Mahasiswa PENS Ciptakan Alat Monitor Pasien Covid-19, Tenaga Medis Tak harus Bertemu Fisik
Alat diberi nama Infectious Disease Monitoring System tersebut memungkinkan tenaga medis berkomunikasi dengan pasien tanpa harus bertemu secara fisik.
Penulis: Zainal Arif | Editor: Parmin
SURYA.co.id | SURABAYA - Dalam menangani pasien corona atau covid-19, tenaga medis harus secara berkala memeriksa kondisi pasien. Seperti memeriksa suhu tubuh, frekuensi batuk, dan pilek.
Para dokter dan perawat pun memiliki resiko tertular karena terlalu sering berinteraksi dengan pasien tersebut.
Apalagi jika ketersediaan Alat Pelindung Diri (APD) terbatas.
Berawal dari hal tersebut, tiga mahasiswa Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) menciptakan inovasi sistem monitoring dan komunikasi antara petugas medis dan pasien penyakit menular.
Alat diberi nama Infectious Disease Monitoring System tersebut memungkinkan tenaga medis memonitor dan berkomunikasi dengan pasien tanpa harus bertemu secara fisik.
Mereka adalah Renardi Adryantoro Priambudi, Aditya Krisnadi, dan Rangga Dikarinata dari jurusan Teknik Komputer PENS.
Ketua Tim, Renardi Adryantoro Priambudi menjelaskan Infectious Disease Monitoring System diciptakan karena Interaksi antara tenaga medis dan pasien merupakan hal yang mutlak selama pasien dirawat.
"Alat kami buat untuk membantu tenaga medis melakukan monitoring kondisi pasien tanpa harus bertemu langsung dengan pasien yang terinfeksi," kata Renardi kepada SURYA co.id, Minggu (31/5/2020).
Alat tersebut menjembatani komunikasi antara pasien dan petugas medis sehingga proses monitoring dapat dilakukan dengan melihat kondisi pasien melalui video.
Sementara itu, untuk monitoring suhu, dapat menggunakan thermal gun yang telah dipasang pada sistem sehingga perawat atau dokter dapat melakukan monitoring pasien secara realtime meski ditempat yang berbeda.
Sistem tersebut diletakkan pada masing-masing tempat tidur pasien untuk memudahkan petugas melakukan identifikasi dan monitoring pasien.
"Komunikasi tidak hanya digunakan untuk monitoring kondisi pasien, bisa juga untuk pasien menyampaikan keluhan, atau kebutuhan pasien misalnya konseling dengan psikiater karena banyak kasus pasien stress saat isolasi di rumah sakit," ungkap mahasiswa asal Sidoarjo Jawa Timur tersebut.
Selain itu, sistem ini juga terkoneksi dengan tombol emergency di tiap tempat tidur pasien sehingga jika pasien ingin berkomunikasi dengan petugas medis pasien dapat langsung berkomunikasi dengan kamera, mic, dan monitor yang telah tersedia menggunakan media WiFi.
Renardi berharap alat ini dapat dipakai diseluruh Rumah Sakit khususnya pasien virus corona atau COVID-19 yang kondisinya sangat parah.
"Kalau kondisi rumah sakit parah berarti perlu ada perlindungan untuk dokter mauoun perawat karena virus pada pasien itu sangat banyak," tutupnya.