Kapal China Larung Jenazah WNI ke Laut
Testimoni 5 ABK yang Ikut Melarung: Kami Berkali-kali Minta Dikuburkan Nanti di Darat, tapi
Mereka pun menceritakan pengalaman pahit. Mulai dari makanan yang kurang, tidur cuma diizinkan 3 jam, hingga yang pahit; melarung jenazah teman
SURYA.co.id I BUSAN - Sebanyak 14 WNI ABK kapal China yang berada di Busan Korea Selatan bersiap-siap pulang, Jumat (8/5/2020) kemarin.
Mereka pun menceritakan pengalaman pahit selama bekerja di kapal pencari ikan itu. Mulai dari makanan yang kurang, tidur yang cuma diizinkan tiga jam, minum air sulingan, dan yang paling menyakitkan adalah saat melarung jenazah temannya.
"Melepaskan jenazah" Pengalaman pahit yang sulit mereka lupakan adalah ketika harus melarung empat jenazah rekannya ke lautan lepas.
Upaya mereka agar jenazah "disimpan" di ruang berpendingin, dan kelak dikubur "secara layak" di daratan, ditolak kapten kapal.
Mereka berulang-ulang meminta kepada kapten kapal agar jenazah rekannya itu dikubur saat kapal berlabuh.
"Kami sudah ngotot, tapi kami tidak bisa memaksa, wewenang dari dia [kapten kapal] semua," kata NA. "Mereka beralasan, kalau mayat dibawa ke daratan, semua negara akan menolaknya," ujar NA menirukan jawaban kapten kapal.
Dihadapkan kenyataan pahit seperti itu, NA dan rekan-rekannya yang beragama Islam akhirnya hanya bisa memandikan dan menshalati jenazah rekan-rekannya. "Kami mandikan, shalati dan baru 'dibuang'," ungkapnya. MY mengatakan, hal itu melanggar kontrak ABK karena di perjanjian awal "(jenazah) ABK bisa dipulangkan."