bersama Komandan Korps Marinir.

Sementara wewenang penugasan ada di tangan KSAL.

Pasusla memperoleh legalisasi lewat surat keputusan Panglima ABRI tahun 1984.

Sejak itu Pasusla menjadi satuan antiteror yang pembinaannya khusus di bawah Komandan Korps Marinir.

Secara resmi nama "Detasemen Jala Mangkara" mulai dipakai sejak keluarnya Surat Keputusan KSAL No.Kep/42/VII/1997 tertanggal 31 Juli 1997.

Namun hingga kini justru tanggal 4 November yang ditetapkan sebagai hari jadi satuan elite yang bermarkas komando merangkap pusat pendidikannya berada di Bhumi Marinir Cilandak, Jakarta Selatan.

4. Dilatih menjadi antiteror

Denjaka memiliki fasilitas latihan yang lengkap di Bhumi Marinie, karena terdapat bangunan yang bisa mensimulasikan lautan, kapal perang, kapal selam, hutan belantara, rawa-rawa, bangunan untuk latihan perang antiteror, dan lainya.

Pada dasarnya, materi pendidikan antiteror dan antisabotase yang diterima calon anggota Denjaka tak banyak beda dengan yang disuguhkan pada unit-unit antiteror lainnya di jajaran TNI.

Hanya saja ruang lingkup operasi lebih banyak berkutat di laut.

Selain metode pencapaian sasaran lewat teknik lintas udara (combat free fall) juga ditekankan penguasaan metode bawah air (combat diving) dan lintas atas air senyap.

Baik dengan berenang (combat swimming) maupun memakai perahu karet.

Hal ini wajar mengingat pada praktiknya satuan Denjaka sedang menggabungkan ketiga macam teknik perlintasan guna mencapai sasaran yang dituju.

Alhasil, satuan elite ini bakal mengadakan program latihannya di tempat yang bermatra lautan.

Misalnya kapal penumpang yang tengah berlayar, anjungan minyak lepas pantai, atau pulau terpencil di tengah laut.

Selain penguasaan ilmu bertempur, Denjaka juga dibekali ilmu kejiwaan dan analisa situasi khusus.

Sebelum melancarkan serangan, biasanya diajukan tim pendahulu yang bertindak sebagai negosiator dengan teroris.

Di samping agar tahu apa yang dituntut, dari negosiasi dapat juga diukur waktu yang cukup lama agar unit serbu sempat menyiapkan diri sebaik mungkin.

Tak hanya itu, para negosiator juga bertugas "membaca" kemampuan, kekuatan, tipu muslihat, sekaligus kelemahan teroris.

Bila upaya negosiasi berujung pada kebuntuan, unit serbu segera dikerahkan. Terbagi dalam tiga tim, yakni tim atas air, bawah air, dan lintas udara.

Masing-masing tim beranggotakan selusin prajurit dengan spesialisasi beragam. Mulai dari penjinakan bahan peledak, medis, komunikasi elektronik dan teknologi informasi.

Ada banyak sandi yang dipakai dalam operasi Denjaka. Isyarat operasi bisa disandikan dengan "KILAT", penundaan dengan "MENDUNG", dilanjutkan dengan "CERAH".

Waktu yang dibutuhkan oleh ketiga tim serbu Denjaka sejak masuk ke lokasi sasaran, menggelar serangan dadakan hingga evakuasi personel biasanya tak lebih dari 15 menit.

5. Persenjataan mumpuni

Layaknya satuan antiteror, tim serbu mengandalkan persenjataan yang cukup mumpuni dalam pertarungan jarak dekat.

Beragam pistol otomatis, granat asap, granat kejut, hingga senapan mesin ringan, masuk dalam inventaris. Misalnya, pistol otomatis SiG Sauer P-226/P-228 kaliber 9mm, pistol mitraliur Uzi kaliber 9mm, senapan otomatis MP5 dengan beragam variannya dan senapan tembak runduk SG-550 kaliber 5,56mm.

Tim serbu juga memanfaatkan sejumlah peralatan pendukung.

Daftarnya cukup standar yakni, perahu karet bermotor, peralatan selam lengkap, peralatan para lengkap, komunikasi elektronik, senter kedap air, navigasi GPS serta pengendus malam NVG.

Tak hanya operasi antiteror dan antisabotase, Denjaka dapat pula dilibatkan dalam operasi rahasia "jenis lain" berdasarkan perintah langsung Panglima TNI.

Hingga kini, keberadaan satuan ini terkesan dirahasiakan. Bahkan penugasannya pun acap kali tak diakui ataupun tercatat resmi oleh Markas Besar TNI.(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved