Update Zona Merah di Surabaya Kamis 2 Juli 2020: Terparah di Surabaya Utara, Total 1179 Kasus
Berikut Update Zona Merah di Surabaya Kamis 2 Juli 2020. Wilayah terparah berada di Surabaya Utara
Penulis: Arum Puspita | Editor: Adrianus Adhi
SURYA.co.id - Berikut Update Zona Merah di Surabaya, Kamis (2/7/2020) pagi.
Saat ini total penyebaran virus corona di Surabaya sebanyak 5971 kasus.
Kota Surabaya masih menjadi wilayah yang terpapar COVID-19 terparah di Jawa Timur.
Melansir dari data yang dirilis Pemkot Surabaya melalui laman lawancovid-19.surabaya.go.id, tercatat 5971 kasus.
Sebanyak 118 orang dinyatakan sembuh dari COVID-19 sehingga total terdapat 2.543.
Sementara 2.964 orang masih menjalani perawatan, sedangkan 464 orang dinyatakan meninggal dunia.
Berdasarkan data sebaran per wilayah, kasus COVID-19 tertinggi berada di Surabaya Utara, dengan total 1.179 kasus.
Disusul wilayah Surabaya Pusat dengan 800 kasus, dan Surabaya Barat sebanyak 702 kasus.
Berikut sebaran kasus Corona di Surabaya di tingkat Kecamatan, Rabu (1/7/2020).

Berdasarkan data per tingkat kecamatan di Surabaya, Kecamatan Krembangan menjadi wilayah tertinggi penyebaran COVID-19, yakni sebanyak 154 kasus.
Kemudian Kecamatan Rungkut, dengan kasus positif COVID-19 sebanyak 138.
Berikut sebaran kasus Corona di Surabaya di tingkat Kecamatan, Rabu (1/7/2020).


Tren COVID-19 di Perumahan Mewah Surabaya Tinggi, Risma Perintah Camat Gencar Lakukan Ini
Tren penambahan kasus COVID-19 di perumahan mewah di Kota Surabaya tinggi, bahkan mendominasi dibandingkan di kawasan perkampungan.
Agar persebaran virus corona di kawasan perumahan mewah Surabaya bisa turun, Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini yang akrab dipanggil Risma pun memberi tugas khusus kepada camat.
Kini, Pemerintah kota (Pemkot) Surabaya pun gencar melakukan pelacakan kepada warga di perumahan mewah.
Risma mengatakan, pertama kali temuan kasus di perumahan mewah itu didapati di kawasan Surabaya selatan.
"Sekarang saya coba menganalisa, kenapa (terjadi)?" kata Risma saat ditemui di Balai Kota Surabaya, Rabu (1/7/2020).
Menurut Risma, saat ini Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Surabaya terus mempelajarinya.
Setelah itu melakukan penelusuran.
Perintah khusus kepada camat
Menurut Risma, ada indikasi persebaran lantaran mobilitas warga.
Misalnya, dari luar negeri atau luar daerah Surabaya.
Dia mengaku masih terus mempelajari terkait sebarannya.
Bahkan, setiap malam Risma mengaku terus memantau sebarannya di Surabaya.
Ini juga melibatkan para camat setempat agar dapat terus ditekan persebarannya.
Para camat juga diminta untuk membagikan peraturan wali kota (perwali) yang sebelumnya dikeluarkan agar protokol kesehatan lebih diperhatikan.
"Camat saya minta bagi seluruh Perwali tentang protokol kesehatan ke setiap rumah, saya suruh copy (salin) tiap rumah," ujar dia.
Tingginya temuan sebaran kasus COVID-19 di perumahan mewah ini diketahui merupakan tren anyar di Surabaya.
Sebab, sebelumnya pasien yang positif virus corona ini justru banyak dari wilayah perkampungan.
Namun saat ini, di perkampungan dapat ditekan utamanya dengan adanya gerakan Kampung Tangguh Wani Jogo Suroboyo.
Kasusnya pun mengalami tren penurunan.
"Perkampungannya turun, menengah ke atasnya naik," ujar Risma menambahkan.
Berbagai upaya akan dilakukan oleh Pemkot.
Risma menyebut rencananya dalam waktu dekat ini akan kembali ada edaran khusus terkait mobilitas warga.
"Nanti saya buat edaran khusus untuk warga yang ke luar kota mungkin bisa pakai APD yang lebih lengkap lagi," terangnya.
Penambahan kasus virus corona 90 persen di perumahan mewah
Sebelumnya diberitakan, tren penambahan kasus COVID-19 di Surabaya beralih ke warga yang berada di perumahan elit.
Sedangkan tren kasus di perkampungan turun.
Bahkan, Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini menyebut, saat ini sekitar 90 persen penambahan kasus COVID-19 terjadi di perumahan mewah di Kota Surabaya.
"Jadi kenaikan kemarin itu rata-rata menengah ke atas," kata Risma, panggilan Tri Rismaharini saat ditemui di FK Unair Surabaya, Selasa (30/6/2020).
Keadaan itu justru berbanding terbalik dengan tren sebelumnya, dimana tingginya kasus COVID-19 di Kota Surabaya banyak ditemukan di kawasan perkampungan.
Di perkampungan, saat ini relatif turun dan terus ditekan utamanya dengan adanya kampung tangguh berbasis RW.
Namun, saat ini justru virus global ini banyak terjadi di perumahan mewah yang dihuni oleh warga dengan ekonomi menengah keatas.
Meskipun belum disebut kawasan perumahan mana yang banyak ditemukan kasus COVID-19 itu.
Risma yang juga Ketua Gugus Tugas itu mengaku masih menyelidiki mengapa hal itu terjadi. Ada beberapa indikasi yang ditemukan dari hasil tracing yang dilakukan oleh Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19Surabaya.
Di antaranya terkait mobilitas warga tersebut.
Sebab ada kemungkinan lantaran dari luar negeri maupun dari daerah lain luar Kota Surabaya.
"Karena kemarin kita cocokkan ada yang satu orang ternyata dia perjalanan dari luar negeri," terang Wali Kota perempuan pertama di Surabaya itu.
Kemudian, Risma mengungkapkan pihaknya sedang mengembangkan tracing lebih detail lagi. Upaya pelacakan juga diteruskan hingga ke lingkungan pekerjaan dan lain sebagainya.
Selain itu, jajaran Camat juga diperintahkan untuk menyebar salinan Perwali yang sebelumnya dikeluarkan untuk dibagikan tiap rumah agar protokol kesehatan diperhatikan.
"Mungkin karena yang kampung itu turun jadi dia kelihatan (tingginya)," terang Risma.
Pengawasan intensif
Sementara itu, Kabag Humas Pemkot Surabaya Febriadhitya Prajatara mengatakan, pihaknya juga bersama jajaran Muspika Kecamatan setempat, langsung memberikan surat ke rumah yang bersangkutan agar segera melakukan isolasi.
Tentunya, nanti juga bakal dilakukan pengawasan intensif.
Selain itu, juga dibujuk agar bagaimana caranya bisa diisolasi secara khusus.
Di Asrama Haji misalnya, yang diperuntukkan untuk pasien OTG.
Itu agar bisa dipisahkan dan tidak menulari anggota keluarganya yang lain.
"Memang kami mencoba untuk komunikasi, bagaimana caranya, keluar dari rumah tersebut agar tidak menularkan ke anggota keluarganya," kata Febri.