Ali Kalora Cs Masih Diburu, Moeldoko Sebut 3 Faktor Kesulitan Dihadapi Satgas Tinombala & Solusinya

Hingga kini Satgas Tinombala masih buru kelompok Ali Kalora Cs, yang bersembunyi di hutan dan perbukitan. Moeldoko ungkap sejumlah kesulitan & solusi

Penulis: Pipit Maulidiya | Editor: Iksan Fauzi
Istimewa/Tribun Palu
Ilustrasi - Ali Kalora Cs Masih Diburu, Moeldoko Sebut 3 Faktor Kesulitan Dihadapi Satgas Tinombala & Solusinya 

Penulis: Pipit Maulidiya | Editor: Iksan Fauzi

SURYA.CO.ID - Satgas Tinombala yang terdiri dari TNI dan Polri masih buru kelompok teroris Ali Kalora Cs yang bersembunyi.

Mereka diburu setelah diduga kuat membunuh satu keluarga di Dusun St.2 Lewono, Desa Lemban Tongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, pada Jumat (27/11/2020).

Update terakhir, Rabu (2/12/2020) Polri telah umumkan 11 anggota Mujahidin Indonesia Timur (MIT) yang menjadi DPO, termasuk wajah Ali Kalora.

Baca juga: Polri Sebar 11 Foto Ali Kalora cs Teroris yang Bunuh Satu Keluarga di Sigi, Ini Rekam Jejaknya

Ternyata tidak mudah bagi pasukan Polri dan prajurit Jenderal Andika Perkasa meringkus mereka.

Ali Kalora Cs disebut sudah terdesak karena kehabisan bekal. Berikut update Ali Kalora Cs.
Ali Kalora Cs disebut sudah terdesak karena kehabisan bekal. Berikut update Ali Kalora Cs. (dok. polri)

Kepala Staf Presiden Moeldoko menjelaskan ada beberapa faktor kesulitan menangkap Ali Kalora Cs.

1. Kondisi geografis

Menurutnya, salah satu faktor penyebab kelompok teroris Ali Kalora sulit ditumpas yakni kondisi geografis yang mayoritas hutan dan perbukitan.

Moeldoko menyebut kondisi medan gunung yang berlapis-lapis dan luas menjadikan Ali Kalora Cs sulit untuk dilacak.

"Intinya bahwa saya tahu persis medan di sana, medan gunungnya berlapis-lapis, itu sangat luas.

Hutannya masih cukup lebat dan masyarakat itu tinggal cukup berjauhan sehingga untuk menjaga rasa aman mereka tidak mudah," kata Moeldoko di Kantor Staf Presiden, Jakarta, Selasa, (1/12/2020).

2. Berbaur dengan masyarakat

Seperti dilansir dari Tribunnews.com dalam artikel 'Moeldoko Ungkap Sulitnya Tumpas Kelompok Teroris MIT di Sulawesi Tengah'

Selain itu, menurut Moeldoko kelompok teroris MIT berbaur dengan masyarakat.

"Dia bisa membaur dengan masyarakat, dia punya manuver yang cepat karena dia sudah tahu daerah operasi mereka sendiri itu juga salah satu kesulitan yang dihadapi pasukan yang diturunkan ke sana," katanya.

3. Cepat bermanuver

Jumlah kelompok yang sedikit membuat kelompok tersebut lebih leluasa dalam bermanuver.

"Kalau kita gambarkan di sini mungkin kok susah amat sih gak bisa diberesin, tapi kalau temen-temen melihat medannya di sana yang gunungnya itu berlapis-lapis seperti itu memang tidak mudah, apalagi mereka (MIT) dalam jumlah yang kecil.

Meski begitu, Moeldoko mengungkapkan terdapat solusi yang bisa dilakukan, yaitu menggelar latihan militer di poso untuk memecah konsentrasi kelompok teroris tersebut.

Hal itu sudah dilakukan Moeldoko saat menjabat Panglima TNI, ia meminta kepada Presiden SBY menggelar latihan militer di Poso.

"Saya lakukan di sana, setelah itu mereka konsentrasinya rusak dan polisi yang tinggal menangkap di bawah. Itu sebuah referensi yang bagus," katanya.

Selain Moeldoko, berikut sejumlah analisis ahli terkait faktor kesulitan mengkap Ali Kaloca Cs. Melansir Kompas.com dengan judul "Jejak Ali Kalora, Pemimpin MIT yang Diduga Terlibat Teror di Sigi, Kerap Menyamar Jadi Warga Lokal"

Dilansir dari BBC Indonesia, Ridlwan Habib, pengamat terorisme dari Universitas Indonesia saat wawancara dengan BBC Indonesia pada Rabu (2/1/2019), menilai Ali Kalora tidak memiliki pengaruh sekuat Santoso, yang mampu merekrut puluhan orang.

Namun, nama Ali Kalora mulai disebut-sebut lagi setelah temuan mayat tanpa kepala di Kecamatan Sausu, Kabupaten Parigi Montong, Sulteng, pada Januari 2019.

Ia mengatakan, Ali Kalora memiliki kemampuan bertahan hidup dalam pelarian.

"Dengan logistik yang terbatas, Ali Kalora bisa menjadi apa saja, menyamar menjadi warga lokal, bahkan petani, dan jalan sejauh itu," tambahnya.

Sosok Ali Kalora ini, menurutnya, berbeda jauh dengan bekas pemimpin MIT, Santoso, yang tewas dalam baku tembak dengan TNI-polisi dua tahun lalu.

Yang disebut terakhir ini memiliki keahlian propaganda.

Sedangkan Ali Kalora mampu menghindar dari kejaran aparat TNI-polisi dengan "menyamar menjadi warga lokal".

Sementara itu, Al Chaidar, pengamat terorisme serta staf pengajar di Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe, meyakini bahwa Ali Kalora kini merupakan satu-satunya pemimpin MIT yang tersisa.

Sebagai pemimpin baru MIT, Ali Kalora disebutnya "tidak memiliki pengaruh yang kuat seperti Santoso".

"Karena sepanjang 2018, hanya menyisakan sekitar empat orang anggota, kemudian bertambah satu orang, sehingga menjadi lima orang," kata Chaidar.

Satu-satunya "kelebihan" Ali Kalora yang diandalkan adalah kedekatannya dengan kelompok militan Islam di Mindanau (Filipina) dan Bima (Nusa Tenggara Barat).

"Dengan afiliasinya bersama kelompok Mindanau dan Bima, dia bisa merekrut anggotanya dari luar Poso, termasuk memperoleh senjata api," katanya.

Anggota Baru MIT

Inilah foto-foto Ali Kalora CS, teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) yang jadi buruan pemerintah.
Inilah foto-foto Ali Kalora CS, teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) yang jadi buruan pemerintah. (dok.polri)

Sementara itu, pada Februari 2019, polisi menyebut ada tambahan satu orang anggota baru dalam kelompok Ali Kalora, yakni anak kandung pemimpin terdahulu MIT, Santoso.

Hal tersebut disampaikan Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo pada Kamis (14/2/2019).

"Satgas berhasil mengidentifikasi satu orang DPO lagi yang ikut bergabung ke kelompok Ali Kalora, yaitu anak kandung Santoso," kata Dedi.

Anggota baru MIT tersebut masuk dalam DPO.

Terkait perekrutan anak kandung Santoso, Dedi mengatakan, hal itu masih dalam proses penelusuran.

"Antara direkrut dan inisiatif sendiri karena datang ke hutan. Ali Kalora ini lagi diidentifikasi dan nanti akan segera diterbitkan DPO," kata dia.

Selain mengidentifikasi anggota baru, Satgas juga telah menangkap seorang kurir yang diduga terafiliasi dengan kelompok tersebut.

"Satgas menangkap kurir simpatisan DPO. Ini sudah dilakukan penangkapan kurir-kurirnya dan dalam pemeriksaan," ujar Dedi.

Para kurir diketahui bertugas membawa logistik untuk kelompok tersebut dengan menggunakan karung dan dipikul.

Dedi mengatakan, logistik tersebut dibawa dengan cara dipikul karena jalur di daerah tersebut terbatas.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved