Sambang Kampung

Hadapi Corona, Warga Ketabang Produksi Hand Sanitizer Sendiri

Kelangkaan hand sanitizer di pasaran karena merebaknya virus corona ditangkap sebagai peluang oleh warga RW 10 Undaan Wetan, Kelurahan Ketabang

surabaya.tribunnews.com/christine ayu nurchayanti
Warga RW 10 Kelurahan Ketabang memperlihatkan hand sanitizer buatannya. Produk ini sebagai antisipasi penyebaran covid-19. 

SURYA.co.id | SURABAYA - Kelangkaan hand sanitizer di pasaran karena merebaknya virus corona ditangkap sebagai peluang oleh warga RW 10 Undaan Wetan, Kelurahan Ketabang, Surabaya.

Dialah Eko Cahyo Setiawan, warga RT 4 RW 10 Kelurahan Ketabang yang memproduksi hand sanitizer. Berbekal ilmu kimia industri semasa SMK, Eko membuat produk pembersih tangan tersebut.

"Saya mulai membuatnya sejak Februari 2020. Dulu pernah bikin ketika SMK, kemudian saya cari referensi dari beberapa media mengenai cara pembuatannya," kata Eko ditemui di kampungnya, Rabu (1/4/2020).

Untuk membuatnya, ia membutuhkan alkohol 70 persen, lidah buaya, garam, serta setetes cologne bayi.

"Lidah buaya terlebih dahulu diekstrak. Kemudian airnya dicampur alkohol. Lalu ditambah garam sedikit, baru cologne," ia menguraikan.

Awal mula, ia membuat untuk dirinya sendiri. Semakin hari, produknya semakin dikenal lewat mulut ke mulut.

"Akhirnya banyak yang pesan kemudian saya menjualnya secara online. Saya mengemasnya dalam botol berukuran 1 liter. Ini karena susah cari botol yang kecil," ungkapnya.

Satu botol hand sanitizer ia bandrol Rp 125 ribu. Ia mengatakan, memang sejak covid-19, banyak bahan baku yang harganya melambung naik.

Selain hand sanitizer, warga juga mengoptimalkan pemakaian wastafel di dalam kampung. Menurut Yayuk, warga RT 4 RW 10 Ketabang lainnya, wastafel yang sudah ada sejak setahun kemarin itu semakin banyak digunakan.

"Sejak ada virus corona, semakin banyak yang mencuci tangan. Airnya dari PDAM. Di sana juga disediakan sabun yang bisa digunakan," ungkapnya.

Selain menjaga kebersihan dari luar, warga juga mengonsumsi minuman sehat seperti wedang pokak yang dibuat oleh Warni Ningsih Rahayu.

"Sejak covid-19, wedang pokak menjadi kebutuhan kampung. Tak seperti yang biasanya, saya membuatnya dengan campuran temulawak agar khasiatnya semakin baik," kata Warni.

Wedang tersebut merupakan permintaan dari warga untuk meningkatkan daya tahan tubuh.

"Dulu awal-awal saya yang diminta membuat. Kalau sekarang mungkin warga membuatnya secara mandiri," imbuh Warni.

Berbagai kreasi dan produk warga RW 10 Undaan Wetan diparesiasi oleh Musmulyono, Faskel Ketabang. Menurutnya, kampung tersebut memang memiliki potensi. Hal ini perlu digali lebih dalam lagi.

"Terbukti banyak sekali produksi dan inovasi warga dari kampung Undaan Wetan. Harapannya dalam setahun ke depan, bisa lebih maju dari yang sekarang," tandasnya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved