Berita Surabaya

Mengintip Intalasi Pengolahan Air Sumur di Kampung Wisata Lingkungan di Medokan Semampir Surabaya

Sebagai salah satu Kampung Wisata Lingkungan di Kota Surabaya, kawasan RT 2 RW 2 Medokan Semampir Surabaya memiliki daya tariknya sendiri

Penulis: Christine Ayu Nurchayanti | Editor: Cak Sur
SURYA.CO.ID/Habibur Rohman
KEBERSAMAAN WARGA - Warga secara rutin berkoordinasi menjaga lingkungan agar tetap asri yang di antaranya dengan menata dan membuat saluran IPAS untuk pengairan tanaman warga lingkungan Medokan Semampir RT-02 RW-02 Surabaya, Minggu (5/7/2020). 

SURYA.CO.ID, SURABAYA - Sebagai salah satu Kampung Wisata Lingkungan di Kota Surabaya, kawasan RT 2 RW 2 Medokan Semampir Surabaya memiliki daya tariknya sendiri.

Memasuki kampung yang berada di Kecamatan Sukolilo ini, pemandangan asri dan bersih langsung terlihat.

Berbagai tanaman, baik hias maupun produktif, berjejer rapi di sepanjang kampung. Sampah-sampah pun sama sekali tidak terlihat berserakan.

Suasana semakin cantik dengan hiasan payung warna-warni yang menggantung di langit-langit sepanjang kampung.

Di tengah-tengah kampung, terdapat inovasi warga berupa instalasi pengolahan air sumur. Alat ini dimanfaatkan warga sehari-hari.

"Intalasi pengolahan air sumur atau IPAS ini sudah ada di sini sejak 2016. Awalnya merupakan instalasi pengolahan air limbah atau IPAL. Tapi kemudian kami ubah," ungkap Ketua RT 2 RW 2 Medokan Semampir, Soediono.

Terlihat cantik dengan tampilan warna-warni, instalasi ini menjadi salah satu inovasi yang terus dimanfaatkan sampai sekarang.

"Paling sering untuk menyiram bunga-bunga di sepanjang kampung. Di setiap depan rumah kan ada kran. Nah, kran itu yang airnya dari IPAS ini," ia melanjutkan.

Kader Lingkungan RT 2 RW 2 Medokan Semampir, Sareh, menambahkan, warga juga banyak memanfaatkannya untuk mencuci motor dan lain-lain.

"Setiap sore selalu ada yang siram-siram, nyiram jalan juga. Itu juga pakai air dari sini," katanya.

Intalasi tersebut dilengkapi dengan empat penyaringan, di antaranya ijuk, batu kerikil, dan pasir.

"Dulu kan sebenarnya IPAL. Tapi sepertinya tidak memungkinkan pakai air limbah dari got. Jadi kami ubah ke air sumur yang airnya bisa dimanfaatkan warga," Sareh menuturkan.

Soediono mengatakan, IPAS itu dihadirkan sejak kampungnya mengikuti lomba Merdeka dari Sampah, Kota Surabaya.

"Nah, di lomba itu ada beberapa inovasi yang harus dihadirkan salah satunya IPAL. Selain itu,di kampung kami juga ada panel surya, bank sampah dan sebagainya," paparnya.

Dulu, lanjut Pujiati, salah satu warga sekaligus Sie Pemberdayaan Perempuan RT 2, kampungnya kumuh dan tidak sebersih ini.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved