Bukan Aulia Kesuma, Pengacara Sebut Pria Lain Perencana Utama Pembunuhan Pupung Sadili, Ini Sosoknya

Pengacara Aulia Kesuma ini menuding pria lain di balik skenario pembunuhan Pupung Sadili dan Dana. Sosoknya mistis.

Editor: Musahadah
wartakota
Aulia Kesuma bersama Geovanni Kelvin seusai divons mati di PN Jakarta Selatan, Selasa (17/6/2020). Pengacara sebut bukan Aulia Kesuma perencana utama pembunuhan Pupung Sadili. 

Diantaranya adalah jatah pihaknya untuk menghadirkan saksi yang meringankan.

"Kami punya dua saksi yang meringankan, termasuk saksi ahli untuk dihadirkan dalam sidang. Tapi jatah kami itu setelah kami minta ke majelis hakim tidak dikabulkan dengan alasan pandemi Covid-19," kata Firman.

Pihaknya pun kata Firman menerima dengan harapan vonis untuk kliennya tidak hukuman mati.

"Tapi ternyata vonisnya pidana mati, yang dimana sekali lagi semua negara di dunia sudah menghapus ini. Lalu kenapa Indonesia bersikeras memakai ini. Padahal dalam deklarasi universal hak asasi manusia sudah menghapus itu," kata Firman.

Karenanya kata Firman, pihaknya akan menyurati Presiden RI dan Komisi III DPR. "Agar hukuman mati ini dihapuskan. Karena sudah melanggar Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia," katanya.

Aulia Kesuma dan anaknya Geovanni Kelvin
Aulia Kesuma dan anaknya Geovanni Kelvin (kompas.com)

Seperti diketahui Majelis Hakim Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan akhirnya menjatuhkan vonis pidana mati terhadap dua terdakwa Aulia Kesuma (45) dan anaknya Geovanni Kelvin, otak pembunuhan terhadap ayah dan anak yakni Edi Chandra Purnama alias Pupung Sadili (54), dan M Adi Pradana alias Dana (23), dalam sidang putusan di PN Jakarta Selatan, Senin (15/6/2020).

Sidang digelar secara teleconference melalui layar proyektor yang dibentangkan di ruang sidang PN Jakarta Selatan.

Saat putusan dibacakan bergantian oleh majelis hakim, Aulia yang mengenakan jilbab biru, di layar proyektor tampak serius mendengarkan. Begitu juga dengan Geovanni, yang kadang di layar proyektor hanya bagian atas kepalanya saja yang ditampakkan.

Aulia dan Geovanni tampak berada di tempat terpisah di layar proyektor.

Ketika Ketua Majelis Hakim Yosdi menyatakan bahwa hukuman terhadap keduanya adalah pidama mati, ekspresi wajah Aulia makin lesu dan pasrah.

Ia kemudian mengangkat kedua telapak tangannya dan diusapkan atau ditutupkan ke wajahnya beberapa saat. Pandangannya semakin kosong. Satu tangannya kemudian diletakkan di dahinya beberapa saat. Entah apakah itu tanda ia pasrah atau mencoba berpikir mencari upaya agar lolos dari hukuman mati.

Sementara itu Geovanni, tampak lebih sering menyembunyikan wajahnya di layar proyektor selama sidang berlangsung. Begitu juga sewaktu majelis hakim menjatuhkan vonis mati terhadap dirinya. Ia semakin menundukkan kepalanya sehingga hanya rambut dan dahinya saja yang tampak di layar proyektor.

Terdakwa satu yakni Aulia Kesuma dan terdakwa dua yakni Geovanni Kelvin, terbukti sah dan meyakinkan melakukan pembunuhan berencana sesuai Pasal.340 KUHP. Karenanya menjatuhkan hukuman kepada masing-masing terdakwa dengan pidana mati," kata Ketua Majelis Hakim Yosdi dalam pembacaan putusannya di PN Jakarta Selatan, Senin (15/6/2020).

Menurutnya perbuatan keduanya diakui oleh para terdakwa dan dilakukan secara sadar. Bahkan yang memberatkan, untuk memuluskan aksinya Aulia menyewa dua ekskutor dan melibatkan 3 pelaku lainnya dalam merencanakan.

"Lalu juga terdakwa membawa jenasah ke Sukabumi dan membakarnya di sana," kata Yosdi.

Sumber: Warta Kota
Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved