Biodata Putra Papua Dwi Cahyono, Berjuang Jatuh Bangun Demi Jadi Anak Buah Jenderal Andika Perkasa
Dwi Cahyono merupakan putra asli Papua yang berjuang jatuh bangun demi jadi prajurit TNI AD anak buah Jenderal Andika Perkasa. Ini profil dan biodata
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Musahadah
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Musahadah
SURYA.CO.ID - Simak profil dan biodata Dwi Cahyono, putra asli Papua yang berjuang jatuh bangun demi menjadi prajurit TNI AD.
Profil dan biodata Dwi Cahyono jadi sorotan setelah channel youtube TNI AD edisi 1 Juni 2020, menayangkan perjuangannya agar menjadi anak buah KSAD Jenderal Andika Perkasa.
Dwi Cahyono diketahui bukan berasal dari Jawa meskipun namanya Jawa.
Baca juga: Biodata Pilot Cantik TNI AD Puspita Ladiba Anak Penjual Jagung, Disalami Jenderal Andika Perkasa
Baca juga: Biodata Anak Tukang Ojek Desi Setiasari Sukses Jadi Kowad, Istri Jenderal Andika Perkasa Terharu
Ia merupakan putra asli Suku Auyu, Kabupaten Mappi, Papua.
Awalnya Dwi sempat mendaftar pada 2019, tetapi gagal.
Berkat tekad kuat untuk mewujudkan cita-citanya sejak kecil, akhirnya tahun ini ia lolos untuk menjadi prajurit TNI AD.
Ia lulus menjadi Prajurit Tamtama PK TNI AD Gelombang I Tahun 2020 binaan Koramil 1707-07 / Keppi Kodim 1707 / Merauke.
Berikut rangkuman cerita perjuangan Dwi Cahyono dilansir dari channel yotube TNI AD.
1. Menarik perhatian Danrem
Rupanya, sosok Dwi Cahyono ini membuat Komandan Korem 174 Merauke Kolonel Inf Bangun Nawoko terkesan.
Sang Danrem mengaku, tercuri perhatiannya karena nama Dwi Cahyono yang khas sebagai nama orang Jawa.
Padahal, Dwi adalah orang suku asli dari Papua.
"Ada sesuatu yang menarik perhatian saya di mana ada salah satu calon atau peserta yang lihat di name tag nya itu namanya Jawa yaitu Dwi Cahyono. Namun demikian yang bersangkutan ini adalah warga suku asli dari Papua," katanya.
Kemudian diperlihatkan cuplikan video saat ia sedang menanyakan identitas Dwi Cahyono.
Ia menanyakan kenapa bisa nama putra Papua itu adalah nama Jawa.
Kemudian, Dwi menjelaskan, karena orangtua angkatnya adalah orang Jawa.
"Siap, bapak mama angkat orang Jawa," jawab Dwi Cahyono.
2. Ibu sudah meninggal
Tak berhenti di situ, Kolonel Inf Bangun Nawoko pun kembali menanyakan orangtua kandung Dwi.
Dwi kemudian menjawab, ibu kandungnya sudah meninggal.
"Siap, orang tua asli ibu sudah meninggal, bapak masih ada," ujarnya.
Berdasarkan pengakuan Dwi dalam sebuah wawancara di video tersebut, sang ibu meninggal sejak ia masih bayi.
"Ayah bernama Agustinus Hemi Kumuda dan ibu bernama Yuli Pari Ku Muda. Pada saat itu saya lahir ibu kandung saya meninggal," katanya.
3. Anak adopsi
Pada usia tiga hari, ia pun diadopsi oleh pasangan suami istri yang merupakan orang Jawa.
"Saya diambil pasangan suami istri orang Jawa yang mengasuh saya pada saat saya berusia tiga hari," katanya.
Diketahui orangtua angkat Dwi Cahyono ini adalah Mardi Santoso dan Parinten.
Selain memiliki orangtua angkat orang Jawa, ternyata Dwi Cahyono ini juga pandai berbahasa Jawa.
Pada video itu, diperlihatkan pula momen saat ia meladeni Danrem yang mengajak berbicara menggunakam bahasa Jawa.
Tak hanya itu, ada juga momen saat Dwi Cahyono bercerita soal awal mula dirinya yang mendaftar ke TNI.
"Saya mendaftarkan diri saya menjadi TNI di Koramil terdekat. Setelah saya mendaftarkan diri saya,
saya diterima untuk mengikuti pembinaan kegiatan fisik di Koramil. Setelah itu saya latihan pembinaan fisik selama kurang lebih satu bulan," katanya.
Berikut ini kisah Dwi Cahyono yang diunggah di Instagram TNI AD:
Dwi Cahyono merupakan salah satu pemuda dari suku Auyu Kabupaten Mappi yang lulus menjadi prajurit tamtama PK TNI AD Gelombang I tahun 2020, binaan Koramil 1707-07 / Keppi Kodim 1707 / Merauke.
Dalam sidang Parade Pantukhir Calon Tamtama Prajurit Karier, salah satu calon prajurit Tamtama PK membuat Danrem Kolonel Inf Bangun Nawoko terkesan dan terkejut ada putra
Papua tapi menggunakan nama Jawa.
Selain itu, Dwi Cahyono yang asli putra Papua juga pandai berbicara menggunakan bahasa Jawa.
Dwi Cahyono, putra Papua dengan nama Jawa merupakan anak yatim yang diasuh oleh pasangan Mardi Santoso dengan Parinten sejak umur tiga hari hingga sampai saat ini lulus seleksi menjadi calon prajurit TNI AD.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Setelah tamat SMK, Dwi Cahyono mendaftar masuk TNI AD melalui Koramil dan selanjutnya dibina oleh Koramil 1707-07/Keppi.
Dwi Cahyono sempat mengalami kegagalan pada penerimaan Tamtama PK Gelombang 2 sumber pedalaman tahun 2019, karena terbatasi alokasi penerimaan.
Dan pada seleksi tahun 2020 ini dinyatakan lulus dan itu murni merupakan hasil kerja keras dan tekadnya untuk menjadi prajurit TNI.
Kegagalan pertama tidak menyurutkan tekad Dwi Cahyono untuk menjadi TNI AD. Awal tahun 2020 ia kembali mendaftar sebagai calon prajurit.
Dengan semangat dan kebulatan tekad, ia kini dinyatakan lulus lulus seleksi dan akan mengikuti pendidikan sekolah tamtama. Semoga ini akan memacu semangat putra daerah untuk mengabdikan dirinya melalui TNI AD."
Putra Papua jadi jenderal di TNI AD
Baca juga: Biodata Kuli Bangunan Joppye yang Sukses Jadi Anak Buah Jenderal Andika Perkasa, Pangkatnya Letjen
Letjen TNI Joppye Onesimus Wayangkau merupakan putra Papua pertama yang meraih tiga bintang di lingkungan TNI AD.
Letjen Joppye Onesimus Wayangkau menjabatan sebagai Danpusterad (Komandan Pusat Teritorial Angkatan Darat).
Dalam video tersebut, Letjen Joppye Onesimus Wayangkau mengaku pernah lalui masa sulit sebelum mengemban jabatan tersebut.
Ia mengungkap perjuangan sulit meraih seragam loreng TNI.
Letjen Joppye Onesimus Wayangkau juga lahir saat Papua sedang dalam kondisi mencekam.
Letjen Joppye saat itu dibawa lari keluarga agar tak terkena peluru panas, karena neneknya telah tewas tertembak.
"Saya lahir di Serui tahun 62. Kalau menurut cerita orang tua saya itu sedang bergejolak, Indonesia masuk ke Papua. Sehingga saat saya lahir membawa saya dan keluarga sembunyi ke gua karena takut.
Salah satu nenek saya ada yang tertembak waktu itu, orang tua saya takut. Di sebelah barat Kota Serui, saya besar di situ," ujar Letjen TNI Joppye Onesimus Wayangkau.
Awalnya, Joppye bercita-cita menjadi seorang pilot.
Lantaran dia bersekolah di wilayah landasan pesawat terbang.
Melihat para pilot menggunakan seragam bagus, Joppye bertekad untuk menjadi seorang pilot.
"Saya lihat pilot itu saya cita-cita sekali. Terlihat gagah terus lihat ada pangkatnya. Sampai SMA saya punya cita-cita menjadi pilot," lanjut Joppye.
Untuk mencapai cita-citanya, Joppye bertekad berangkat ke Jayapura untuk sekolah di Dinas Perhubungan.
Sayangnya, kondisi keuangan keluarga Joppye saat itu sedang tidak bagus.
Joppye dengan kecewa harus mengubur impiannya menjadi pilot.
Setelah kandas, Joppye tak menyerah dan memulai lembaran baru untuk kuliah di Proyek Perintis 2 (ITB Bogor) di fakultas Pertanian dan Uncen Manukwari fakultas peternakan.
Selama pendaftaran kulian, Joppye kembali terkendala dengan biaya.
Namun kali ini Joppye tak menyerah, dia saat itu berusaha mencari rupiah dengan ikut menjadi buruh (kuli) bangunan.
"Saya ikut buruh bangunan ngaspal jalan," tegas Joppye Onesimus.
"Iya ikut orang-orang PU, siram aspal di jalan, ngambil pasir. Sangking panasnya siang itu kita istirahat di emperan toko.
Saya ada melihat ada brosur di etalase toko. Saya lihat seragam, sebenarnya saya tidak tertarik 'ah saya dari kampung kalo sekolah pakai seragam gini kan udah pasti ga ketrima'." lanjut Joppye mulai tertarik dengan penerimaan TNI.
"Cuman saya lihat persyaratan-persyaratan itu, justru tulisan paling bawah yang menarik saya. Saya ingat ' Pendaftaran dan Pendidikan Tidak Dipungut Biaya', terus saya berpikir jadi tidak butuh biaya, yasudah saya coba daftar saja," jelas Joppye.
Akhirnya Joppye menerima pengumuman untuk kuliah, dia diterima di tiga tempat yang dia daftari.
"IPB fakultas pertanian, kemudian Uncen fakultas peternakan, kemudian Akabri lulus," lanjutnya.
Joppye akhirnya memilih menjadi abdi negara lantaran pendidikan tidak memikirkan biaya.
Dikutip Warta Kota, Joppye merupakan putra kelahiran Serui, Papua,17 Juli 1962, yang juga lulusan Akademi militer (Akmil) 1986 dari kecabangan Infanteri dan lulusan Lemhannas 2013.
Sebelumnya, Joppye pernah mengemban sejumlah jabatan penting.
Antara lain Danbrigif 24/Bulungan Cakti (2009-2011), Asops Kasdam XVII/Cenderawasih (2011-2012), Danrem 172/Praja Wira Yakthi (2012-2013), hingga Pati Sahli TK III Bid SosbudKum Panglima TNI (2016).
Sedangkan Bogra merupakan putra kelahiran Serui, Papua, 6 Januari 1963, yang lulusan Akademi militer (Akmil) 1987 dan lulusan Lemhannas 2015.
Beberapa jabatan strategis yang pernah diembannya antara lain Kapendam XVII/Cendrawasih (2011), Kasrem 171/PVT (2012), Staf Ahli Pangdam XVII/Cendrawasih bidang Ideologi Politik (2014), hingga Bandep Lingkungan Sosial Setjen Wantannas (2017).(*)