Berita Surabaya
Mencegah Penyakit Jantung Koroner Berdasar Faktor Risiko
Mencegah penyakit jantung koroner dapat dilakukan dengan dua cara, yakni pencegahan primer dan sekunder.
Penulis: Akira Tandika | Editor: irwan sy
SURYA.co.id | SURABAYA - Penyakit jantung koroner tergolong dalam jenis penyakit yang mahal dan mematikan. Hal itu lantaran penyakit ini memiliki kontribusi sebesar 40 persen dalam golongan kematian akibat penyakit di Indonesia.
Ini juga membuat penyakit jantung koroner sebagai pembunuh nomor dua di Indonesia setelah stroke. Selain mematikan, penyakit jantung koroner juga tergolong mahal.
Berdasar data dari BPJS Kesehatan yang diketahui oleh Erwinanto selaku Clinical Cardiologis RS Hasan Sadikin Bandung, hampir 50 persen dana yang dikeluarkan lebih sering digunakan untuk pengobatan penyakit kardiovaskular yang sebagian besar adalah penyakit jantung koroner. Erwianto menyebutkan penyakit jantung koroner bisa terjadi apabila pembulu darah dalam jantung tersumbat.
"Jantung manusia memiliki tiga buah pembuluh darah koroner yang bertugas mengalirkan nutrisi dan oksigen ke jantung. Namun, apabila pembuluh darah itu tersumbat, maka seseorang berpeluang mengalami kematian secara mendadak," terangnya dalam sesi Webinar We The Health yang digelar Lifepack dan Jovee serta TribunJatim Network, Sabtu (3/10/2020).
Mencegah penyakit jantung koroner dapat dilakukan dengan dua cara, yakni pencegahan primer dan sekunder.
"Pencegahan primer ini biasa dilakukan pada pasien yang belum memiliki penyakit jantung koroner. Tujuan pencegahan ini tentu agar pasien tidak memiliki penyakit jantung koroner," ujarnya.
Sementara pencegahan sekunder, ditujukan untuk pasien yang telah memiliki jantung koroner agar tidak mengalami serangan berulang.
Selain itu, penting juga untuk mengenali terlebih dulu faktor risiko yang menyebabkan jantung koroner pada pasien.
Hal ini sebagai langkah agar pencegahan lebih tepat sasaran.
"Faktor risiko penyebab penyakit jantung koroner cukup beragam di antaranya seperti, hipertensi, diabetes melitus, merokok, kolesterol tinggi, stroke, kegemukan, penyakit ginjal kronik, dan keturunan pasien jantung koroner," tutur Erwinanto.
Erwinanto juga mengatakan, seorang pasien biasanya memiliki tiga faktor risiko yang menyebabkan ia memiliki penyakit jantung koroner.
"Apabila bapak atau ibu sekalian baru menemukan satu faktor risiko, penting untuk mencari yang lainnya. Hal ini kembali lagi pada tindakan yang harus diambil sebagai langkah pencegahan," imbuhnya.
Erwinanto mencontohkan, seorang perokok memiliki 1,6 kali risiko lebih tinggi daripada yang lain.
Begitu juga penderita hipertensi yang memiliki risiko tiga kali lebih tinggi, serta penderita kolesterol yang memiliki risiko empat kali lebih tinggi.
"Jika seorang pasien memiliki ketiga faktor ini, secara tidak langsung dia berisiko 16 kali lebih tinggi daripada orang lain," kata Erwinanto.