Sambang Kampung
Beberapa Alasan Warga RW 4 Perumahan ITS Surabaya mulai Budidaya Lebah Madu Klanceng
Warga RW 4 Perumahan ITS Surabaya Purwadi Agus Darwito menunjukkan koloni lebah madu klanceng yang mulai dibudidayakan warg sekitar.
Penulis: Christine Ayu Nurchayanti | Editor: Parmin
SURYA.co.id | SURABAYA - Berbeda dari lebah madu yang lain, lebah madu klanceng memiliki ukuran lebih kecil.
Serangga yang banyak ditemukan di kawasan tropis atau subtropis ini juga tidak mempunyai sengat, sehingga dikenal sebagai lebah tidak ganas.
Hal ini pun membuat lebah klanceng mulai banyak dibudidayakan.
Salah satunya oleh warga RW 4 Perumahan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Purwadi Agus Darwito.
Ditemui di kediamannya, Purwadi menunjukkan sejumlah balok kayu yang terbaris rapi di halaman belakang rumah.
Balok-balok itu telah ditempati oleh koloni lebah klanceng.
"Lebah klanceng ini mudah dirawat, asalkan banyak bunga di sekitarnya. Perkembangan lebah akan lebih cepat kalau bunganya lebih banyak. Oleh karena itu saya berusaha untuk vegetasi tanaman bunga dalam jumlah banyak," katanya kepada Surya.
Meskipun berukuran lebih kecil, namun lebah klanceng memiliki segudang manfaat.
Madu yang dihasilkan memiliki rasa yang cenderung asam, berbeda dari madu biasanya yang terasa manis.
"Tapi khasiatnya sangat bagus. Untuk sakit maag, diabetes, meningkatkan daya tahan tubuh, juga bisa untuk penyembuhan kanker karena kaya antioksidan," terangnya.
Terlebih lagi, lebah klanceng tidak membahayakan. Purwadi menilai, serangga ini sangat cocok dibudidayakan di Surabaya yang penuh taman.
"Taman juga bisa dimanfaatkan sebagai tempat membudidayakan klanceng. Bisa di tengah-tengah taman diberi kotak kecil untuk tempat lebah. Nanti madunya bisa dipanen," katanya.
Untuk memanen madunya, setidaknya dibutuhkan waktu tiga bulan.
"Dilihat apa sudah nambah berat atau belum. Kalau sudah hampir penuh, madunya bisa dipanen agar ruangan tidak penuh," ungkap Purwadi.
Ia mengatakan, tantangan terberat saat membudidayakan lebah klanceng ini terletak pada dua bulan pertama karena lebah belum kuat mempertahankan koloni.
"Yang menjadi predator itu semut, cicak, dan kadal. Kemudian juga jangan sampai ada sarang laba-laba agar lebah tidak nyangkut di jaringnya," Purwadi mengatakan.
Ke depan, ia berencana untuk memecah koloni dengan cara memindahkan ratu, lengkap dengan lebah pekerja, lebah penjaga, polen, dan madu ke kotak yang baru.
"Sementara kotak yang lama akan ada telur calon ratu. Kotak yang lama ini akan dipindahkan ke tempat lain. Setelah dua bulan, ratunya menetas dan akan membentuk koloni baru," terangnya.
Ketua RT 1 RW 4 Perumahan ITS, Susianto menyampaikan, kampunya memang mempunyai potensi yang akan terus dikembangkan, salah satunya budidaya lebah madu klanceng.
"Potensi-potensi ini juga mulai diketahui saat kegiatan Surabaya Smart City (SSC). Sebelumnya warga berkerja secara silent. Begitu digerakkan, semuanya muncul," terangnya.
Selain lebah madu klanceng, warga juga membuat kerajinan seperti rajutan, ecoprint, dan masih banyak lagi. Ada juga yang memproduksi ragam UMKM kuliner.
"Semoga nanti ke depannya RW 4 bisa berkembang lagi," tandas Susianto.