Pembunuhan Janda Sidoarjo

Cemburu Setelah Mabuk, Tiduran di Sofa Cium Bau Sperma, Pembunuh Janda Sidoarjo Nggembel di Surabaya

Polisi hampir dua pekan lebih nyanggong di sekitar rumah tersangka. Sampai-sampai ada yang menyamar sebagai penjual bakso atau pedagang kerupuk.

Penulis: M Taufik | Editor: Anas Miftakhudin
Kolase M Taufik
Kapolresta Sidoarjo Kombes Pol Sumardji dan tersangka pemunuhan janda Sidoarjo gara-gara bau sperma di sofa. 

SURYA.CO.ID I SIDOARJO -

Setelah menghabisi lalu meninggalkan tubuh Irine Siska Widyastuti (43), janda yang tinggal di Perumahan Alam Juanda, Sedati, Sidoarjo, tersangka Bayu Andi Irawan (32) langsung kabur ke Malang.

Pikirannya diliputi rasa cemas dan ketakutan. Terlebih saat ketemu polisi berseragam di jalan raya. Ia takut dengan sendirinya karena merasa bersalah setelah menghabisi pacarnya, 27 Juni 2020 lalu.

Pemicunya cemburu, karena usai pesta miras bersama, tersangka tiduran di sofa. Ternyata di sofa itu, tersangka mencium aroma sperma. Tak pelak, Bayu marah-marah.

Dalam pelariannya, lelaki asal Karangploso, Malang itu sempat nggembel di Surabaya selama sebulan.

Sampai-sampai tidur di SPBU atau tempat yang tidak mungkin dijangkau polisi.

"Pelaku juga mengaku sempat ngekos di Surabaya. Tapi dia langsung kabur begitu merasa sedang dicari polisi," tutur petugas.

Hidup Bayululusan Teknik Informatika ini berpindah-pindah lokasi. Sampai tidur di SPBU atau tempat yang tidak mungkin dijangkau polisi.

Ia hidup lontang-lantung di kawasan Ampel, Jojoran, Medokan, dan beberapa tempat lain.

Padahal sebelumnya, Bayu selalu tampil perlente hingga bisa menjalin kasih dengan korban Irine.

Perbedaan usianya 11 tahun. Korban berusia 43 tahun dan tersangka 32 tahun.

Namun jalinan kasih tersebut bubar setelah tersangka dibakar api cemburu.

Pertama, saat tersangka datang ke rumah korban, sekitar pukul 21.00 WIB ada dua pria keluar dari rumah korban.

Pertemuan orang tak dikenal dengan tersangka akhirnya terjadi cek cok mulut. Namun pertikaian itu bisa diredam oleh korban Irine.

Bayu akhirnya diajak makan bersama oleh Irine. Suasana mulai tenang dan dilanjut dengan minum-minuman keras berdua.

"Minum red label," ujar Bayu saat ditanya penyidik.

Kapolresta Sidoarjo, Kombes Pol Sumardji saat menunjukkan tersangka pelaku pembunuhan janda di perumahan Alam Juanda, Sidoarjo.
Kapolresta Sidoarjo, Kombes Pol Sumardji saat menunjukkan tersangka pelaku pembunuhan janda di perumahan Alam Juanda, Sidoarjo. (surabaya.tribunnews.com/m taufik)

Setelah menenggak minuman beralkohol, mereka berhubungan layaknya suami istri dan tidur pulas.

Pagi hari setelah bangun tidur, Irine masak dan makan berdua di rumah kontrakan tersebut.

Cemburu kedua, sekira pukul 09.00 WIB, keduanya melanjutkan menenggak miras di ruang tamu sambil tiduran di sofa. Nah, saat itulah Bayu mencium bau seperti sperma di sofa rumah Irine.

Sontak, Bayu marah-marah hingga terjadi cek-cok mulut di antara mereka.

Apalagi keduanya sudah dirasuki miras, sehingga keduanya tidak bisa mengontrol.

Dalam kondisi kalap, tersangka mendorong tubuh korban hingga jatuh ke lantai ruang tamu.

Begitu korban jatuh telentang, tersangka langsung menindih tubuh korban, lalu membekap mulut dan hidung korban dengan tangannya.

Melihat korban lemas dan tak bernyawa, pelaku gopoh lalu mengambil kunci mobil Honda HRV bernopol L 1487 IU milik perempuan yang bekerja sebagai manager regional sebuah perusahaan swasta.

Dia pulang ke rumahnya di Malang mengendarai mobil tersebut.

"Mobil itu kemudian dititipkan ke temannya di Malang," ujar petugas Polresta Sidoarjo yang menangani perkara ini, Sabtu (15/8/2020).

Untuk menghilangkan jejak dengan harapan tak diendus polisi, tersangka mengganti nomor ponselnya.

Tidak itu saja, tersangka juga menjual ponselnya dan menukar dengan ponsel lain.

Setelah itu, Bayu berangkat ke Surabaya naik angkutan umum. Ia hany berbekal beberapa potong baju.

Polisi yang mencurigai Bayu sejak korban ditemukan, langsung mencari Bayu. Begitu polisi datang, tersangka sudah kabur duluan.

Akhirnya, polisi hampir dua pekan lebih nyanggong di sekitar rumah tersangka. Sampai-sampai ada yang menyamar sebagai penjual bakso atau pedagang kerupuk.

Namun tersangka tak menampakkan batang hidungnya.

Akhirnya, polisi mencari dengan cara lain untuk meringkus pembunuh berdarah dingin itu. Mulai pelacakan dengan cara modern hingga bergerak secara mobile.

Sampai akhirnya, tersangka terdeteksi sedang berada di sebuah tempat bermain game online.

"Karena tepergok, dia tidak bisa kabur. Tersangka langsung dibawa ke Polresta Sidoarjo untuk menjalani pemeriksaan," kata Kapolresta Sidoarjo Kombes Pol Sumardji. 

Jenazah korban Irene Siska saat dievakuasi untuk diautopsi.
Jenazah korban Irene Siska saat dievakuasi untuk diautopsi. (M Taufik)

Kecurigaan polisi yang mengarah ke tersangka Bayu berawal saat petugas tengah menyelidiki kematian Irine.

Semua orang dekatnya dimintai keterangan dan mengarah pada tersangka.

Apalagi, di ponsel korban terlihat kerap chatting via WhatssApp dan beberapa kali telepon.

Terlebih ponsel Bayu saat dihubungi tidak bisa.

"Kecurigaan makin mengarah pada Bayu. Tim langsung saya suruh berangkat ke rumahnya Malang. Tetapi dia sudah tidak ada," ungkap Kombes Sumardji.

"Pelaku terbilang licin. Dia sulit terendus. Ponsel dan nomornya semua diganti. Termasuk penelusuran dari media sosialnya juga sulit. Untungnya petugas mendapat beberapa petunjuk tentang dia, sehingga bisa diungkap," urainya.

Seperti diketahui, korban Irine Siska ditemukan tergeletak di ruang tamu rumahnya di Perumahan Alam Juanda, Desa Pepe, Kecamatan Sedati, Sidoarjo Rabu (1/7/2020) lalu. Saat ditemukan kondisinya sudah membengkak. 

Yang pertama menemukan adalah Adi Wicaksono, adik ipar korban.

Pria asal Krian itu datang ke rumah Irine setelah diminta tolong oleh keluarga. Karena sudah tiga hari tidak bisa dihubungi.

Karena telepon berbunyi tapi tidak ada respons, keluarga bersama petugas mendobrak rumah korban.

Saat itulah, ditemukan Irine sudah tergeletak tak bernyawa di ruang tamu rumahnya.

Di lokasi saat itu, polisi mengamankan tas selempang kecil dan dua sepatu.

Tas selempang masih menempel di tubuh korban ketika tergeletak tak bernyawa di ruang tamu rumahnya juga sepatu yang masih dikenakan korban.

Barang itu sempat dibersihkan dulu menggunakan air oleh petugas. Baru kemudian dibawa ke kantor polisi.

Karena tas yang ditemukan itu juga terkena cairan dari tubuh korban yang sudah membengkak.

Sosok Irine Siska

Irine Siska merupakan seorang janda dan tidak punya anak.

Sehari-hari, dia kerja di sebuah pabrik di Waru.

"Sudah tiga hari tak bisa dihubungi.
Ditelpon dan WA (WhatsApp) masuk, tapi tidak diangkat.

Ternyata dia sudah meninggal dan ponselnya dalam posisi dicharge (cas)," kata Adi Wicaksono, adik ipar korban di lokasi kejadian.

Pria asal Krian itu menceritakan, korban terakhir berkomunikasi dengan keluarga pada Sabtu lalu.

Kemudian sejak Minggu pagi sudah tidak merespon ketika di WA dan ditelepon.

Rumah Irene Siska Windyastuti di Perumahan Alam Juanda, Desa Pepe, Kecamatan Sedati, Sidoarjo.
Rumah Irene Siska Windyastuti di Perumahan Alam Juanda, Desa Pepe, Kecamatan Sedati, Sidoarjo. (M Taufik)

"Saya disuruh ngecek, kemudian Selasa malam tadi saya datang ke sini.
Tapi mobilnya tidak ada di depan rumah.
Saya kira sedang keluar, sehingga saya balik," urainya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved