Prancis Darurat, Sehari 3 Orang Dibunuh, 4.000 Tentara Dikerahkan, Presiden Macron Disebut Primitif
Prancis menyatakan situasi darurat di level tertinggi setelah sehari 3 warganya dibunuh dan dikaitkan dengan pemunculan karikatur Nabi Muhammad SAW.
SURYA.co.id | NICE - Pemerintah Prancis menyatakan situasi darurat di level tertinggi setelah sehari 3 warganya dibunuh dan dikaitkan dengan pemunculan karikatur Nabi Muhammad SAW.
Untuk mengamankan situasi tersebut, setidaknya 4.000 tentara dikerahkan menjaga titik-titik rawan. Bahkan, jumalh itu bisa sampai 7.000 personel.
Di sisi lain, kecaman terhadap Presiden Prancis, Emmanuel Macron pun datang dari berbagai negara.
Kali ini kecaman datang dari eks Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad yang menyebut Presiden Macron primitif.
Adapun kecaman yang dilontarkan Mahathir Mohamad diiringi dengan dukungan memboikot produk-produk Prancis.
Untuk selengkapnya isi kecaman dari Mahathir Mohamad ada di artikel di bagian bawah.
Berikut kondisi darurat di Prancis :
1. Presiden Macron mengaku negaranya 'diserang' ekstremis
Presiden Perancis Emmanuel Macron mengatakan, negaranya "diserang" ekstremisme setelah tiga orang dibunuh di sebuah gereja di Nice.
Seorang penyerang bersenjata pisau memenggal kepala seorang wanita dan membunuh dua orang lainnya di sebuah gereja di Kota Nice, Perancis, pada Kamis (29/10/2020), yang dicurigai merupakan serangan teroris.
2. Darurat level tertinggi
Dilansir dari The New Daily, sekitar 4.000 personel tentara, yang berpotensi ditingkatkan menjadi 7.000 personel, akan diterjunkan di seluruh Perancis untuk melindungi berbagai tempat seperti sekolah dan gereja.
Pemerintah Perancis juga telah menetapkan status darurat ke level tertinggi.
Polisi mengidentifikasi tersangka pembunuhan bernama Brahim Aouissaoui (21), seorang migran Tunisia yang baru-baru ini memasuki Perancis dari Italia.
Serangan tersebut terjadi kurang dari dua pekan setelah insiden pemenggalan terhadap seorang guru di Paris, Samuel Paty.
Paty dibunuh karena menunjukkan kartun Nabi Muhammad SAW kepada siswanya di dalam kelas.
3. Serangan di Prancis sebelumnya
Perancis telah mengalami serangkaian serangan dalam beberapa tahun terakhir.
Serangan itu termasuk pengeboman dan penembakan di Paris pada 2015 yang menewaskan 130 orang.
Pada 2016, terjadi lagi serangan di Nice, di mana seorang milisi mengendarai truk dan menabraki kerumunan massa ketika merayakan Hari Bastille.
Serangan tersebut menewaskan 86 orang.
"Saya mengatakan ini dengan sangat jelas (bahwa) kami tidak akan menyerah pada terorisme.
Sekali lagi pagi ini, tiga rekan kami yang jatuh di Nice, dan jelas sekali Perancis sedang diserang,” kata Macron.
Beberapa jam setelah serangan Nice, polisi membunuh pria lain yang mengancam orang dengan pistol di Montfavet, dekat kota Avignon di Perancis selatan.
Serangan pada Kamis tersebut bertepatan dengan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Serangan itu juga terjadi di tengah kemarahan muslim yang meningkat karena Perancis membela penerbitan kartun Nabi Muhammad.
4. Prancis didukung Australia
Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengatakan, negaranya bersama dengan Perancis setelah terjadi serangan tersebut.
"Ini adalah tindakan barbarisme yang paling kejam dan pengecut oleh seorang teroris dan harus dikutuk dengan cara sekuat mungkin," kata Morrisons di radio 2GB di Sydney, Australia.
Morrison mengatakan juga telah menghubungi Macron.
"Sakit hati yang akan dialami orang-orang Perancis saat ini karena menggigil di seluruh dunia sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata," kata Morrison.
Selain itu, banyak pemimpin dunia mengutuk serangan itu termasuk Inggris, Belanda, Italia, Spanyol, Arab Saudi, dan Turki.
Di sisi lain, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan awal pekan ini mengecam Macron dan Perancis karena membela penerbitan kartun Nabi Muhammad.
Direktur Komunikasi Kepresidenan Turki Fahrettin Altun mengatakan, Islam tidak dapat digunakan atas nama terorisme.
“Kami menyerukan kepada kepemimpinan Perancis untuk menghindari retorika yang menghasut lebih lanjut terhadap Muslim dan fokus menemukan pelaku ini dan tindakan kekerasan lainnya,” kata Altun.
5. Mahathir Mohamad Sebut Macron primitif
Semenara itu, kecaman demi kecaman kepada Presiden Macron datang dari luar Prancis.
Seperti halnya disampaikan oleh eks perdana menteri Malaysia Mahathir Mohamad.
Ia menyuarakan dukungannya kepada umat Islam untuk memboikot produk-produk Perancis.
Dukungan itu ia ungkapkan sebagai tanggapan atas pernyataan Presiden Perancis Emmanuel Macron tentang Islam.
Mahathir menyebut Macron "sangat primitif" karena menyalahkan Islam dan Muslim atas pemenggalan kepala guru Samuel Paty, dengan menyatakan bahwa pembunuhan itu tidak sejalan dengan ajaran Islam.
"Terlepas dari agama yang dianut, orang yang marah membunuh.
Perancis dalam perjalanan sejarahnya telah membunuh jutaan orang.
Banyak yang Muslim."
"Boikot tidak dapat mengompensasi kesalahan yang dilakukan Perancis selama ini," tulisnya dalam unggahan di blog pada Kamis (29/10/2020).
Politisi berjuluk Dr M itu melanjutkan, kebebasan berekspresi tidak termasuk kebebasan untuk menghina orang lain atau mengecam mereka.
Ia juga menulis, di Malaysia konflik rasial besar-besaran dapat dihindari karena warganya bisa menghargai sensitivitas orang lain.
"Kalau tidak begitu, maka negara ini tidak akan pernah damai dan stabil,".
Selain reaksi dari para pemimpin Muslim di sejumlah negara mayoritas Islam, komentar Presiden Perancis juga menuai kritik dari politisi top Malaysia lainnya seperti pemimpin oposisi Anwar Ibrahim dan Menteri Luar Negeri Hishamuddin Hussein sebagaimana diberitakan Free Malaysia Today pada Kamis (29/10/2020).
Komentar Macron dilontarkan pekan lalu saat menanggapi pemenggalan seorang guru bernama Samuel Paty di luar Paris awal bulan ini.
Paty dibunuh lantaran menunjukkan kartun Nabi Muhammad kepada para muridnya di kelas tentang kebebasan berbicara.
Gambar tersebut sebelumnya juga memicu serangan berdarah oleh pria bersenjata di kantor majalah satir Charlie Hebdo, penerbit aslinya, pada Januari 2015.
Pemerintah Perancis mengatakan insiden pemenggalan Paty sebagai serangan terhadap kebebasan berbicara, dan menambahkan mereka akan membela hak untuk menayangkan kartun tersebut.
Macron menyebut guru itu pahlawan, dan dia berjanji untuk melawan "separatisme Islam".
Kementerian Luar Negeri Perancis pada Selasa (27/10/2020) mengeluarkan nasihat keselamatan untuk warga negara Perancis di Indonesia, Turki, Bangladesh, Irak, dan Mauritania, menasihati mereka untuk berhati-hati.
Mereka juga diminta untuk menjauh dari protes apa pun yang terkait dengan kartun Nabi Muhammad dan menghindari pertemuan publik.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Status Darurat Tertinggi, Perancis Terjunkan 4.000 Personel Tentara Buntut 2 Serangan dalam Sehari" dan artikel berjudul "Sebut Macron Primitif, Mahathir Dukung Boikot Produk-produk Perancis"
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/surabaya/foto/bank/originals/presiden-prancis-emmanuel-macron-dan-situasi-darurat-di-nice.jpg)