Tak Gentar dengan Rudal Dongfeng China, Amerika Serikat Latihan Kapal Induk di Laut China Selatan

Seolah tak gentar dengan rudal Dongfeng China, Amerika Serikat malah menggelar latihan kapal induk di Laut China Selatan

AFP/ANTHONY WALLACE
Kapal induk Amerika Serikat USS Ronald Reagan 

Biasanya pesawat pengintai itu mengikuti rute penerbangan sipil sebagai perlindungan ketika mendekati wilayah udara China.

Seperti dilansir dari Kontan dalam artikel 'China: Pesawat mata-mata AS di Laut China Selatan ancam keselamatan penerbangan sipil'

AS dilaporkan telah meningkatkan kegiatan pengintaiannya di dekat pantai selatan China dalam beberapa pekan terakhir.

Hal itu mendorong Menteri Pertahanan China Wei Fenghe untuk memulai panggilan telepon selama 90 menit dengan Menhan Amerika, Mark Esper.

Sumber itu mengatakan pesawat E-8C milik AS awalnya diidentifikasi oleh sistem radar kontrol udara di provinsi selatan Guangzhou sebagai pesawat komersial, terbang pada ketinggian lebih dari 9.000 meter (29.500 kaki) di atas Laut Cina Selatan.

Tapi ketika terbang di dekat ibu kota provinsi Guangdong, pesawat itu diidentifikasi sebagai pesawat militer Amerika.

"Itu mungkin saja menyebabkan kecelakaan atau kesalahan penilaian di tengah meningkatnya ketegangan antara militer China dan AS," kata sumber itu, Rabu (12/8/2020).

“Menggunakan pesawat sipil sebagai perlindungan adalah operasi umum bagi Amerika dan sekutu dekat mereka, Israel.

Tapi Laut Cina Selatan adalah salah satu wilayah udara internasional tersibuk di dunia, yang dapat membahayakan pesawat sipil," lanjutnya.

Lu Li-shih, mantan instruktur di Akademi Angkatan Laut Taiwan mengatakan banyak angkatan laut dan angkatan udara memainkan trik untuk menutupi aktivitas militer mereka, yang dapat menyebabkan masalah keselamatan bagi maskapai penerbangan dan kapal sipil jika operator militer di darat gagal.

“Ada beberapa kecelakaan yang terjadi ketika pasukan pertahanan rudal di darat gagal memverifikasi dengan hati-hati pesawat yang mengganggu,” kata Lu.

Pada 7 Januari 202 lalu, sebuah pesawat penumpang Boeing 737 Ukraina ditembak jatuh oleh pasukan Iran segera setelah lepas landas dari Teheran dan menewaskan semua 176 penumpang dan awak. 

Iran mengatakan pesawat itu telah disalahartikan sebagai target musuh dalam kasus human error.

Kecelakaan serupa terjadi pada 1 September 1983 ketika Boeing 747 Korean Air Lines ditembak jatuh oleh pencegat Su-15 Soviet dalam perjalanan dari New York ke Seoul.

Semua 269 penumpang dan awak tewas dalam insiden itu, yang terjadi karena angkatan udara Soviet menanggapi pesawat tersebut sebagai "jet mata-mata AS yang mengganggu".

Halaman
1234
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved