Virus Corona di Surabaya

Penjelasan Profesor Chaerul Anwar Nidom terkait Klaim Unair Temukan Vaksin Corona

Profesor Chaerul Anwar Nidom yang juga merupakan Ketua Tim Riset Corona dan Formulasi Vaksin mengaku telah merancang dua formula pada pengobatan ini.

Penulis: Tony Hermawan | Editor: Parmin
foto: dok pribadi
Prof Dr Chaerul Anwar Nidom 

SURYA.CO.ID| SURABAYA -  Chaerul Anwar Nidom seorang Guru Besar Biokimia dan Biologi Molekuler Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga (Unair) mengklaim dua minggu ke depan dapat menemukan vaksin untuk menangkal virus corona atau  covid-19.

Profesor Chaerul Anwar Nidom yang juga merupakan Ketua Tim Riset Corona dan Formulasi Vaksin mengaku telah merancang dua formula pada pengobatan ini.

Pertama adalah vaksin anti covid dengan teknologi Knock Out (KO) Flu Vaccine.

Pada tahap ini akan memanfaatkan virus flu sebagai tumpangan antigen covid. Sehingga satu vaksin tersebut dapat digunakan untuk mencegah flu dan covid.

 Hal itu juga pernah ia terapkan, ketika pihaknya berhasil membuat vaksin flu burung atau H5N1 pada tahun 2009.

Kendati demikian, Nidom dan timnya mengaku masih mendapati kendala dalam menemukan virus covid yang bisa digunakan sebagai santigen dengan sifat imunogenisiitas yang tinggi.

 "Jadi dari itu sehingga hasilnya belum maksimal," ungkap dia.

 Menurutnya pula, jika ragam virus covid sudah ditemukan dalam delapan bulan ke depan siap diteruskan ke industri vaksin.

 "Waktu yang dibutuhkan tidak lebih 8 bulan sudah selesai pada uji preklinis, kemudian diteruskan oleh industri vaksin," kata dia.

 Berikutnya, obat Anti-viral Covid dan viral pernafasan lainnya. 

 Seperti yang dikabarkan sebelumnya, vaksin tersebut berbahan dasar dari empon-empon.  

 Dalam penelitian itu, agar kandungan empon-empon dapat ditemukan formulasinya, ia mendeteksi dengan menggunakan alat Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF). 

 "Selama ini jahe, kunyit, sereh, temulawak jadi bahan alami jamu yang diposisikan sebagai penyegeran tubuh bukan sebagai antiviral. Ini dikarenakan riset-risetnya tidak pernah ditingkatkan untuk mendapatkan obat antiviral," ucap dia

 Pada tahap kedua, seperti anjuran WHO formulasi itu akan di uji coba kepada hewan. 

 Ia bercerita pada dua bulan lalu uji coba tersebut pernah dilakukan pada kelompok hewan berjenis musant (ferret).

 Hewan-hewan itu disuntik virus yang menginfeksi pernafasan. Setelah itu, selang 14 hari kemudian, hewan itu diberi vaksin itu.

 "Riset sudah dilakukan, tinggal finalisasi. Mudah-mudahan saja dalam 2 minggu tidak ada masalah yang serius. Sehingga, vaksin ini bisa diharapkan sebagai obat antiviral saluran pernafasan," pungkas dia

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved