Berita Blitar
Kronologi Ayah dan Anak di Blitar Pesta Miras Oplosan Sampai Mati, 7 Temannya juga Tewas
Pesta air maut itu digelar sejak Sabtu (2/5) sore atau pukul 16.30 WIB hingga tengah malam. Beberapa teko dihabiskan sembilan orang.
Penulis: Imam Taufiq | Editor: Anas Miftakhudin
SURYA.CO.ID I BLITAR -
Bapak dan anak ini nampaknya kompak dalam segala hal. Termasuk pesta miras oplosan bareng yang berujung kematian.
Itulah yang dilakukan Munar (42) dan anaknya Aria (20) asal Desa Rejowinangun, Kecamatan Kademangan, Blitar.
Dalam pesta miras oplosan yang digelar di rumah Munar tak hanya dilakukan dengan Aria. Namun ditemani
Agus (28), warga Desa Rejowinangun; Suwoko (42), Sunarto (36), Joko (28), Wahyu (23), Rifai (29), kelimanya warga Desa Plosorejo, Sutrisno (29), warga Desa Darungan, semuanya Kecamatan Kademangan.
Pesta air maut itu digelar sejak Sabtu (2/5) sore atau pukul 16.30 WIB hingga tengah malam. Beberapa teko dihabiskan oleh sembilan orang itu.
Akibatnya, delapan orang tewas. Mereka adalah Munar; Agus; Suwoko; Sunarto; Joko; Wahyu; Rifai; Sutrisno. Sementara korban yang kondisi kritis berjumlah lima orang, yakni Aria (anak Munar), Yoswa (26), warga Desa Plosorejo, dan Imam (29), warga Desa Bumiayu, Kecamatan Panggungrejo (dirawat dibRSUD Ngudi Waluyan Wlingi). Juga Wahlul (24), warga Desa Plosorejo, yang kini masih dirawat di rumah sakit swasta.
Munar yang lebih dulu tewas dan jenazahnya dimakamkan pada Selasa (5/5) kemarin. Untuk memastikan penyebab kematian korban, makamnya dibongkar untuk keperluan outopsi.
"Yang enam korban sudah dimakamkan di desa masing-masing. Dua mayat yakni Munar dan Suwoko, baru saja habis dioutopsi di RSUD Mardi Waluya, Kota Blitar," kata AKBP Ahmad Fanani, Kapolres Blitar.
Untuk hari ini, baru dua korban yang sudah diotopsi. Yakni, jasad Munar dan Suwoko. Berikutnya, Kamis (6/5) hari ini, pihaknya akan membongkar makam milik enam korban. Sebab, mayat keenamnya belum diotopsi namun sudah keburu dimakamkan kemarin.
"Untuk menentukan atau memastikan penyebab kematiannya. Mereka harus dilakukan otopsi. Seperti dua mayat korban itu, hasil otopsinya memang overdosis (miras)," paparnya.
Kematian delapan warga dan lima korban yang masih dalam kondisi kritis itu, menyisakan banyak cerita. Katanya, mereka pesta miras dimulai Sabtu (2/5) sore atau pukul 16.30 WIB. Entah siapa yang memulai atau yang punya miras oplosan itu, mereka minum di rumah Munar. Itu diikuti enam orang, yang salah satu korbannya masih kritis.
"Tak lama minum di rumah korban, sekitar satu jam, mereka pindah tempat," ujar Bagas Wigasto, Kades Rejowinangun.
Ada yang mengatakan, mereka pindah tempat itu karena minumannya habis. Namun, juga ada yang bercerita kalau tak enak dengan tetangganya sehingga pindah ke tepi Kali Lodoagung yang berjarak 1 km dari rumah Munar. Atau tepatnya di belakang sekolah SDN II Plosorejo.
Rupanya, mereka tak cukup minum sekali itu saja, Sabtu (2/5). Sehari kemudian, mereka kembali menggelar pesta miras dan berakhir, Minggu (3/5) malam. Selang sehari kemudian, Senin (4/5) siang, warga mulai gempar karena beberapa orang, yang habis pesta miras diketahui mengerang kesakitan. Di antaranya, Munar, dan Agus.
"Keduanya itu warga saya. Saat kesakitan mereka mengeluh perutnya sakit yang luar biasa. Seperti tak biasa BAB, dan matanya tak bisa melihat, sehingga dibawa ke rumah sakit," paparnya.
Di Blitar, tak hanya kelompoknya Munar yang menggelar pesta miras malam itu. Namun di tempat lainnya juga ada acara serupa. Yakni di dekat kandang babi yang berjarak sekitar 4 km dari lokasi Kali Lodoagung yang ada di belakang sekolahan SD itu. Mereka adalah kelompoknya Joko, yang akhirnya Joko sendiri, nyawanya tak tertolong.