BERITA SURABAYA Hari Ini Populer: Lagi, 5 Dokter Terinfeksi COVID-19 dan Begal Sadis di Bundaran ITS

Kabar berita begal sadis di Surabaya yang meresahkan. Belum lama ini terjadi aksi kejahatan di bundaran ITS.

Penulis: Pipit Maulidiya | Editor: Adrianus Adhi
Kolase IDI/Tribun Medan
BERITA SURABAYA Hari Ini Populer: Lagi, 5 Dokter Terinfeksi COVID-19 dan Begal Sadis di Bundaran ITS 

SURYA.CO.ID - Berita Surabaya hari ini populer Rabu, 8 Juli 2020 merangkum sejumlah berita Surabaya dan sekitarnya.

Berita Surabaya populer pertama, masih tentang dokter PPDS di RSUD Dr Soetomo yang meninggal dunia. Diketahui ternyata ada 5 dokter PPDS lainnya yang sedang dirawat karena terinfeksi COVID-19.

Selanjutnya kabar berita begal sadis di Surabaya yang meresahkan. Belum lama ini terjadi aksi kejahatan di bundaran ITS. Para penjahat tak segan menusuk dan membawa kabur harta benda korban.

Berikut berita Surabaya hari ini populer selengkapnya.

1. Dokter PPDS di RSUD Dr Soetomo Meninggal, 5 Dokter PPDS Lain Dirawat karena COVID-19

Dokter PPDS Unair, dr Putri Wulan Sukmawati meninggal dunia akibat terpapar covid-19, Minggu (5/7/2020).
Dokter PPDS Unair, dr Putri Wulan Sukmawati meninggal dunia akibat terpapar covid-19, Minggu (5/7/2020). (istimewa)

Kronologi meninggalnya Dokter Putri Wulan Sukmawati, residen Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (Unair) terungkap. 

Dokter Putri Wulan Sukmawati meninggal dunia pada Minggu (5/7/2020) pukul 23.55 WIB setelah menjalani perawatan di RSUD dr Soetomo.

Di bagian lain, ada 5 teman seprofesi dokter Putri Wulan sebagai residen PPDS FK Unair kini juga sedang dirawaat karena terpapar covid-19. 

Berikut kronologi selengkapnya: 

1.  Dirawat 18 hari

Sejak terpapar Covid-19, dokter Putri Wulan Sukmawati dirawat selama 18 hari di ruang ICU RSUD Dr Soetomo.

Direktur RSUD dr Soetomo Joni Wahyuhadi mengungkapkan selama ini, dokter Putri Wulan tidak ditugaskan untuk melayani dan merawat pasien covid-19 secara langsun di ruang isolasi khusus (RIK). 

Namun karena banyaknya OTG, dimungkinkan dr Putri Wulan Sukmawati terpapar dari pasien lain atau terpapar dari OTG.

“Beliau tidak ditugaskan di RIK. Tapi beliau kan juga melayani pasien lain. Sekarang ini OTG kan banyak, oleh sebab itu protokol kesehatan dalam menggunakan alat pelindung diri terus kita perketat di rumah sakit. Tapi di luar masyarakat juga harus disiplin protokol kesehatan,” kata Joni. 

2. Memiliki komorbid 

Selain diketahui terpapar covid-19, almarhumah dr Putri juga diketahui memiliki komorbid (kelebihan berat badan).

Hal ini membuat resiko dampak infeksi covid-19 menjadi lebih tinggi.

Menurut Humas RSUD Dr Soetomo dr Pesta Parulian Edward, dokter Putri juga memiliki gejala demam, batuk, dan sesak napas seperti gejala penderita Covid-19 pada umumnya.

"Dokter Putri mempunyai komorbid kelebihan berat badan. Itu yang membuat mungkin proses atau perjalanan penyakitnya lebih berat dibanding pasien-pasien lainnya," ujar dia.

Setelah dirawat 18 hari di rumah sakit kondisinya mengalami drop hingga akhirnya dr Putri meninggal di usianya 33 tahun.

Meski demikian, pihak rumah sakit belum mengetahui sumber penularan Covid-19 yang menulari Putri.

 

3. Pamannya lebih dulu gugur

Tangkapan layar postingan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Surabaya di Instagram, Selasa (30/6/2020).
Tangkapan layar postingan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Surabaya di Instagram, Selasa (30/6/2020). (SURYA/Tony Hermawan)

Dokter Putri merupakan keponakan dr Arief Basuki, salah satu dokter anestesi di Rumah Sakit Haji yang meninggal karena terinfeksi Covid-19 pada akhir Juni lalu atau Selasa (30/6/2020).

"Dr Putri Wulan sudah 18 hari kami rawat di ICU. Dia adalah keponakan dr Arief Basuki yang kemarin dia juga sudah lebih dulu meninggalkan kita," kata Pesta saat dihubungi, Senin (6/7/2020).

Dokter Arief Basuki, dinyatakan meninggal dunia akibat terinfeksi virus corona (Covid-19), pada Selasa (30/6/2020) petang.

Kabar duka tersebut pertama kali tersebar lewat akun Instagram Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Surabaya yang diunggah, Selasa (30/6/2020).

Terkait hal itu, Ketua Ikatan Dokter Indonesia IDI dr Brahmana Askandar mengatakan, sehari-hari yang bertugas di Rumah Sakit Haji Surabaya diketahui terpapar sejak sepekan lalu.

"Seminggu lalu beliau diketahui positif corona," kata Brahmana saat dikonfirmasi, Selasa (30/6/2020).

Sejak saat itu, dokter spesialis anastesi tersebut dirawat di RSUD dr Soetomo.

"Beliau dirawat intensif pakai ventilator saat itu," ucapnya.

Namun saat ditanya lebih jauh terkait penyebab tertular, Brahmana belum bisa menjawab secara pasti.

"Gak tahu, susah kalau itu. Apalagi kan dr Arief juga jaga di RS," ucapnya.

4. Berdedikasi  

Mewakili manajemen RSUD Dr Soetomo, Pesta mengucapkan terima kasih kepada Putri atas dedikasinya selama merawat pasien-pasien anak di RSUD Dr Soetomo.

Meski sedang menjalani pendidikan, rumah sakit sangat terbantu atas peran Putri selama ini.

"Kami bersedih kami merasa sangat kehilangan, tepatnya mulai tadi malam kami harus merelakan beliau berangkat," tutur Pesta.

Ucapan duka mengalir dari banyak pihak, satu di antaranya dari Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa.

Melalui unggahan akun Instagramnya, @khofifah.ip, Senin (6/7/2020), Khofifah memberikan ucapan duka yang sangat mendalam untuk kepergian dokter Putri Wulan.

Khofifah mewakili Pemerintah Provinsi Jawa Timur mengucapkan terima kasih atas dedikasinya di dunia kesehatan.

Dirinya mendoakan supaya Dokter Intan diberikan tempat terbaik di akhirat dan diampuni segala kekhilafannya.

"Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un."

"Kembali berpulang salah satu tenaga medis Jawa Timur, dr Putri Wulan Sukmawati setelah menjalani perawatan selama 20 hari akibat Covid-19."

"Atas nama pribadi dan Pemprov Jawa Timur, saya menyampaikan duka cita mendalam dan ucapan terimakasih sebesar-besarnya atas dedikasi dan pengabdian untuk Jawa Timur."

"Doa terbaik, Semoga almarhumah husnul khotimah dan diampuni segala salah dan khilaf.

Semoga Allah juga memberikan ketabahan dan keikhlasan bagi keluarga besar yang ditinggalkan. Aamiin," tulis keterangan @khofifah.ip.

Wakil Gubernur Jawa TImur Emil Elestianto Dardak menyampaikan rasa duka atas berpulangnya Putri.

Menurut Emil, meninggalnya Dokter Putri membuktikan bahwa sekali pun tak terlibat langsung menangani Covid-19, seluruh tenaga kesehatan memiliki potensi tertular virus Corona.

"Hal ini menunjukkan kalau Covid-19 memang ada di sekitar kita," kata Emil ketika dikonfirmasi di Surabaya, Senin (6/7/2020).

Baik tenaga medis yang menangani atau yang tidak terlibat sama-sama berisiko.

"Hal ini penting untuk terus meningkatkan kewaspadaan," katanya.

5. 5 Dokter PPDS Dirawat 

Saat ini ada 5 dokter PPDS yang dirawat karena terpapar covid-19.

Satu di antaranya dirawat di RSUD dr Seotomo, sementara 4 lainnya diketahui sedang menjalani perawatan di RS Universitas Airlangga (RSUA) Surabaya.

 “Sekarang kami merawat satu orang PPDS dan di RSUA ada empat orang PPDS. Kan muternya PPDS di dua rumah sakit ini memang. Sekarang mereka yang sedang menjalani perawatan karena terpapar covid-19, dalam kondisi baik,” tegas Joni.

Dikatakan Joni, bahwa ada banyak faktor tenaga kesehatan bisa tertular covid-19. Pertama adalah semakin banyaknya jumlah kasus, maka probabilitas penularan akan semakin bertambah.

Sebab pasien covid-19 tidak seperti pasien biasa. Pasien dengan covid-19 membutuhkan proses diagnosa khusus, membutuhkan penapisan, membutuhkan pemeriksaan laboratorium, dan juga banyak lagi penindakan yang membutuhkan kontak langsung dengan nakes. Sehingga risiko penularan memang tinggi.

“Oleh sebab itu penegakan protokol harus benar-benar dilakukan. Protokolnya ada, setiap RS sudah bikin protokol. Kedisiplinan kita semua menjadi kunci baik saat memakai APD, saat melayani dan bahkan saat melepas. Kalau kita melepas APD seenaknya bisa tertular dan menularkan ke orang lain,” tegas Joni.

2. Begal Sadis di Surabaya, Korban Ditusuk Pisau di Bundaran ITS Pagi, Sebelumnya Motor Ojol Dirampas

Tersangka Sujak (tengah) menunjukkan sebilah celurit yang digunakan untuk membegal motor di Mapolsek Driyorejo, Gresik, Minggu (28/6/2020).
Tersangka Sujak (tengah) menunjukkan sebilah celurit yang digunakan untuk membegal motor di Mapolsek Driyorejo, Gresik, Minggu (28/6/2020). (surya.co.id/willy abraham)

Akhir-akhir ini, begal di Kota Surabaya, Jawa Timur semakin merajalela dan sadis. Setelah beberapa hari lalu pengendara ojek online (ojol) menjadi korban, kali ini lebih sadis.

Kejadian pembegalan sadis terjadi di bundaran ITS (Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya) di wilayah Surabaya Timur, Selasa (7/7/2020) sekitar pukul 03.00 WIB.

Korbannya adalah Totok Riyanto (45) warga Gresik, Jawa Timur.

Saat itu, korban tengah melintas dari arah bundaran ITS Surabaya menuju ke arah Kejawan Putih Tambak.

Korban tak sadar diikuti dua orang pelaku menggunakan Honda Vario hitam berboncengan.

Pelaku mepet dan menendang korban sampai terjatuh.

Totok sempat mencoba melawan, namun salah satu pelakunya mengeluarkan senjata tajam diduga jenis pisau dan menusuk korban sebanyak dua kali dari arah belakang.

"Punggungnya yang kena, itu sempat ditendang dan jatuh, tapi korban melawan," ujar salah seorang saksi.

Korban yang sudah tak berdaya kemudian tergeletak.

Motor honda beat yang digunakan korban, langsung dibawa kabur oleh dua pelaku.

"Korban dievakuasi oleh warga ke klinik Pusura," tandasnya.

Sementara itu, Kapolsek Mulyorejo, Kompol Eni Priatin membenarkan kejadian tersebut.

Saat ini, pihaknya tengah melakukan penyelidikan dan mengidentifikasi dua pelaku begal yang nekat melukai korbannya itu.

"Sudah, kami sedang melakukan penyelidikan. 

Awalnya kami kira wilayah polsek Sukolilo,ternyata pas olah TKP masuk wilayah kami. Kami juga berkoordinasi dengan jatanras Polrestabes Surabaya untuk menyelidiki kasus begal tersebut" singkatnya.

4 begal beraksi di Jalan Darmo Harapan

Ilustrasi begal
Ilustrasi begal (Istimewa via Tribun Medan)

Oktavian Candra Pratama (23) seorang pengendara ojek online asal Benowo, Surabaya menjadi korban begal pada Sabtu (27/6/2020) kemarin.

Tak cuma motor Honda Blade Repsol bernopol L-6862-YB, yang raib.

Komplotan begal itu juga merampas Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) dan selembar uang Rp 100 Ribu, di dompet anknya saat itu.

Ayahanda korban, Faruk, mengungkapkan, komplotan begal yang menyergap anaknya itu berjumlah empat orang laki-laki.

"Masih muda muda, masih kecil kecil, masih remaja. Ada 1 orang yang (badannya) agak besar sedikit," ujarnya saat dikonfirmasi Tribunjatim.com, Senin (29/6/2020).

Mereka berboncengan berpasangan mengendarai dua motor.

Seingat anaknya, ungkap Faruk, dua motor yang menjadi sarana kejahatan pelaku jenisnya motor 2-Tak, manual atau lazim disebut 'motor lanang' yang dilengkapi tuas kopling pada setir sisi kirinya.

"Motornya laki tapi cempreng, 2-Tak, mungkin kalau gak (Yamaha) RX King, (Kawasaki) Ninja, atau (Suzuki) RGR," ungkapnya.

Faruk menceritakan, insiden itu dialami anaknya seusai mengantar orderan pengiriman barang dari seorang customer yang bermukim di Jalan Darmo Permai, sekira pukul 19.00 WIB atau Bakda Adzan Salat Isya berkumandang.

Saat hendak kembali pulang, melalui akses jalan di kawasan Jalan Darmo Harapan.

Apesnya, ungkap Faruk, anaknya dihampiri atau dipepet dari arah belakang oleh komplotan bandit itu.

"Habis itu 'mana sepeda saya mana, dompet dompet' STNK juga diminta. Enggak (ancaman senjata). Cuma dipaksa disuruh turun 'mana sepeda saya. Ayo turun' gitu," ujarnya.

Berdasarkan penuturan anaknya, ungkap Faruk, para pelaku itu terbilang berusia belia.

Lantaran merasa takut dan terancam, anaknya itu tak melawan saat para pelaku merampas motor dan menggeledah barang bawaan pada saku pakaian anaknya.

"Dompetnya itu kan di saku di celana, ya itu diambil langsung. Untung ponselnya di tas, jadi enggak kena. Tapi isinya dompet, STNK aja. Kalau KTP dan SIM ada di tas," terangnya.

Faruk mengatakan, anaknya telah melaporkan insiden itu ke Mapolsek Sukomanunggal, pascakejadian.

Mengingat sejumlah berkas tanda kepemilikan motor belum dapat ditunjukkan kepada pihak polisi, karena masih berada di pihak leasing. Alhasil, laporan resmi insiden itu baru dibuat pada Senin (29/6/2020) pagi.

"Tapi polisi sudah datang ke lokasi, ada 4 orang kalau gak salah. Ya di foto-foto gitu," pungkasnya.

Begal mobil carteran

Setelah setahun lebih jadi buronan, tiga pelaku komplotan pencurian dengan kekerasan atau begal mobil Pick Up jenis l300 berhasil diringkus polisi.

Tiga pelaku itu adalah Arif Hidayat (42) warga Surabaya, Honawi (37) warga Sampang, Madura dan Abdul Mukti (35) warga Surabaya.

Mereka ditangkap setelah polisi mendapat informasi kepulangan para pelaku dari pelariannya.

"Kami tangkap di wilayah Madura, kemudian tim lain bergerak menangkap yang di Surabaya," kata Kanit Resmob Satreskrim Polrestabes Surabaya, Iptu Arief Rizky Wicaksana, Selasa (2/6/2020).

Modus yang digunakan para pelaku adalah berpura-pura mendatangi korban dengan memesan carteran mobil untuk mengangkut besi tua.

"Sasarannya mobil carteran yang ada di pinggir jalan. Setelah sepakat harga, salah satu pelaku naik bersama korban. Setelah melewati jalan sepi,korban kemudian didatangi para pelaku lain dengan menodongkan senjata tajam jenis celurit. Korban dilakban matanya dan mulutnya kemudian dibuang di wilayah manyar Gresik. My
Korban yang ketakutan pasrah dan mobilnya dibawa kabur," tambahnya.

Setelah berhasil membawa mobil korban, para pelaku kemudian menjualnya ke seorang penadah di Madira dengan harga 10 hingga 20 juta rupiah.

"Hasilnya dibagi rata dan digunakan untuk kebutuhan hidup sebagian untuk foya-foya," tandasnya.

Komplotan ini terdiri dari empat orang, dimana satu diantaranya lebih dulu tertangkap karena kasus narkoba, yakni M Anwar (30) warga Madura.

Mereka sudah beraksi enam kali, diantaranya sekali di Surabaya pada Januari 2018 lalu.

Di antaranya adalah jalan Raya Mojoagung pada 20 November 2017, Jalan Gempol, Pasuruan 23 Desember 2017, Jalan Kalanganyar sedati pada 16 Januari 2018.

Mereka juga beraksi di Perumahan wahyu taman sarirogo Desa Sarirogo Kecamatan/ Kabupaten Sidoarjo pada 24 Januari 2018, Jalan wonoayu Sidoarjo pada 30 Januari 2018 serta di pergudangan ragam jemundo taman Sidoarjo pada Februari 2018.

Tak hanya diringkus, ketiga tersangka itupun terpaksa ditembak kakinya lantaran berusaha berkilah dan kabur saat dihentikan polisi. (Fatimatuz Zahro/Firman Rachmanudin/Pipit Maulidiya/Surya.co.id)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved