3 Kemungkinan Penyebab Sriwijaya Air SJ 182 Jatuh, Eks Dirjen Perhubungan Udara: Luas Dugaannya

Mantan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub, Budhi Muliawan Suyitno membeberkan beberapa kemungkinan penyebab Sriwijaya Air SJ 182 jatuh

Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Adrianus Adhi
SURYA.co.id
Ilustrasi Penyebab pesawat Sriwijaya Air SJ 182 Jatuh. Simak penjelasan mantan Dirjen Perhubungan Udara di artikel ini 

Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Adrianus Adhi

SURYA.co.id - Mantan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub, Budhi Muliawan Suyitno membeberkan beberapa kemungkinan penyebab pesawat Sriwijaya Air SJ 182 jatuh.

Menurut Budhi, masih banyak kemungkina yang menjadi penyebabnya, seperti:

1. Human error atau kesalahan manusia

2. Kesalahan teknis

3. Cuaca

Baca juga: 4 Kebiasaan Kapten Afwan Pilot Sriwijaya Air SJ 182 Setiap Landing di Surabaya, Bikin Kagum Rekannya

Baca juga: 7 FAKTA Fadly Satrianto Warga Surabaya Jadi Kru Sriwijaya Air SJ 182, Kakaknya Mengaku Ada Firasat

Selain itu menurut Budhi, track record dari pesawat Sriwijaya Air SJ 182 juga harus diteliti.

“Kita harus berpikir sebagai investigator kira-kira dugaan apa yang paling memungkinkan.

Bisa saja karena faktor kesalahan manusia (human error).

Bisa juga karena teknik yang diawali oleh manusia dan yang lainnya karena cuaca,” ujar Budhi, ketika dihubungi Tribunnews.com, Minggu (10/1/2021).

Seperti dilansir dari Tribunnews.com dalam artikel 'Pengamat Ungkap Sejumlah Kemungkinan Penyebab Jatuhnya Pesawat Sriwijaya Air SJ 182'

Untuk menentukan penyebab jatuhnya pesawat Sriwijaya rute Jakarta-Pontianak itu, menurut dia, harus melihat secara keseluruhan karena bukti-bukti yang ditemukan dari lapangan masih sangat minim.

Kalau melihat data awalnya, pesawat Sriwijaya yang jatuh ini sudah beroperasi sejak lebih dari 26 tahun yang lalu.

“Kemudian kita bisa menyelidiki track record pesawat ini dari pengoperasiannya dari catatan perawatannya secara konsisten dilakukan apa tidak,” jelasnya.

 “Apalagi selama pandemi ini banyak pesawat-pesawat yang grounded, pesawat-pesawat yang tinggalnya di lapangan, tidak beroperasi.

Apakah waktu dioperasikan kembali telah memenuhi persyaratan kelayakan udara dan perawatan,” tegasnya.

Hal ini kata dia, bisa dicek dibuku perawatan dan pengoperasian pesawat.

Begitu juga imbuh dia, bisa dicek training terakhir yang dilakukan oleh pilot pesawat yang menerbangkan Sriwijaya Air SJ182.

“Jadi masih sangat luas sekali dugaannya,” jelasnya.

Hampir senada, pengamat penerbangan Gerry Soejatman menyebutkan kalau penyebab pesawat jatuh tidak selalu sama.

"Penyebab jatuh bisa berbeda-beda," kata Gerry saat diwawancarai Kompas TV, Sabtu (9/1/2021). 

Seperti dilansir dari Kompas TV dalam artikel 'Pengamat: Ada Tiga Sebab Pesawat Bisa Jatuh'

Namun setidaknya, kata Gerry, ada tiga sebab pesawat bisa jatuh.

Pertama karena cuaca, kedua karena disorientasi kru, dan ketiga karena kesalahan teknis.

Gerry juga menyebutkan, usia pesawat Sriwijaya Air dengan nomor penerbangan SJ 182 sekitar 26 tahun.

Jika dilihat dari usianya, kondisi pesawat tersebut menurut Gerry masih cukup baik.

"Rata-rata masih baik," katanya.

Diketahui, pesawat Sriwijaya Air SJ 182 lepas landas pukul 14.36 WIB dan dinyatakan hilang kontak pada 14.40 WIB, Sabtu (9/1/2021).

Hal ini berdasarkan kronologi yang dibeberkan oleh Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi.

"Bahwa telah terjadi lost contact pesawat udara Sriwijaya rute Jakarta-Pontianak dengan call sign SJY 182. Terakhir terjadi kontak pada pukul 14.40 WIB," kata Budi dalam konferensi pers dari Bandara Soetta, seperti dikutip oleh SURYA.co.id, Sabtu (9/1/2021).

Berselang enam menit dari waktu lepas landas yaitu pukul 14.37 WIB, pesawat Sriwijaya Air rute Jakarta-Pontianak diijinkan naik ke ketinggian 29.000 kaki.

Anomali dimulai ketika Pesawat Sriwijaya Air terlihat melenceng dari radar dan mengarah ke arah barat laut.

Melihat anomali ini, ATC (Air Traffic Control) meminta pesawat untuk melaporkan arah pesawat.

Baca juga: 3 Gelagat Tak Biasa Kapten Afwan Sebelum Take Off Pesawat Sriwijaya Air SJ 182: Mendadak Minta Maaf

Baca juga: Apa itu Black Box? Penyebab Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 Jatuh Dapat Diakses, Lokasi Sudah Diketahui

"Karena itu ditanya ATC untuk melaporkan arah pesawat. Dalam hitungan second target SJY82 hilang dari radar," ujar Budi.

Seperti yang dikatakan oleh Menhub Budi Karya Sumadi, peristiwa salah arah dari pesawat Sriwijaya Air SJ 182 dengan lost contact hanya terpaut hitungan detik.

"Pukul 17.30 Bapak Presiden memberikan arahan untuk memasimalkan upaya pencarian dan tentu sudah dikerahkan Kapal Basarnas," ujar Budi.

Lokasi Black Box Sriwijaya Air 182 Telah terpantau

Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto mengatakan lokasi black box atau kotak hitam pesawat Sriwijaya Air SJ-182 telah terpantau.

Melansir artikel Tribunnews.com berjudul "BREAKING NEWS: Lokasi Black Box Pesawat Sriwijaya SJ 182 Terpantau" Hadi mengatakan tim pencarian telah mendapatkan sinyal dari black box pesawat Sriwijaya Air SJ-182.

Tim pencarian saat ini telah menandai lokasi tempat black box mengeluarkan sinyal.

"Dua sinyal yang dikeluarkan oleh black box tersebut terus bisa dipantau dan sekarang sudah bisa di-marking," kata Hadi di Posko SAR Terpadu Jakarta International Container Terminal (JICT) 2 Tanjung Priok, Jakarta Utara, Minggu (10/1/2021).

Hadi berharap dalam waktu dekat black box tersebut dapat ditemukan setelah ditemukannya sinyal tersebut.

Setelah ditemukan black box tersebut akan dianalisis Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).

"Mudah-mudahan dalam waktu yang tidak terlalu lama bisa diangkat. Sehingga menjadi bahan KNKT untuk mengetahui penyebab kecelakaan tersebut," kata Hadi.

Perlu diketahui, Black Box atau Kotak Hitam menjadi salah satu bagian penting dalam pesawat terbang.

Terlebih pada pesawat terbang yang mengalami kecelakaan penerbangan, Kotak Hitam mampu menyimpan data-data penting tentang kondisi pesawat.

Melansir Deutsche Welle dari artikel Kompas.com berjudul "Mengenal Black Box, Komponen Pesawat yang Jadi Kunci Informasi Jatuhnya Sriwijaya Air" Black box adalah perangkat perekam yang sangat dilindungi dan penting, sama seperti hard disk atau kartu memori.

Black box mencatat semua data penerbangan, selain percakapan di kokpit.

Sebelumnya, rekaman data pesawat dan percakapan di kokpit direkam dengan dua alat berbeda. Namun sekarang, ada juga perangkat yang bisa melakukan keduanya.

Terlepas dari itu, menurut peraturan setiap pesawat harus memiliki perangkat yang merekam semua data pesawat dan percakapan di kokpit.

Kuat dan mudah ditemukan Black box harus tahan banting dan tetap utuh tanpa rusak, meski dihantam berbagai skenario kecelakaan pesawat.

Sebelum digunakan, black box harus lulus serangkaian uji ketahanan.

Mulai dari dapat menahan benturan dinding beton dengan kecepatan 750 kilometer per jam, beban statis 2,25 ton setidaknya selama lima menit, suhu maksimum 1.100 derajat Celsius selama satu jam, dan tekanan air di kedalaman 6.000 meter.

Agar lebih mudah ditemukan di laut, perangkat mengirimkan sinyal saat bersentuhan dengan air asin yang dapat ditangkap dalam radius sekitar dua kilometer (1,2 mil).

Dalam jarak sesingkat itu, lokasi bangkai kapal seharusnya sudah ditentukan untuk menemukan perangkatnya.

Perekam suara mencatat semua suara di kokpit. Selain diskusi antar pilot, juga merekam pengumuman komputer otomatis, lalu lintas radio, diskusi dengan awak dan pengumuman kepada penumpang.

Suara sakelar dan mesin juga direkam oleh perangkat. Percakapan pribadi antara pilot juga disimpan di black box.

Itulah sebabnya file audio yang diambil harus ditangani dengan hati-hati, sebagai upaya perlindungan data.

Diskusi hanya dapat dievaluasi untuk memperjelas kecelakaan atau kegagalan fungsi. Karena alasan ini,

rekaman ditimpa setelah maksimal 120 menit. Untuk diketahui, perangkat lama hanya merekam 30 menit.

Jumlah data yang disimpan dalam black box telah meningkat secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir.

"Saat ini, ratusan, terkadang ribuan parameter dicatat di sana (black box)," kata Friedemann.

Ini termasuk informasi tentang hal-hal seperti jalur penerbangan, ketinggian, lokasi pesawat, kecepatan, suhu mesin dan knalpot, serta posisi flap, di antara banyak lainnya.

Data tersebut membantu para ahli menyelidiki penyebab kecelakaan atau insiden serius dan mengurangi potensi sumber kesalahan.

Namun, penyelidik tidak sepenuhnya merekonstruksi penerbangan.

"Kami tidak menggunakan simulator penerbangan atau animasi - kami bisa mendapatkan informasi dari parameter itu sendiri," kata Jens Friedemann, spesialis di Federal Bureau of Aircraft Accident Investigation (BFU) di Braunschweig.

Hanya ada sedikit badan khusus di seluruh dunia yang mampu mengevaluasi black box, dan tidak setiap badan dapat memeriksa berbagai model.

BFU dapat mengevaluasi perangkat Barat dan Rusia. Tetapi dengan beberapa model, para ahli di Braunschweig harus beralih ke laboratorium asing untuk mendapatkan bantuan data.

Di masa depan, Friedemann percaya bahwa perangkat video akan merekam tampilan tertentu di kokpit, juga kekuatan transmisi sinyal pelacak melalui air akan ditingkatkan.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved