Gunung Semeru Meletus
Gunung Semeru Meletus: Jejak Langkah Pendakian ke Puncak Mahameru dan Mengenang Kematian Soe Hok Gie
Jejak Langkah Pendakian Gunung Semeru, Mengenang Kematian Soe Hok Gie Hingga Predikat Seven Summits Indonesia
Penulis: Eko Darmoko | Editor: Eko Darmoko
SURYA.co.id - Kala Desember 2020 masih memerah, usianya masih seujung kuku, Gunung Semeru meletus, Selasa (1/12/2020). Gunung tertinggi di Pulau Jawa ini mengagetkan lelap warga di sekitaran kaki gunung, khususnya warga Lumajang, ketika pagi sedang ranum-ranumnya.
Imbas dari aktivitas gunung setinggi 3676 mdpl yang makin meningkat ini, selain pemerintah setempat melakukan upaya evakuasi terhadap warga terdampak, pun geliat pendakian harus dihentikan.
Sejak berabad-abad yang lalu, Gunung Semeru sudah menjadi primadona bagi kaum pendaki yang ingin menjejakkan kaki di puncak tertinggi Pulau Jawa itu. Sejarah mencatat, pendakian pertama Gunung Semeru terjadi pada abad ke-19, tetapnya pada tahun 1838.
Dirangkum Harian Surya dari riwayat mainstream, sepanjang yang dicatat oleh sejarah; Clignet dan Winny Brigita adalah orang pertama yang melakukan ekspedisi pendakian ke Gunung Semeru. Mereka adalah ahli geologi berkebangsaan Belanda yang melakukan pendakian dari jalur barat daya lewat Widodaren.
Bermula dari pendakian tahun 1838 inilah, pendakian ke Gunung Semeru terus berlanjut. Tahun 1911, Van Gogh dan Heim mendaki Semeru lewat lereng utara, kemudian tahun 1945 seorang ahli Botani, Junhunn, asal Belanda mendaki melalui jalur Ayak-ayak. Selanjutnya, pendakian umumnya dilakukan melalui jalur yang dianggap paling aman, yakni di Ranu Pani, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang.
Harian Surya beruntung pernah mendaki Gunung Semeru hingga puncak tertinggi Mahameru. Pendakian ini dilakukan Harian Surya pada dua kesempatan, yakni pada 2010 dan 2012, melalui jalur Ranu Pani.
Sejauh yang dikenang Harian Surya, beginilah alur rute pendakian Gunung Semeru:
Tumpang
Pendaki yang ingin mendaki Gunung Semeru, pasti singgah di Tumpang, Kabupaten Malang. Dari Tumpang, mereka melanjutkan perjalanan ke Pos Perizinan Ranu Pani, bisa menggunakan truk sayur atau menyewa jeep yang dikelola oleh warga Tumpang.
Ranu Pani
Ranu Pani adalah desa terakhir sebelum melakukan pendakian ke Gunung Semeru. Di sini, pendaki bakal dimanjakan oleh lanskap danau cantik yang bernama seperti nama desa; Ranu Pani. Di sekitaran Ranu Pani juga ada danau yang tak kalah cantik, Ranu Regulo, berjarak sekitar perjalanan jalan kaki selama 20 menit dari Ranu Pani.
Ranu Kumbolo
Disarankan, perjalanan ke Ranu Kumbolo dilakukan pada pagi atau menjelang siang. Alasannya sederhana, agar tiba di Ranu Kumbolo sebelum petang. Rata-rata durasi yang dibutuhkan untuk rute Ranu Pani - Ranu Kumbolo sekitar tiga sampai empat jam. Semua tergantung kondisi fisik masing-masing pendaki. Namun, sewaktu Harian Surya menempu rute ini, butuh waktu sekitar enam jam, lantaran perjalanan diselingi dengan berburu foto lanskap untuk keperluan dokumentasi Gunung Semeru.
Sepanjang perjalanan menuju Ranu Kumbolo, pendaki akan disuguhkan dengan trek yang lumayan ‘ringan’, hanya sedikit trek berupa tanjakan. Sebelum sampai di Ranu Kumbolo, pendaki akan menemui empat shelter (pondokan kecil untuk istirahat). Ketika musim kemarau, saat malam hari, suhu di Ranu Kumbolo bisa turun hingga minus derajat celcius. Suhu ekstrem ini mengakibatkan munculnya bunga-bunga es di Ranu Kumbolo, biasanya muncul di atap tenda para pendaki.
Tanjakan Cinta