TNI AL Berani Gelar Latihan Perang Dekat Laut China Selatan, Padahal AS dan China Sedang Konflik
TNI AL sama sekali tak terpengaruh dengan konflik Amerika Serikat dan China di Laut China Selatan. Berani gelar latihan perang di dekat LCS
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Putra Dewangga Candra Seta
SURYA.co.id - TNI AL tampaknya sama sekali tak terpengaruh dengan konflik Amerika Serikat (AS) dan China di Laut China Selatan yang semakin memanas.
TNI AL berani menggelar latihan perang di dekat Laut China Selatan baru-baru ini.
Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Yudo Margono memastikan latihan perang ribuan personel TNI AL di Pulau Dabo Singkep, Kepulauan Riau, tidak ada hubungannya dengan memanasnya konflik Amerika Serikat (AS) dan China di kawasan Laut China Selatan.
Diketahui, lokasi latihan perang personel TNI AL itu tidak jauh dengan perbatasan Laut China Selatan yang kini menjadi konflik antara AS dan China.
"Oh tidak ada. Itu latihan rutin kita. Kemarin sudah kita laksanakan di Surabaya.
Kini giliran Kormada II. Waktunya saja yang disesuaikan dengan kondisi cuaca. Berikutnya nanti Koarmada III setelah Koarmada I," kata Yudo di Mako Kolinlamil, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Minggu (26/7/2020).
Seperti dilansir dari Tribunnews dalam artikel 'TNI Latihan Perang di Dekat Laut China Selatan, KASAL Sebut Tak Ada Kaitan dengan Konflik AS-China'
Dia mengatakan latihan tersebut merupakan latihan rutin yang dilakukan oleh personel TNI AL.
Menurut Yudo, tahun lalu latihan perang tersebut juga dilakukan oleh korps Marinir.
"Jadi enggak ada kaitannya itu. Kita latihan rutin di daerah. Yang mana pada 2018 yang lalu kita juga laksanakan," pungkasnya.
Diketahui, TNI AL menggelar latihan tempur di Pulau Dabo Singkep, Kepri.
Letak lokasi latihan itu tidak jauh dari Laut China Selatan.
Dalam latihan perang ini, terdapat 2.000 prajurit TNI yang diturunkan di daerah tersebut.
TNI AL juga mengerahkan 26 kapal perang dari berbagai jenis yang dimiliki Koarmada I.
Di antaranya, kapal latihan pengintaian, serangan anti-kapal permukaan, hingga serangan anti-kapal selam.
Melansir dari laman resmi TNI AL, Komando Armada I menggelar Latihan Geladi Tugas Tempur (Gelagaspur) Tingkat-3 (L-3) di Kawasan Perairan Laut Jawa, Selat Karimata dan Perairan Pulau Singkep, Kepulauan Riau.
Latihan L-3 Terpadu Koarmada I ini dipimpin langsung oleh Panglima Komando Armada (Pangkoarmada) I Laksamana Muda TNI Ahmadi Heri Purwono yang bertindak sebagai Pimpinan Umum Latihan (Pimumlat).
Latihan ini digelar dalam rangka mendukung tugas TNI AL untuk memelihara kemampuan dan profesionalisme prajurit dalam melaksanakan Operasi Laut Gabungan dan Operasi Amfibi, serta mewujudkan kesiapan unsur-unsur Koarmada I dalam melaksanakan Operasi Laut Gabungan dan Operasi Amfibi guna mendukung Operasi Gabungan TNI.
Materi latihan yang diberikan berupa manuver lapangan, yaitu Proses Pengambilan Keputusan Militer (PPKM) pada tingkat Kogasgab, materi Peperangan Anti Udara, Peperangan Elektronika, Peperangan Anti Kapal Permukaan, Peperangan Anti Kapal Selam, Peperangan Ranjau, tahap embarkasi pada Operasi Amfibi, tahap Latihan Umum (Latum) pada Operasi Amfibi, tahap Gerakan Menuju Sasaran (GMS) pada Operasi Amfibi, tahap Gerakan Serbuan pada Operasi Amfibi dan tahap pengakhiran pada Operasi Amfibi.
Pangkoarmada I menyampaikan bahwa latihan ini merupakan latihan puncak dari Kotama yang melibatkan Koarmada I, Korps Marinir, Kolinlamil dan Puspenerbal. Saat ini seluruhnya diintegrasikan menjadi satu untuk melaksanakan latihan bersama dengan niat untuk menjaga profesionalisme prajurit ditengah pandemi Covid-19.
Latihan yang digelar selama empat hari dari tanggal 21 sampai 24 Juli 2020 tersebut mengerahkan 24 kapal/unsur laut yaitu:
- 1 Kapal Selam (KS),
- 2 Perusak Kawal Rudal (PKR),
- 4 Perusak Kawal (PK),
- 1 Fast Patrol Boat (FPB),
- 6 Kapal Cepat Rudal (KCR),
- 3 Kapal Patroli Cepat (PC),
- 2 Landing Platform Dock (LPD),
- 2 Angkut Tank Type Frosch (ATF),
- 1 Bantu Cair Minyak (BCM),
- 1 Bantu Tunda (BTD),
- 1 Bantuan Umum (BU),
- 1 Tim Pasukan Katak (Paska),
- 2 Tim Dinas Penyelamatan Bawah Air (Dislambair) dan
- 1 Tim Dinas Kesehatan (Diskes).
Sedangkan unsur udara yang dikerahkan sebanyak 14 unsur yaitu 2 Heli Panther, 2 Heli Bell, 1 BO, 2 Cassa, 5 Bonanza, 1 CN 235 dan 1 King Air. Sementara unsur Marinir yang terlibat sebanyak 1 BTP Pasmar 1 Jakarta, 5 BMP 3F, 5 LVT-7A1, 2 Kapa K-61R, 5 BTR 50, 2 Meriam Howitser 105, 1 Tim Taifib dan 23 Ranmor.
Konflik AS dan China semakin memanas
Sementara itu, konflik antara AS dan China di Laut China Selatan semakin memanas.
China mengatakan respons Amerika Serikat ( AS) terhadap klaim China atas Laut China Selatan tidak diperlukan dan justru meningkatkan tensi di perairan tersebut.
Perairan yang diperdebatkan tersebut sangat seksi karena kaya akan hasil laut, sumber energi yang melimpah, sekaligus sibuk karena menjadi jalur perdagangan internasional.
Pada 4 Juli, bertepatan dengan perayaan hari kemerdekaan AS, Angkatan Laut AS menggelar latihan militer di Laut China Selatan.
Sebelumnya, China juga menggelar latihan militer di perairan tersebut sejak 1 Juli hingga 5 Juli sebagaimana dilansir dari CNBC, Selasa (14/7/2020).
Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, mengatakan bahwa AS memperjuangkan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka pada Senin (13/7/2020).
“Kami memperjelas bahwa klaim Beijing atas sumber daya lepas pantai di sebagian besar Laut China Selatan sepenuhnya melanggar hukum, seperti sebuah kampanye penindasan untuk mengendalikannya," kata Pompeo.
Kedutaan Besar ( Kedubes) China untuk AS mengatakan pernyataan yang dilontarkan AS pada Senin menentang upaya China dan negara-negara ASEAN dalam menjaga stabilitas dan perdamaian Laut Cina Selatan.
“AS secara sembrono memutarbalikkan fakta objektif yang relevan dari Laut Cina Selatan dan undang-undang seperti Konvensi PBB tentang Hukum Laut,” ujar pernyataan tersebut pada Selasa.
Seperti dilansir dari Kompas.com dalam artikel 'Memanas, China Tuding AS Lakukan Provokasi di Laut China Selatan'
Kedubes China untuk AS menuduh pernyataan AS tersebut justru membuat situasi di Laut Cina Selatan menjadi tegang.
“AS memprovokasi hubungan China dengan negara-negara kawasan ini, dan menuduh China secara tidak masuk akal. China sangat menentang hal ini,” sambung pernyataan tersebut.
Laut China Selatan sendiri merupakan jalur perdagangan yang penting di dunia.
Menurut sebuah lembaga think-tank, Center for Strategic and International Studies ( CSIS), barang dagangan dengan total nilai 3,4 triliun dollar AS atau setara Rp 49,5 kuadriliun melewati perairan tersebut sepanjang 2016.
Pernyataan AS yang dibalas oleh China tersebut membuat hubungan antara dua negara ini semakin panas dalam beberapa bulan terakhir.
Masalah kedua negara ini sangat kompleks mulai dari masalah teknologi dan keamanan nasional hingga kendali China atas Hong Kong melalui Undang-undang Keamanan Nasional.
Para analis memperkirakan eskalasi kedua negara tersebut akan terus meningkat menjelang pemilihan presiden AS pada November.
Konsultan risiko geopolitik Eurasia Group melaporkan pernyataan Pompeo tersebut merupakan eskalasi sengketa AS-China di Laut Cina Selatan secara diplomatik.
"Tidak ada pihak yang gatal ingin mempertemukan militernya, karena China berpikir Laut Cina Selatan dapat dimenangkan secara damai melalui gesekan jangka panjang,” tulis laporan tersebut.
Laporan tersebut menambahkan Presiden AS, Donald Trump, telah menunjukkan sedikit gaya militernya dalam berkonfrontasi dengan China.
"Namun, ketegangan kebijakan luar negeri antara Washington dan Beijing telah meningkat secara signifikan tahun ini dan tidak ada pihak yang cenderung menurunkan suhu,” sambung laporan tersebut.(Igman Ibrahim/Danur Lambang/Putra Dewangga/Tribunnews dan Kompas.com/Surya.co.id)