Sambang Kampung
Menuju Kampung Wisata, RW 10 Ketabang Angkat Potensi Lewat UMKM
RW 10 Kelurahan Ketabang memiliki potensi besar menjadi jujugan wisatawan. Hal ini pun ditunjang dengan beragamnya produk olahan warga.
Penulis: Christine Ayu Nurchayanti | Editor: Eben Haezer Panca
SURYA.co.id | SURABAYA - Berada dekat Masjid Cheng Ho Surabaya membuat RW 10 Undaan Wetan Kelurahan Ketabang Surabaya berpotensi menjadi kampung wisata.
"Masjid tersebut merupakan destinasi wisata di Surabaya. Di samping itu, Masjid Cheng Ho merupakan gambaran keharmonisan multi etnis," ungkap Tommy Priyo Pratomo, pecinta budaya dan sejarah Surabaya.
Oleh karena itu, Tommy melanjutkan, RW 10 Kelurahan Ketabang memiliki potensi besar menjadi jujugan wisatawan. Hal ini pun ditunjang dengan beragamnya produk olahan warga.
Korwil Surabaya Pusat Ismuninggar Wulandari menyampaikan, beberapa produk UMKM yang sudah ada di antaranya minuman herbal, sari kedelai, hand sanitizer, bahkan produk sepatu.
"Pada tahun 2020 ini, RW 10 harus menjadi kampung wisata. Kami tinggal mendampingi saja karena UMKM di sini sudah sangat beragam," ungkap Is.
Katanya, ibu-ibu kader juga tengah bersiap membuat kaus dan cinderamata yang akan dipasarkan di Masjid Cheng Ho.
"Beberapa UMKM bahkan sudah dikenal di mana-mana, di berbagai tempat makan. Selain bisa menambah pendapatan, hadirnya produk-produk UMKM juga bisa menjadi ikon kampung," Is mengatakan.
Salah satunya produk minuman kemasan Warni Ningsih Rahayu. Sejak tujuh tahun lalu, ia telah memproduksi berbagai minuman herbal, mulai dari sinom, kunyit asam, sirup temulawak, dan sebagainya.
"Distribusinya masih di area Surabaya. Biasanya dalam satu minggu saya memproduksi 50 botol minuman dalam kemasan botol 600 mili liter," katanya.
Tanpa pemanis dan pengawet buatan, beragam minuman tersebut bisa awet bahkan sampai satu minggu. Untuk sirup bahkan tahan sampai satu bulan.
"Kalau ditaruh di kulkas pokoknya akan awet. Harganya bervariasi, mulai dari Rp 6 ribu sampai Rp 20 ribu," ia mengatakan.
Menurut Ketua RW 10 Kelurahan Ketabang M Umar, ada banyak masukan yang diterima oleh kampung. Termasuk untuk membenahi kampung, di antaranya masalah lingkungan dan pengembangan UMKM.
"Harapannya memang bisa menjalin kerja sama yang erat dengan wisata religi Masjid Cheng Ho. Semoga setelah pandemik covid-19, kami bisa bergerak lebih maksimal lagi," katanya.
Meski berada di tengah-tengah wabah covid-19, produk olahan warga tetap laku di pasaran. Apalagi produk minuman yang kaya manfaat.
Sinom buatan Sumiah, misalnya, tetap laku dijual. Dalam tiga sampai hari, ia menjual 40 sampai 50 botol berukuran 600 mili liter.