Sambang Kampung

RT 10 RW 6 Kelurahan Tegalsari, Bank Sampah Swasta yang Terima Penukaran Tiket Bus Suroboyo

Selama ini tiket Suroboyo Bus tersebut hanya bisa ditukar di fasilitas yang dikelola Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau (DKRTH)

Penulis: Sulvi Sofiana | Editor: Titis Jati Permata
surya.co.id/ahmad zaimul haq
Dua warga menunjukkan kartu setor sampah untuk Suroboyo Bus di bank sampah Kampung Kedondong Kelurahan Tegalsari, Kecamatan Tegalsari, Senin (27/7/2020). Bank sampah yang dikelola swadaya oleh warga merupakan bank sampah swasta pertama yang menerima untuk penukaran tiket Suroboyo Bus. 

SURYA.CO.ID, SURABAYA - Suroboyo Bus telah menjadi ikon transportasi ramah lingkungan dengan sistem tiket yang bisa diperoleh dengan menukarkan botol plastik bekas.

Selama ini tiket Suroboyo Bus tersebut hanya bisa ditukar di fasilitas yang dikelola Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau (DKRTH) dan dinas perhubungan Kota Surabaya.

Namun, sejak November 2019, penukaran tiket Suroboyo Bus bisa dilakukan di Bank Sampah Samber (Sampah Rejeki) yang dikelola kader lingkungan RT 10 RW 6 KelurahanTegalsari, Kecamatan Tegalsari Surabaya.

Sehingga botol-botol kosong dan bersih bertumpukan di karung besar di sekitar toko sembako Samber menjadi pemandangan yang rutin dilihat.

Ketua RT 10, Mahmudah mengklaim bank sampah yang dikelola kader-kadernya ini menjadi satu-satunya bank sampah bukan milik pemerintah yang memberikan pelayanan penukaran tiket.

"Untuk menjaga lingkungan sekaligus membantu masyarakat agar tidak perlu jauh-jauh kalau menukar tiket. Kami menawarkan diri untuk memberikan layanan penukaran tiket,"ujar wanita yang juga Manager Bank Sampah Samber ini.

Pelayanan penukaran ini dilakukan mulai pukul 09.00 hingga 12.00 kemudian pukul 15.00 hingga pukul 17.00.

Warga yang mau menukar sampah dengan tiket tinggal membawa sampah botol sesuai jumlah yang ditentukan oleh pengelola Suroboyo Bus.

Dan kemudian mendapat tiket yang distempel pihak bank sampah.

Dikatakan Mahmudah, ia dibantu 14 kader di kampungnya secara sukarela bergantian berjaga untuk melayani masyarakat yang mau menukarkan sampah dengan tiket.

"Kami murni sosial karena tidak mendapat apapun dari pemerintah. Namanya juga kader lingkungan, pekerja sosial. Bank sampah juga kami swadaya di awalnya karena tidak ada pemasukan,"ujarnya.

Setiap minggunya sampah hasil penukaran tiket dikunpilkan dan diambil oleh pihak DKRTH.

Dalam sebulan sampah yang berupa botol plastik itu terkumpul hingga 150 kilogram.

"Tidak ada untung yang kami ambil, kami cuma memberi fasilitas tempat. Tapi kami turut senang bisa membantu,"ujarnya.

Untuk memberikan benefit pada para kader, Mahmudah mengungkapkan terus memberdayakan para kader untuk membina bank sampah baru ataupun yang telah mati suri. Sehingga bisa kembali berjalan dan mensejahterakan warganya.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved